KDM dan Julukan “Bapak Aing”: Jenius atau Hanya Kebetulan?

kdm bapak aing

Milenianews.com, Mata Akademisi – KDM alias Kang Dedi Mulyadi, atau populer dengan julukan Bapak Aing (artinya Bapak Saya, dari bahasa Sunda), berhasil viral di media sosial dengan cara yang berbeda. KDM sudah dikenal jauh sebelumnya karena sangat kreatif dalam mengedit konten-konten yang bukan hanya menghibur, tetapi juga menjadi sarana informasi atas apa yang dilakukannya, yang bagi kebanyakan orang biasanya tidak begitu menarik.

Yang menarik untuk dibahas adalah bagaimana KDM bisa membranding dirinya dengan baik, sehingga masyarakat dengan mudah dapat mengingat dan mengenali namanya. Personal branding ini sangat penting, bukan hanya di dunia bisnis, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. KDM atau Bapak Aing menjadi sebuah pertanyaan: apakah ini dihasilkan dari strategi yang terencana atau hanya keberuntungan saja?

Baca juga: Jika Aku Jadi Gubernur Lampung, Aku Akan ….

Personal branding bisa dikatakan sebagai langkah pertama yang dimulai dari penamaan sebagai identitas, agar mudah diingat dan diucapkan. Penamaan “KDM” merupakan inisial yang sederhana dan mudah melekat. KDM adalah singkatan dari Kang Dedi Mulyadi—panggilan dari nama aslinya, Dedi Mulyadi, walaupun pelawak Sunda, Ohang, pernah memplesetkannya menjadi “Kang Duda Merana” dalam sebuah acara pagelaran seni.

Dedi Mulyadi adalah seorang politikus dan aktivis asal Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat untuk periode 2025–2030. Ia lahir pada 11 April 1971 di Sukasari, Subang. Dedi Mulyadi adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Ayahnya, Sahlin Ahmad Suryana, adalah anggota TNI, sementara ibunya, Kasiti, adalah aktivis Palang Merah Indonesia.

Pakar personal branding Peter Montoya, dalam bukunya Personal Branding, menjelaskan bahwa branding yang efektif didirikan di atas tiga pilar utama: keunikan, visibilitas, dan konsistensi. Pada KDM Bapak Aing, contohnya, ia tidak berupaya menamakan dirinya sebagai seseorang yang bukan dirinya. Dalam hal ini, KDM Bapak Aing menampilkan dirinya sebagaimana orang Sunda yang apa adanya: menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti dan blak-blakan, serta menghibur.

Gaya bicaranya yang diselingi dengan humor, dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, menjadikannya berbeda dari kreator lainnya. Hal ini sesuai dengan kriteria yang dikemukakan Montoya, yang juga mengingatkan pentingnya bersikap konsisten di hadapan audiens. KDM Bapak Aing telah memanfaatkan media sosial dengan sangat baik—tidak hanya memposting ke berbagai platform, tetapi juga berkomunikasi dengan followers dan memanfaatkan trending topics tanpa menghilangkan identitas aslinya.

Personal branding yang dibangun tidak terjadi dalam semalam. Personal branding yang kini terlihat sangat kuat, KDM Bapak Aing, adalah contoh nyatanya, dan tidak bisa langsung muncul seperti kilat. Ia secara konsisten dikenal dengan nada dan gaya komunikasi yang sama di berbagai platform, topik konten yang sesuai dengan keseharian dan permasalahan masyarakat, serta tampilan visual dan bahasa yang seragam sehingga masyarakat langsung mengenalnya.

Melalui penerapan prinsip Montoya, KDM Bapak Aing telah berhasil menciptakan ikatan loyalitas audiens di level emosional yang lebih dalam. Ia memberikan keunikan di mana orang tidak sekadar menonton, tetapi juga teridentifikasi dengan alur serta karakter yang dibangun, dan tetap mempertahankan daya tahan branding meskipun ada pergeseran tren media sosial.

Baca juga: Benar atau Tidaknya: Orang Beradab Sudah Pasti Berilmu, dan Orang Berilmu Belum Tentu Beradab?

Strategi yang diterapkan oleh KDM Bapak Aing bukan tanpa tujuan. Hal ini muncul karena strategi personal branding yang diimplementasikan dengan baik. Dengan konsistensi, visibilitas, dan keunikan, ia membangun brand image yang kuat dan mudah diingat.

Personal branding, dengan demikian, harus dimulai dari mengenal diri sendiri terlebih dahulu, lalu mengekspresikannya secara konsisten. Sosok KDM Bapak Aing, mulai dari konten kreator hingga profesional, bisa menjadi inspirasi dalam membangun identitas yang tidak mudah dilupakan.

Penulis: Saepullah, Dosen Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *