Puisi  

Sabarmu Seluas Langit

puisi sabarmum seluas langit

Oleh Hadi Suroso

Luapan emosiku kemarin, membuatku merenung lagi. Betapa  bodohnya aku dengan sikapku yang tidak dewasa. Kamu hanyalah salah tujuan dari kemarahanku yang tanpa alasan. Untuk itu, aku minta maaf. Aku penyebab ke sekian kalinya derai air matamu kembali jatuh. Sekali lagi, aku sungguh minta maaf.

Hari ini aku menyadari. Banyak kurangku yang mesti ku perbaiki. Sementara aku kerap lalai bersyukur, bahwa memilikimu adalah keberuntungan nyata hadiah langka dari semesta. Bagaimana tidak, aku dan kamu jauh dari serasi untuk menjadi sepasang_aku yang berlumur kekurangan ini bersanding dengan kamu yang sarat dengan banyaknya kelebihan. Sebuah ketimpangan yang seringkali terlupakan olehku.

Aku tahu, jika kamu mau… beribu orang di luar sana berharap bisa menggantikan posisiku. Semua menawarkan bertumpah ruahnya bahagia. Namun kamu tak sedikitpun terbesit untuk bergeming. Sebuah kesetiaan darimu yang sering aku abaikan.

Kamu tak pernah goyah oleh manisnya rayuan dari yang coba memilikimu.

Sebenarnya aku malu dengan sikapku yang kadang kekanak-kanakan.  Sementara kamu tak pernah lelah, dan selalu sabar untuk tidak mempersalahkan. Namun untuk yang kemarin itu, aku benar-benar sudah keterlaluan. Perisai sabarmu yang kokoh itu tak mampu lagi membendung bulir bening menetes dari pelupukmu. Aku telah membuatmu jadi bersedih.

Untuk semua kesedihan yang kamu rasakan, aku hanya bisa menyesal. Untuk itu terimalah permintaan maafku. Aku berjanji biarlah ini yang terakhir. Tak ada lagi lain kali untukku bisa mengulangi.

Merenungkan yang kemarin aku jadi tersadarkan, bagaimana jika sabarmu tak seluas langit dan tulusmu tak semurni cinta di hati ? Mungkin aku bisa saja kehilangan kamu. Dan kita hanya sebatas pernah mengukir rasa di sepanjang jejak kenangan yang menyayat jiwa. Satu hal yang hingga di ujung waktu akan terus kusesali. Bersyukur semuanya belum jadi terlambat.

Pada fase ini aku juga ingin berterima kasih atas keyakinanmu untuk tetap di sisiku. Kamu selalu mencoba melihat bagian baik dari setiap kurangku. Memberiku pelajaran bahwa menerima dan mengisi setiap celah kurang yang ada itu adalah cerminan dari hati yang dipenuhi oleh rasa cinta. Kamu telah mengajarkanku makna yang mendalam tentang mencintai.

Jika seperti itu adanya, lalu pantaskah aku memperlakukanmu seperti hari kemarin ?  Sungguh tak tahu diri jika aku masih seperti itu.

Bogor, 20052024

Hd’s

Biodata Penulis:

Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari  mengasah jiwa dan menggali hikmah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *