Budaya  

Bendahara Satu  Pena, Raden Rita Maimunah, Penulis inspiratif Sumbar Berdarah Sunda dengan Segudang Prestasi

Raden Rita Maimunah, SE (Rita/Tatak). (Foto: Istimewa)

Milenianews.com, Padang– Raden Rita Maimunah, SE (Rita/Tatak begitu sapaan akrabnya -red), wanita berdarah sunda kelahiran Cianjur, 2 Februari 1961 yang dibesarkan di kota Padang, Sumatera Barat ini agaknya bisa menjadi perhatian publik.

Pasalnya, selain menjadi sosok seorang ibu, pensiunan PNS (dengan jabatan terakhir  sebagai Kasubag Tata Usaha (TU) di salah satu sekolah tersebut), juga merupakan seorang Penulis, Seniman dan Pencipta Puisi yang melahirkan berjibun karya puisi, syair, dan sajak di  mana karya-karyanya telah diakui oleh penulis-penulis senior (khususnya) daerah Sumbar. Raden Rita Maimunah sekarang aktif sebagai bendahara Satu Pena Sumbar

Ibu dari tiga  orang anak itu memiliki segudang karya tulis yang telah dibukukan, bahkan karya-karyanya sudah mendapat hak paten dan hak edar dari lembaga yang berwenang. Tepatnya ada  139 buku Antologi dan 2 buku karya tunggal berjudul Tak Ada Kata   dan Senandung Luka  yang terbit pada tahun 2018 lalu.

Sebagian besar kisah-kisah yang ia tuangkan dalam puisi berdasarkan pengalaman hidupnya, mulai dari romantisme kehidupan, religi, isu kemanusiaan, ungkapan hati, hingga politik pun tak luput sesekali ia sorot dan ia tuliskan dalam puisinya. Rita  memulai tulisannya semenjak tahun 1977 saat masih remaja, namun belum pernah ia publikasikan.

Rita sendiri mengaku karya-karya tersebut terinspirasi secara alami saja, tidak dipaksakan, di saat-saat tertentu ketika muncul ide ia langsung menuliskannya ke sebuah lembaran kertas atau mengetiknya di komputer.

“Kadang sedang bermenung melihat atau mengingat sesuatu, secara tidak sengaja tiba-tiba muncul ide untuk menulis,” ujarnya dalam rilis yang diterima Milenianews.com.

“Semua datang secara alami saja tanpa dipaksakan. Jadi betul-betul riil  dari apa yang saya alami dan lihat,” imbuhnya.

Ketika ditanya soal bakatnya, anak ke – 3 dari 8 bersaudara itu mengatakan bakat menulis ia dapat secara otodidak. Namun seiring berjalannya waktu, Rita yang terus belajar dan belajar mengasah kemampuannya serta selalu mengambil hikmah dari pengalaman-pengalaman hidupnya, Rita kini masuk dalam jajaran Penulis Sumbar yang patut diperhitungkan.

Bukan tanpa sebab, pasalnya selain sering menjadi juri  di  berbagai kegiatan seni, Rita/Tatak yang telah melanglang buana di dunia seni dan puisi itu telah masuk ke  dalam “Deklarasi Penulis Indonesia tahun 2023” yakni pada halaman 595 —  sungguh prestasi yang tak bisa dipandang sebelah mata.

Baca Juga : IMLF-2 Satu Pena Sumbar Gelar Seminar International di Batusangkar, Hadirkan Pembicara Luar Negeri

Walaupun berdarah Sunda, Rita tumbuh dan besar di Kota Padang, Sumatera Barat. Ia menempuh pendidikan formalnya dimulai dari SD, SMP, SMEA hingga gelar Sarjana Ekonomi di STIE AKBP pun diraihnya di kota Padang.

Ayah Rita yang merupakan Seorang Perwira Menengah Polri Berpangkat Mayor (kala itu penyebutan pangkat anggota Polri masih sama dengan TNI, Red)  semenjak tahun 1970-an — saat Rita berumur 5 tahun — ayahnya sudah berdinas di Wilayah Sumbar, mulai dari menjabat sebagai Komandan Kompi Brimob Padang Panjang, WaKapolres Padang Pariaman sampai jabatan terakhir menjelang purna-tugasnya yaitu sebagai Kepala Detasemen Markas Sumbar-Riau (Kadema Sumbar-Riau). Dengan demikian, ayah Rita tidak pernah berdinas keluar dari Wilayah Sumbar, bahkan hingga wafatpun beliau dimakamkan di pemakaman Batuloyo, Kota Padang. Oleh karenanya, otomatis Rita pun mengikuti domisili orang tuanya.

Walaupun sudah berumur 63 tahun, Rita tetap aktif diberbagai kegiatan seni, Wanita yang pernah tergabung dalam sanggar theater Taman Budaya Padang pimpinan (alm) Wisran Hadi tersebut kini juga tergabung dalam grup Satu Pena, HWK dan Sumbar Talenta yang diketuai oleh  Sastri Bakry. Sungguh semangat luar biasa yang patut diacungi jempol di usia yang terhitung tidak muda lagi.

Baca Juga : Satupena Sumbar Serahkan Rekomendasi 7 Resolusi IMLF ke Wagub Sumbar

Semenjak kehilangan suami tercinta 2 tahun silam karena sakitnya, Wanita paruh baya yang memiliki 3 orang anak dan 4 orang cucu tersebut kini hanya menikmati hari-harinya di rumah,  bercanda dan bergurau dengan cucu-cucunya sambil meneruskan hobinya dalam menulis dan menciptakan puisi yang brilian.

Teruslah berkarya, Raden Rita Maimunah. Karya mu akan selalu bersinar dan menjadi warisan seni buat anak cucu mu nanti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *