Oleh Hadi Suroso
Denting dawai pecahkan sunyi. Alunan melodinya mengusik jiwa rapuh ini tentang kenangan usang. Kita yang telah usai, nyatanya tak pernah selesai. Melupamu hanyalah kesia-siaan upayaku yang menemui jalan buntu. Meski sekian lama berlalu kau meninggalkanku, rinai tawamu tak lekang oleh waktu. Abadi di sudut benakku.
Ku akui ada beberapa hadir sejak kepergianmu. Namun detak yang kurasa tak ada yang seperti ketika kita saling menatap. Setulus apapun, atau sehebat bagaimanapun mereka memuliakanku, tak ada satupun yang mampu mengalahkan apa yang dulu pernah denganmu. Kamu membuat detakku berbeda.
Terima kasih untuk semua yang membahagiakan, dan seluruh luka yang kau goreskan. Perihal itu semua telah memberiku banyak pelajaran. Bahwa hidup tak selalu beralur seperti yang kita harapkan. Dan denganmu kemarin, biarlah ku cecap sebagai salah satu sekuel yang menguras emosiku. Aku memainkan peranku dengan sepenuh penjiwaan.
Jika bayangmu masih kerap menyelinap di benakku, biarlah itu kedekap sendiri di dalam sepi. Aku rela terjebak di antara ingin dan nyata yang silang tak seirama, bersama lirih do’a yang ku serta di setiap hening kesendirianku.
Bogor, 28112023
Hd’s
Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari mengasah jiwa dan menggali hikmah.