Oleh Hadi Suroso
Saat kau katakan kita cukup sampai di sini. Seketika pandanganku menjadi kosong, pikiranku melayang, dan hatiku hampa. Aku tak sanggup melihat apapun di depan. Aku terhuyung lalu jatuh dan kehilangan arah
Kalimat menyudahimu itu tak pernah aku bayangkan. Masih tak percaya itu bisa keluar dari mulutmu. Bagaimana kau yang selalu mengatakan akulah rumah yang selalu kau damba kelak menjadi tempatmu pulang, kini malah kau tinggalkan tanpa alasan. Kau hancurkan harapan bahkan saat kita baru saja sekata satu tujuan
Saat sepenuhku telah menanggalkan segala keraguan akan dirimu, kau malah tiba-tiba pergi jauh meninggalkanku tanpa sedikitpun rasa peduli
Jika memang tak ada namaku di hati. Jika ada perihalku yang tak kau sukai. Mengapa tidak kau katakan saja biar aku sadari. Setidaknya langkah pergimu itu dapat ku mengerti
Kini ku hanya diam termangu membayang pergimu yang kian menjauh. Aku merasai sakit yang teramat perih , tak sanggup menahan bulir bening di kelopakku yang berderai jatuh. Remuk hatiku berkeping berserakan, hancur tercerai-berai berantakan.
Kini di detak jantungku yang rasanya hampir saja berhenti. Di setiap hela nafasku yang tersengal tak berirama lagi. Sendiri aku tertatih untuk dapat bangkit kembali. Memunguti kepingan hatiku yang berserakan tak terhitung lagi. Bersusah payah untuk menyatukan, lalu kembali merekatkan
Bogor, 26122023
Hd’s
Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari mengasah jiwa dan menggali hikmah.