Bukan Tempat Pulang

bukan-tempat-pulang

Oleh : Hadi Suroso 

Lirih ku masih bergumam rindu, meski coba kupatahkan tangkai ria dari setiap lara yang kau cipta. Ranting getas di sela daun kering dan batang yang meranggas nyatanya jadi tempat tersembunyi masih tersimpannya namamu. Lemah menopang butiran rasa yang telah usang, namun namamu tak kunjung hilang dari ceruk hatiku terdalam. Apa yang terjadi denganku ?

Mungkin harus ku akui, aku tak pernah berhasil dalam setiap upaya pelarian melupakanmu, meski segalamu coba kutepiskan dengan segala payah. Perihalmu begitu lekat kuat tertambat di ingatan, meradang hanya oleh pemantik kecil namamu disebut. Akupun menjadi terkulai letih di lorong sepi gelap berkabut. Apa yang terjadi denganku ?

Senja itu adalah kau. Menghujani pesona di semburat jingga yang terarak. Menari indah di sudut kelopakku mengoyak rasa pada decak kekaguman, namun hadirmu hanya sejenak singgah lalu pergi menghilang. Kau tinggalkanku tanpa peduli di gulita malam mendekap sepi sendiri. Dan aku tak sanggup mencacimu untuk melawan takut di keterasingan. Apa yang terjadi denganku ?

Kini di pekatnya malam yang rahasia, kuretas pejam dari riuhnya isi kepala. Sejenak merehatkan hati dari prahara. Biar di lelapku dapat ku mengikrar janji pada diri untuk menyudahi semua tentangmu.

Jika esok kau datang lagi bawa setangkup bunga harum semerbak, akan kusajikan pilu ini di tinggi nadaku teriak, bahwa kau hanyalah rayuan kemarin yang kini lenteramu telah padam. Tak kubiarkan lagi menerangi, apalagi melangitkan anganku di deru harap sebagai tempat pulangku paling nyaman. Kau telah habis terkikis pada setiap lukaku perih teriris. Sebab kau tak lebih dari sekedar pengelana yang sejenak singgah, tak bisa ku berharap untuk dapat tinggal menetap.

Bogor, 15102023

Hd’s

Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari  mengasah jiwa dan menggali hikmah.

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *