Milenianews.com, Jakarta – Transformasi global bikin persaingan tenaga kerja makin ketat. Nggak mau ketinggalan, Sampoerna University terus menyoroti pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Hal ini disampaikan dalam gelaran Future Leaders Dialogue yang berlangsung Jumat (7/11).
Saat ini, Human Capital Index (HCI) Indonesia masih di angka 0,54, jauh dari target 0,7. Lewat forum ini, para pemimpin pendidikan dan industri ngobrol bareng soal tantangan dan strategi menyiapkan calon pemimpin masa depan yang siap bersaing secara global.
Baca juga: Pemimpin Masa Depan Wajib Kuasai Multilingual dan Kesadaran Global
Pananda Pasaribu, Kepala Program MBA Sampoerna University, ngasih insight menarik tentang kondisi pendidikan tinggi di Indonesia. Menurutnya, lulusan S2 di Tanah Air masih sangat sedikit dibandingkan negara-negara maju.
“Orang yang mengambil pendidikan di Indonesia itu S1 sekitar 9–12%, S2 hanya 2%,” jelas Pananda. “Angka ini nunjukin kalau kita masih punya PR besar buat ningkatin kualitas pendidikan.”
Adaptasi jadi kunci, profesional wajib kuasai data dan bahasa asing
Buat menjembatani gap tersebut, Sampoerna University siap membuka kerja sama beasiswa pendidikan S2 bareng Pemerintah Daerah (Pemda). “Sampai saat ini memang belum ada, tapi harapannya sih kita terus berkoordinasi dengan Pemda setempat,” lanjutnya.
Dulu, kampus ini pernah kerja sama dengan Pemda Teluk Bintuni, Papua Barat lewat program beasiswa S1. Meski sekarang udah nggak jalan, Pananda menegaskan bahwa program beasiswa S2 ini sifatnya fleksibel dan terbuka untuk kolaborasi.
“Kita terbuka, ini kan program kerja sama antara Sampoerna University dengan Pemda. Jadi kalau Pemdanya belum punya program seperti itu, ya kita nggak bisa jalan sendiri,” ujarnya.
Baca juga: Hadapi Transformasi Digital, Profesional Dituntut jadi Generalis dan Adaptif
Sementara itu, Susanto Samsudin, Senior Director Business Unit Indonesia dan Asia Tenggara Wavin, ngingetin bahwa dunia sekarang bergerak super cepat. Profesional harus bisa beradaptasi dan terus memperluas wawasan. “Yang penting tuh open minded. Apa yang dulu kita banggakan, sekarang belum tentu relevan lagi. Kita harus siap menghadapi perubahan,” katanya.
Susanto juga menyoroti pentingnya kemampuan analisis data dan penguasaan bahasa asing, terutama Mandarin. Soalnya, 70% bisnis di Asia melibatkan penutur bahasa asing. “Penguasaan data itu sekarang jadi kunci pengambilan keputusan. Ditambah bahasa asing, kita jadi bisa lebih kompetitif di pasar global,” tegasnya.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.












