Milenianews.com, Mata Akademisi– Masa Abbasiyah merupakan salah satu masa keemasan sejarah Islam yang penuh dengan prestasi ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kemajuan ekonomi. Di bawah pemerintahan Abbasiyah, budaya Persia dan Arab menyatu, menciptakan perpaduan budaya yang kaya dan beragam. Kebijakan inklusif pemerintahan Abbasiyah memungkinkan berkembangnya keragaman budaya dan agama.
Pemerintahan Abbasiyah mendukung pusat-pusat pendidikan seperti Bayt al-Hikmah di Bagdad, tempat berkumpulnya para ilmuwan, filsuf, dan intelektual. Mereka menerjemahkan karya klasik Yunani dan India ke dalam bahasa Arab dan mengembangkan kedokteran, matematika, astronomi, dan filsafat.
Periode Abbasiyah menyaksikan perkembangan ekonomi yang pesat, terutama di bidang perdagangan dan pertanian. Jaringan perdagangan yang luas membawa kemakmuran ke wilayah Abbasiyah, dan kota-kota seperti Bagdad menjadi pusat perdagangan penting.
Di bawah pemerintahan Abbasiyah, kota ini berkembang pesat dan menjadi pusat kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya. Infrastruktur kota membaik, memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Periode Abbasiyah merupakan era penting dalam sejarah Islam yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, dan ekonomi.
Cara Berpolitik Bani Abbasiyah
Daulah Abbasiyah mengalami perubahan politik yang signifikan selama lima periode berbeda, yang mencerminkan perubahan politik, sosial, dan budaya. Daulah Abbasiyah memiliki sistem politik yang unik dan berkembang selama masa kekuasaannya. Berikut adalah gambaran umum tentang sistem politik Bani Abbasiyah.
Pertama, Sistem Kekhalifahan Pemerintahan Abbasiyah diawali dengan sistem kekhalifahan, di mana khalifah merupakan pemimpin politik dan spiritual umat Islam. Khalifah dianggap sebagai penerus langsung Nabi Muhammad dalam kepemimpinan umat Islam.
Kedua, Pembagian wilayah Daulah Abbasiyah membagi wilayah kekuasaannya menjadi wilayah-wilayah kecil yang diperintah oleh gubernur (wali). Gubernur bertanggung jawab atas administrasi, keamanan, dan pajak di wilayahnya.
Ketiga, Pejabat Pemerintah Sistem politik Abbasiyah melibatkan berbagai jabatan pemerintah, seperti wazir (menteri), qadi (hakim), dan amil (pajak). Mereka memegang peran penting dalam administrasi dan penegakan hukum.
Keempat, Dewan Konsultatif Khalifah didampingi oleh majlis (dewan) yang terdiri dari para pembesar dan ulama untuk memberikan saran dan konsultasi dalam pembuatan keputusan politik.
Kelima, Pengaruh Persia dan Arab Sistem politik Abbasiyah mencerminkan pengaruh dari budaya Persia dan Arab. Kebijakan dan struktur pemerintahan sering kali mencerminkan perpaduan antara nilai-nilai Persia dan Arab.
Keenam, Sistem Pajak Daulah Abbasiyah mengandalkan sistem pajak untuk membiayai pemerintahannya. Pajak diterapkan atas tanah, perdagangan, dan berbagai jenis kekayaan.
Ketujuh, Pusat Pembelajaran dan Kebudayaan Pemerintahan Abbasiyah mendukung pusat pembelajaran seperti Bayt al-Hikmah di Bagdad, yang berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan budaya. Sistem politik Abbasiyah mencerminkan keragaman budaya dan pengaruh berbagai kelompok etnis dan agama di wilayah tersebut. Selain itu, sistem politik ini juga mencerminkan perubahan politik pada masa pemerintahan dan pengaruh berbagai dinasti dan kelompok politik.
Pengaruh Politik Bani Abbasiyah
Pengaruh politik Bani Abbasiyah sangatlah besar dan luas, tidak hanya di kawasan Islam, tetapi juga di seluruh dunia. Berikut beberapa pengaruh pentingnya. Pertama, Memperkuat Kekuasaan dan Memperluas Wilayah Dinasti Abbasiyah mengkonsolidasikan kekuasaannya dan mendirikan Kekhalifahan Islam dengan mewarisi wilayah dari Bani Umayyah dan memperluasnya ke berbagai belahan dunia, antara lain Afrika Utara, Spanyol, Asia Tengah, dan India berhasil memperluas wilayahnya. Terbentuknya sistem pemerintahan terpusat dan birokrasi yang efisien, dengan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan tertinggi nasional. Memperkenalkan sistem perpajakan yang terstruktur dan adil untuk mendanai program pembangunan dan sosial.
Kedua, Pusat Peradaban dan Ilmu Pengetahuan Bagdad, ibu kota Kesultanan Abbasiyah, menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan dunia, menarik para pemikir, ilmuwan, dan seniman dari seluruh dunia. Pendirian perpustakaan dan pusat penelitian serta penerjemahan teks ilmiah dari berbagai bahasa mendorong kemajuan ilmu pengetahuan di berbagai bidang seperti filsafat, kedokteran, matematika, astronomi, dan seni. Munculnya para pemikir dan ilmuwan terkemuka seperti Ibnu Sina, al-Farabi, al-Khawarizmi, dan al-Ghazali. Karya-karya mereka memberikan kontribusi penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dunia.
Ketiga, Perkembangan Bahasa dan Sastra Bahasa Arab mengalami perkembangan pesat sebagai bahasa intelektual dan sastra, menghasilkan karya-karya sastra yang mendunia, seperti “Seribu Satu Malam” dan “Kalila wa Dimna”. Munculnya penyair dan sastrawan terkemuka, seperti Abu Nuwas, al-Mutanabbi, dan Ibn al-Muqaffa, yang karyanya diakui secara internasional.
Keempat, Toleransi Beragama Abbasiyah menerapkan toleransi terhadap agama-agama lain, memungkinkan minoritas agama untuk hidup dan beribadah dengan bebas. Hal ini mendorong pertukaran ide dan budaya antar umat beragama, serta menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban.
Kelima, Pengaruh Budaya dan Sosial Kebudayaan Abbasiyah mempunyai pengaruh yang besar tidak hanya terhadap kebudayaan Islam secara keseluruhan, namun juga terhadap kebudayaan lain di dunia. Arsitektur, seni, dan musik Abbasiyah menginspirasi berbagai peradaban selanjutnya. Nilai-nilai dan tradisi Abbasiyah seperti keramahtamahan, kesopanan, dan penghormatan terhadap ilmu pengetahuan masih dijunjung tinggi oleh banyak orang di seluruh dunia.
Perkembangan Budaya Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah (750-1258 M) merupakan salah satu periode paling gemilang dalam sejarah Islam, ditandai dengan kemajuan pesat dalam berbagai bidang, termasuk budaya. Berikut beberapa poin penting terkait perkembangan budaya pada masa Bani Abbasiyah.
Pertama, Pusat Peradaban dan Ilmu Pengetahuan Baghdad, ibukota Abbasiyah, menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan dunia, menarik para pemikir, ilmuwan, dan seniman dari berbagai penjuru. Pendirian perpustakaan dan pusat-pusat penelitian, serta penerjemahan teks-teks ilmiah dari berbagai bahasa, mendorong kemajuan ilmu pengetahuan di berbagai bidang, seperti filsafat, kedokteran, matematika, astronomi, dan seni. Munculnya pemikir dan ilmuwan terkemuka, seperti Ibnu Sina, al-Farabi, al-Khwarizmi, dan al-Ghazali, yang karyanya memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan global.
Kedua, Bahasa dan Sastra Bahasa Arab mengalami perkembangan pesat sebagai bahasa intelektual dan sastra, menghasilkan karya-karya sastra yang mendunia, seperti “Seribu Satu Malam” dan “Kalila wa Dimna”. Munculnya penyair dan sastrawan terkemuka, seperti Abu Nuwas, al-Mutanabbi, dan Ibn al-Muqaffa, yang karyanya diakui secara internasional.
Ketiga, Seni dan Arsitektur Seni dan arsitektur Abbasiyah memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan seni dan arsitektur Islam secara keseluruhan. Pembangunan istana, masjid, dan madrasah yang megah dengan arsitektur yang indah dan rumit Perkembangan seni kaligrafi, miniatur, dan seni lukis yang mencapai puncak kejayaannya.
Keempat, Pengaruh Budaya Abbasiyah Budaya Abbasiyah memiliki pengaruh yang besar terhadap budaya Islam secara keseluruhan, dan juga terhadap budaya-budaya lain di dunia. Arsitektur, seni, dan musik Abbasiyah menjadi inspirasi bagi berbagai peradaban di kemudian hari. Nilai-nilai dan tradisi Abbasiyah, seperti keramahan, kesopanan, dan penghargaan terhadap ilmu pengetahuan, masih dipegang teguh oleh banyak orang di seluruh dunia.
Kesimpulan
Dinasti Abbasiyah (750-1258 M) merupakan salah satu dinasti paling berpengaruh dalam sejarah Islam. Mereka meninggalkan warisan yang kaya di berbagai bidang termasuk politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan budaya. Bani Abbasiyah memainkan peran penting dalam sejarah Islam dan dunia.
Keberhasilan mereka di bidang politik, bisnis, ilmu pengetahuan, dan budaya meninggalkan warisan yang kaya dan abadi. Meski mengalami kemunduran baru-baru ini, pengaruhnya masih terasa. Dan semua itu tidak lepas dari pengaruh besar pemimpin Abbasiyah, Khalifah Harun al-Rasyid yang menjadi teladan bagi masyarakat yang hidup pada Dinasti Abbasiyah saat itu.
Banyak perkembangan dan kemajuan yang tidak terlepas dari usaha tekun Harun al-Arashid yang menjadikan Bani Abbasiyah sebagai salah satu perkembangan Islam yang paling sukses pada masanya, berlangsung sekitar 5 abad sebelum akhirnya ditaklukkan oleh bangsa Mongol tahun 1258.
Penulis: Tazkia Mumtaz, Kelas F AIK 2, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.