Milenianews.com, Cianjur- Kegiatan pembelajaran dalam kondisi darurat bencana bukan sekedar mengisi waktu dan juga bukan sekedar menjadi media untuk melupakan peristiwa yang terjadi. Semakin sulit situasinya, semakin banyak problemnya, dan semakin darurat keadaan di suatu tempat, pendidikan semakin dibutuhkan, dan semakin ditunggu kehadirannya.
Demikian ungkap Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar), Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Zulfikri Anas di hadapan peserta Lokakarya 1 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7 dan Kegiatan Pemulihan Pembelajaran di Masa Tanggap Darurat dengan tema: “Hayu Urang Sakola Deui, Atikan Naek Pikeun Ngarojong Cianjur Manjur”, di kabupaten Cianjur, Kamis (22/12/2022).
Lebih jauh, Zulfikri menegaskan bahwa fungsi utama pendidikan adalah menguatkan potensi kemanusiaan (pikiran, hati nurani, rasa, karsa, dan raga). Apalagi tatkala anak-anak baru saja mengalami peristiwa yang mungkin membuat mereka trauma. Rumah, sekolah, dan taman yang selama ini membuat mereka nyaman, riang gembira, tiba-tiba musnah begitu saja. Tidak hanya itu, sebagian mereka juga kehilangan orang tua, kerabat atau sahabat.
Baca Juga : Peduli Korban Gempa Cianjur, Sekolah Al-Iman Salurkan Bantuan Rp 15 Juta
Sedikit banyaknya, kata dia, tentulah situasi ini berdampak kepada perilaku, pola pikir, dan sikap mental mereka. “Untuk itu mereka butuh penguatan dari dalam diri mereka melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan pikiran, nalar, hati nurani, rasa, karsa, dan raga mereka,” ujarnya.
Menurut dia, jika hal ini dilakukan dengan cara yang sesuai dan berkesinambungan, ini akan berdampak jangka panjang terutama terkait dengan penguatan karakter serta sikap kesiapsiagaan (mitigasi) bencana jika suatu saat terjadi lagi. “Cianjur perlu dijadikan sebagai laboratorium pengembangan model pendidikan dan pembelajaran siaga bencana,” kata Zulfikri Anas.
Pembelajaran di Daerah Bencana
Senada dengan itu, Yogi Angraena selaku koordinator Substansi Pengembangan Kurikulum, Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, BSKAP menyatakan bahwa pembelajaran di daerah bencana dapat menggunakan berbagai sumber belajar atau media pembelajaran yang tersedia di lokasi bencana, di samping sumber belajar dan media pembelajaran yang disediakan baik oleh pemerintah maupun swasta terkait. “Kuncinya adalah kreativitas guru dalam memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran,” ujarnya.

Yogi menambahkan, guru dapat memilih meteri atau konsep-konsep esensial yang benar-benar dibutuhkan sesuai dengan kondisi kekhususan. “Artinya, guru tidak dikejar-kejar untuk mengajarkan semua materi kurikulum dan tidak membebani anak dengan berbagai ujian atau ulangan-ulangan yang justeru membuat beban belajar anak semakin berat, bisa jadi mereka justeru makin stress,” kata dia.
Baca Juga : Bosowa Peduli Sudah Dua Kali Salurkan Bantuan untuk Korban Gempa Cianjur
Ia menegaskan, guru fokus pada pelayanan terhadap peserta didik untuk menguatkan kemampuan dasar, kompetensi dan karakter. Misalnya, SD kelas rendah difokuskan kepada kompetensi literasi dasar (membaca, menulis, dan berhitung). Kelas tinggi difokuskan literasi dan numerasi lanjutan, peduli lingkungan, kebersamaan, gotong royong, kemandirian dan saling menghargai. SMP dan SMA melanjutkan tingkat nalar berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif.
“Untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran, guru dapat mengacu kepada kurikulum dalam kondisi khusus yang memang redgulasinya sudah disiapkan pemerintah,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Tim dari Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar), BSKAP, Kemendikbud juga menyerahkan bantuan berupa buku paket untuk SD dan SMP kepada Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cianjur, Akib Ibrahim.
Dalam sambutannya, H.Akib Ibrahim menyampaikan bahwa dalam rangka implementasi pendidikan siaga bencana, Dinas Pendidikan akan berkolaborasi dengan Pusat Kurikulum dan Pembelajaran. “Cianjur siap menjadi laboratorium pengembangan pendidikan siaga bencana,” kata Akib Ibrahim.
Selain itu, Tim Puskurjar juga menyerahkan bantuan berupa mainan dan alat bantu pelajaran bagi anak-anak TK dan PAUD, serta 100 paket kesehatan di tempat hunian sementara di Kampung Barukaso yang berada di daerah paling ujung dan di bawah kaki Gunung Gede Pangrango dan di Desa Cariu, Kecamatan Cugenang. Kunjungan ini juga didamping oleh Jamjam Muzaki dari Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dan Iip Ichsanudin dari Muhammadiyah Disarter Management Center (MDMC) yang sedang menyiapkan hunian sementara dan Sekolah Darurat di Barukaso.