News  

BPBD Jatim Lakukan Assesmen Wilayah Rentan Erupsi Gunung Semeru

BPBD Jatim Lakukan Assesmen Wilayah Rentan Erupsi Gunung Semeru
Tim SAR gabungan observasi di wilayah terdampak erupsi Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur pada Rabu (2/12/2020). (Foto: Liputan6.com)

Milenianews.com – Gunung Semeru masih mengeluarkan awan panas guguran dan lava pijar hingga Kamis (3/12) pagi. Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur pun melakukan assesmen wilayah rentan sekitar aliran lahar dingin Gunung Semeru, di Desa Curah Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati menghimbau warga dari beberapa dusun sekitar Gunung Semeruuntuk selalu waspada letusan gunung Semeru. Dusun-dusun yang berpotensi terdampak antara lain Dusun Curah Koboan, Desa Supiturang dan Dusun Rowobaung, Desa Oro-Oro Ombo di Kecamatan Pronojiwo, serta Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.

Tim Reaksi Cepat BPBD Jawa Timur melaksanakan assesmen wilayah rentan sekitar Gunung Semeru. “Teman-teman mengasesmen wilayah-wilayah yang rentan terkena lagi. Karena di situ sudah penuh lahar dingin. Nanti akan meluber ke mana, teman-teman lagi asesmen di situ,” ujar Kasi Kedaruratan BPBD Jatim Satriyo Nurseno, dikutip dari Liputan6.com Kamis (3/12) lalu.

Satriyo menyebutkan assesmen wilayah gunung Semeru ini bertujuan untuk mengetahui jalur-jalur evakuasi  apabila kembali terjadi guguran lahar dingin Gunung Semeru. Karena, sebagian masyarakat pengungsi sudah mulai kembali ke rumahnya masing-masing.

Tim SAR gabungan observasi wilayah terdampak erupsi Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur pada Rabu (2/12/2020). (Foto: Liputan6.com)

Baca Juga : Gunung Semeru Meletus, Warga Sekitar Diminta Tidak Beraktivitas  

Selain memetakan jalur evakuasi tercepat, asesmen ini juga bertujuan untuk memetakan daerah yang perlu pemasangan rambu peringatan. Sebab, lahar dingin yang sekarang memenuhi Sungai Besuk di Desa Curah Kobokan bisa kembali mengalir deras dan meluber ke sekitar lokasi sungai. Sementara itu, kawah Gunung Semeru masih ada kemungkinan bergejolak.

“Kami akan tetap mengoptimalkan keselamatan warga terkait pengungsian ini. Kami akan membuat rambu-rambu setelah asesmen ini agar masyarakat tidak mendekat di wilayah yang rentan dan rawan,” ujar dia. 

BPBD Lumajang dan Basarnas Tetap Siaga

Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik, BPBD Lumajang, Wawan Hadi Siswoyo menyatakan, sekitar 300 warga Curah Kobokan dan 250 warga Supit Urang, Pronojiwo, Lumajang, telah meninggalkan pengungsian dan pulang ke rumah masing-masing. Padahal tempat tinggal mereka termasuk berada pada kawasan ring I.

Tim gabungan dari TNI, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Lumajang, dan relawan Basarnas akan tetap siap siaga dititik rawan. Mereka akan memandu warga segera cepat kembali ke pengungsian bila aktivitas vulkanik Gunung Semeru kembali naik.

“Warga menganggap kondisinya aman. Tapi mereka harus patuh ke petugas bila nanti ada peningkatan aktivitas vulkanik,” kata Wawan Hadi Siswoyo, Rabu, (3/12) lalu.

Untuk mempermudah evakuasi warga bila ada peningkatan aktivitas vulkanik, sekitar 6 truk bersiaga di posko pengungsian serta satu truk di lokasi atau dusun. Gunung Semeru sendiri masih berstatus waspada level II. Aktivitas vulkanik Gunung Semeru tetap tinggi dengan mengeluarkan awan panas guguran dan lava pijar. Namun gugurannya sudah tak sejauh seperti hari-hari sebelumnya. Pada Selasa, 2 Desember, awan panas guguran tercatat sejauh 2,5 kilometer.

Wawan menyatakan, tidak ada korban jiwa maupun warga luka atau sakit terdampak erupsi Gunung Semeru. Untuk memantau kondisi kesehatan warga, ada petugas puskesmas terdekat pada setiap titik lokasi maupun dusun.

BPBD Lumajang mengimbau pada pihak manapun yang hendak membantu warga terdampak bencana Gunung Semeru.Penyalurkan bantuan bisa melalui posko pengungsian Lapangan Kamar Kajang.

“Kamar Kajang jadi titik utama penyaluran. Siapapun yang mau bantu kami minta lewat pos ini. Lalu didata sebelum didistribusikan ke warga agar bisa lebih tepat sasaran,” ujar Wawan.

Hal ini dilakukan untuk mencegah kecemburuan warga jika ada penyaluran bantuan oleh lembaga kemanusian atau siapapun itu berjalan sendiri. Karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi penyaluran ganda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *