Milenianews.com, Mata Akademisi – Andalusia adalah wilayah otonom di Spanyol Selatan yang beribukota di Sevilla. Secara historis, Andalusia merujuk pada Semenanjung Iberia (sekarang Spanyol dan Portugal) yang dikuasai Kekhalifahan Islam selama sekitar 800 tahun (711–1492 M) dan menjadi pusat peradaban Islam di Eropa.
Awalnya wilayah ini disebut “Vandalusia,” yang berarti “tanah bangsa Vandal,” suku Germanik yang pernah bermukim di sana. Bangsa Vandal tidak tinggal lama akibat serangan suku Visigoth, lalu bermigrasi ke Afrika Utara dan mendirikan Kerajaan Vandal. Sekitar tahun 507–711 M, wilayah ini dikuasai Kerajaan Visigoth sebelum ditaklukkan pasukan Islam.
Baca juga: Tanggapan Islam terhadap Sekularisasi Ilmu: Dari Kejayaan Andalusia hingga Tantangan Zaman Modern
Masuknya Islam ke Andalusia
Konflik internal kerajaan Visigoth yang dipimpin penguasa tidak adil membuat banyak bangsawan merasa kecewa. Gubernur wilayah Ceuta di Afrika Utara, awalnya memihak Visigoth, merasa dikhianati dan meminta bantuan Muslim dari Afrika Utara untuk menekan kekuasaan Visigoth.
Pada tahun 711 M, pasukan Muslim di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad menyeberang dari Afrika Utara dan menaklukkan kerajaan Visigoth. Dari sinilah awal peradaban Islam di Andalusia. Proses ini relatif cepat karena rakyat yang tertekan sebelumnya merasa lebih sejahtera di bawah pemerintahan Islam.
Kaum Muslim membangun sistem pemerintahan yang stabil. Andalusia menjadi provinsi Kekhalifahan Umayyah, dengan keamanan teratur dan perlindungan bagi penduduk Muslim maupun non-Muslim. Hidup berdampingan, toleransi dan kerukunan antaragama tinggi, sehingga mendukung pertumbuhan budaya dan ekonomi.
Kejayaan Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kerukunan hidup antara Muslim, Kristen, dan Yahudi membuat Andalusia berkembang pesat dalam ilmu pengetahuan. Banyak ilmuwan dan filsuf lahir pada masa ini. Abad tersebut menjadi puncak kejayaan Islam di Andalusia. Perpustakaan-perpustakaan besar, khususnya di Cordoba, memiliki ratusan ribu manuskrip, menjadi jembatan ilmu pengetahuan Yunani, Persia, dan India ke Eropa.
Selain itu, kota-kota besar Andalusia berkembang pesat dengan arsitektur megah seperti Masjid Agung Sevilla dan Masjid Agung Cordoba. Kepemimpinan Muslim menjadikan Andalusia pusat ilmu, toleransi, dan kemakmuran—periode keemasan dalam sejarah dunia.
Namun, umat Muslim di Andalusia menghadapi perpecahan internal. Andalusia terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil, membuat wilayahnya direbut kerajaan Kristen. Ancaman eksternal ditambah konflik internal menyebabkan jatuhnya Andalusia pada Raja Ferdinand dan Ratu Isabella.
Masjid-masjid besar diubah menjadi gereja, penggunaan bahasa Arab dilarang, dan banyak Muslim dipaksa pindah agama atau diusir. Akhirnya, kejayaan Islam di Andalusia berakhir.
Baca juga: Integrasi Wahyu, Akal, Dan Akhlak Dalam Peradaban Ilmiah Modern
Pelajaran dari Sejarah Andalusia
Sejarah Islam di Andalusia bukan hanya kisah masa lalu, tetapi cermin bagi dunia dan Indonesia saat ini. Andalusia mencapai puncak peradabannya karena harmonisnya kehidupan Muslim, Kristen, dan Yahudi. Toleransi, ilmu pengetahuan, persatuan politik, dan inovasi menjadi fondasi utama kemajuan.
Pelajaran penting: sebuah bangsa atau negara dapat runtuh bukan hanya karena musuh dari luar, tetapi karena hilangnya solidaritas dan persatuan internal. Sejarah Andalusia mengajarkan bahwa menjaga toleransi, ilmu pengetahuan, persatuan, dan inovasi adalah kunci untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Penulis: Rhesya’s Azzahra, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.













