Indikator Haji Mabrur

Ustadz Hasan Yazid Al-Palimbangy. (Foto: Istimewa)

Milenianews.com, Mata Akademisi– Dari sisi bahasa, al mabrur (المَبْرُوْرُ) adalah isim maf’ul dari akar kata al birru (الْبِرُّ). Al birru itu artinya kebaikan atau kebajikan. Sedangkan Kata المَبْرُوْرُ artinya DIIKUTI KEBAIKAN. الْحَسَنَةُ بَعْدَالْحَسَنَةِ Setelah melakukan sebuah kebaikan diiringi dan dilanjutkan dengan melakukan kebaikan yang lain. Dengan demikian, al hajjul mabruru ( الْحَجُّ الْمَبْرُورُ) artinya haji yang diberikan kebaikan dan kebajikan.

Dari sisi istilah, haji mabrur adalah haji yang diterima oleh Allah, kemudian berdampak pada kebaikan diri, serta bermanfaat bagi orang lain.

Indikator haji mabrur dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam hadits berikut ini :

عَنْ جَابِرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ، قِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا بِرُّهُ؟ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيبُ الْكَلَامِ وفي رواية لأحمد والبيهقي إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ

Artinya: Dari sahabat Jabir bin Abdillah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Haji mabrur tiada balasan lain kecuali surga.” Lalu sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa (tanda) mabrurnya?” Rasulullah SAW menjawab, “Memberikan makan kepada orang lain dan melontarkan ucapan yang baik.” (HR Ahmad, At-Thabrani, dan Al-Baihaqi).

Dari kedua hadits di atas dapat disimpulkan bahwa kemabruran haji seseorang dilihat dari beberapa hal :

  1. Ith’aamuuttho’aam (إِطْعَامُ الطَّعَامِ)

Berjiwa sosial tinggi.

Ciri haji mabrur ketiga adalah memiliki rasa jiwa sosial tinggi, terutama kepada orang-orang di sekitar yang kurang mampu.

Contohnya, memperbanyak sedekah, berbagi makanan kepada mereka yang membutuhkan, menyantuni anak yatim serta fakir miskin. Pendek kata dia menjadi LEBIH DERMAWAN. Bahkan …  bukan hanya sorga biasa yang akan didapat melainkan sorga VVIP sorganya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً

“Saya dan orang yang merawat anak yatim di surga kelak seperti ini,” seraya beliau mengisyaratkan jari tengah dan telunjuknya lalu merenggangkan keduanya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)

  1. Thayyibul kalam ( ِطَيِّبُ الْكَلاَم )

Bersikap santun.

Ciri haji mabrur yang pertama yaitu memiliki sikap sangat santun atau menghormati kepada siapa saja tanpa merasa dirinya paling istimewa. Indikasi mabrur bisa dilihat dengan interaksi sosialnya. Seberapa bagus komunikasinya dengan suami atau istri, orang tua, anak-anak, tetangga, dan karib kerabatnya. Seseorang yang santun ini berarti tutur katanya sopan, tidak memfitnah, tidak bersikap sombong atau arogan.

  1. Ifsya’us salam (إِفْشَاءُ السَّلَامِ)

Menebar kedamaian.

Ciri haji mabrur berikutnya adalah sifatnya selalu ingin menebar kedamaian sehingga tidak ada rasa benci, iri, atau hal-hal lain yang mengundang pertengkaran.

Sepulangnya dari berhaji, sebisa mungkin ia akan berusaha memperbaiki sikap menjadi pribadi yang lebih baik dan melakukan hal-hal positif yang bernilai manfaat.

KESIMPULANNYA adalah seperti yang dikatakan para ulama diantaranya Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab Syarhus Suyuthi Sunan an-Nasa’i dan Imam Nawawi:

وَمِنْ عَلَامَةِ الْمبرور أَنْ يَرْجِعَ خَيْرًا مِمَّا كَانَ وَلَا يُعَاوِد الْمَعَاصِي

“Di  antara indikator/tanda diterimanya haji seseorang adalah kembali menjadi lebih baik secara individual dan sosial dari sebelumnya dan tidak mengulangi melakukan kemaksiatan serta tidak ada kesombongan dalam dirinya.”

ان يكون أحسن من قبل وأن يكون قدوة أهل بلده).

Pasca haji, seorang Muslim dituntut untuk berubah menjadi lebih baik dan menjadi agen perubahan di lingkungannya”

Kecintaan kepada Islam, ketaatan beribadah, kualitas kerja, mencari rezeki yang halal, kejujuran, kerendahan hati, kepekaan sosial, kedermawanan serta perilaku utama lainnya harus tercermin dalam karakter seorang yang sudah menunaikan haji.

Wallahu a’lam bisshowab.

Penulis: Ustadz Hasan Yazid Al-Palimbangy M.Ag, Juru Da’wah (Da’i/Muballigh).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *