Oleh: Hadi Suroso
Di rintik hujan malam ini. Terlukis jelas sebuah wajah di gemerciknya yang tak henti-henti. Ku ulurkan tangan untuk merengkuh, namun wajah itu hanya tersenyum kecil lalu perlahan menjauh. Adalah bayangmu yang menggemaskan di ruang khayalku, menjadi angan yang ingin kugapai_ satu mimpiku yang belum tercapai. Kamu memang satu idaman yang mesti kuperjuangkan.
Terpagut aku hanyut oleh desau angin yang gigil di malam yang semakin larut. Sementara hujan masih tak kunjung reda, laju derainya tak juga surut. Aku terlelap di senarai angan mengejar bayangmu sepanjang temaram malam berkabut. Hanya kepadamu nyatanya hati ini tertambat dan juga terpaut.
Rinai senyummu tertinggal di dalam benakku. Menyulut pijar semangatku yang sempat redup. Meletup sebagai dayaku dalam menjangkaumu untuk dapat ku miliki_biar indahnya tak sekedar hadir di mimpi.
Kamulah satu-satunya yang menjadi tujuanku.
Di penghujung rintik gerimis tersisa. Seirama kidung malam yang kian menyentuh jiwa. Aku menawar mimpi-mimpi tentangmu untuk menjadi nyata. Dan biar kulumat semua kalimat yang senada dengan seandainya.
Aku tak ingin kamu hanya sekedar menjadi angan-anganku.
Mungkin jalan untuk dapat menggapai itu tak mudah. Mungkin juga perlu bagiku jatuh bangun dan bersusah payah. Namun aku tiba di keyakinanku, bahwa sesulit atau serumit apapun, senyum kecilmu yang menggemaskan itu adalah cukup bagiku untuk menerjang segala rintang. Secercah harapan yang tak kurelakan layu sebelum upaya terbaikku berkembang.
Jadi…jika setelah malam ini aku menghampirimu, percayalah aku tak pernah untuk tak sungguh-sungguh menujumu. Maka berilah aku sedikit ruang dan waktu untuk mengukir jalan buktikan itu. Seiring asa agar meramu kisah denganmu itu tak sebatas semu.
Bogor, 27052024
Hd’s
Profil Penulis:
Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari mengasah jiwa dan menggali hikmah.