Lapangan Tenis Tak Bertuan

Lapangan tenis tak bertuan

Karena, yang ia lihat bukan lagi manusia melainkan hantu laki-laki dan anak kecil, dengan mata merah menyala, wajah yang rusak seperti terkena api dan darah yang bercucuran dari semua anggota badan.

Dingin, hawa itu semakin menjadi setelah gadis kecil masuk ke pekarangan rumahnya. Gadis kecil dengan sapaan akrab, Echaa. Baru pulang sekolah, pukul 9 malam.

Melewati lapangan tenis yang sangat kumuh, warna cat tembok lapangnya yang sudah terkelupas, lampu yang remang-remang dan kondisinya sangat berantakkan berada di sebelah rumahnya.

Namun, ia hiraukan keanehan itu pada malam ini. Sebab takut dimarahi oleh sang Ayah, karena terlambat pulang.

Baca Juga : Nalar

“Ahhh, sial aku terlambat pulang,” ucapnya dalam hati.

Tanpa diketahui olehnya, ternyata sang Ayah sudah melihat dari balik jendela, lalu bergegas menuju pintu utama, untuk menemui sang Anak…

“Kamu kenapa pulang terlambat?,” ucap Ayahnya tegas.

Sontak, Echaa pun kaget, dan menjawab dengan nada yang santun,

“Ayah, ini Yah, aku ada agenda di sekolah, besok dan lusa mau ada Pensi jadi aku terlambat pulang.” Ayah Echa pun menatap ke arah jam dinding rumah.

“Hmm, yasudah sana ganti pakaian dan istirahat,” ucap Ayahnya sambil berlalu dari hadapan Echaa.

**

Keesokan harinya, sepulang dari sekolah, pukul 10 malam. Echaa berjalan sambil melamun, karena lelah akibat mengurus kegiatan sekolah seharian suntuk.

Tiba-tiba dari arah depan Lapangan Tenis, ia melihat sosok pria yang sedang menggandeng anak kecil yang terus menatapnya, tanpa ada suara sama sekali, sunyi, hening.

Dengan perasaan takut serta bulu kuduk yang berdiri, Echaa tetap berjalan melewati dua orang itu.

“Mereka siapa ya? sepertinya aku baru melihat mereka sekarang,” ucap Echaa dalam hati, sambil berjalan menuju rumahnya.

Sesampainya di rumah, ia ceritakan pengalamannya itu pada sang Ayah.

“Ayah, tadi aku melihat 2 orang kakak beradik sambil melihat ke arahku. Itu siapa ya?,” ucap Echaa dengan perasaan yang masih takut dan bingung dengan orang yang ia lihat.

“Mungkin, sepupu sebelah lapangan,” Ayahnya sama sekali tidak curiga.

Echaa mengikuti apa kata ayahnya, mungkin benar, sepupu dari Bu Ika sedang main.

Kebetulan, memang rumah Echaa dan Bu Ika bersebelahan dengan lapangan tenis. Jadi menurutnya, itu hal yang wajar.

Kemudian, di hari berikutnya, Echaa, pulang larut malam hingga jam 12 malam. Ia berjalan menyusuri komplek perumahannya, dengan perasaan yang biasa saja, karena sudah sering pulang larut malam.

Namun, di depan lapangan tenis. Persis dengan posisi yang sama seperti kemarin. Echaa melihat dua orang itu lagi, tapi mereka, tidak melihat ke arah Echaa, melainkan menghadap ke arah lapangan.

Dengan rasa penasaran, karena sudah 2 kali melihat orang yang sama di tempat yang sama pula, Echaa memberanikan diri untuk bertanya.

“Hai, kalian sedang apa?,” ia bertanya langsung kepada dua orang itu.

Tapi, mereka tidak ada respon sama sekali. Mungkin menurut Echaa, mereka tidak mendengar sapaannya karena suara Echaa terlalu kecil.

Dia pun kembali bertanya, “Hai kalian sedang apa? Kalian saudaranya Ibu Ika yang ada di rumah itu kah?,” tanya Echaa lagi sambil menunjuk rumah yang ada di sebelah kanan lapangan.

Mereka, tetap tidak menggubris pertanyaan Echaa. Echaa yang semakin penasaran dengan kedua orang itu langsung mendekatinya dan melihat wajah mereka.

Tiba-tiba jantung Echaa, berdetak kencang sekali, rasa takut semakin menjadi-jadi setelah melihat wajah dari kedua orang tersebut. Karena, yang ia lihat bukan lagi manusia melainkan hantu laki-laki dan anak kecil, dengan mata merah menyala, wajah yang rusak seperti terkena api dan darah yang bercucuran dari semua anggota badan.

Echaa, yang melihat itu, langsung tidak bisa bergerak, diam dan membeku seketika.

“Tolooong, kamiiii Kak,” ucap hantu lelaki itu dengan suara pelan dan dingin, pikiran Echaa makin tak karuan, dengan rasa sangat takutnya, akhirnya Echaa terkapar, tidak sadarkan diri.

Sementara, Ayah Echaa yang sedang menunggunya dari dalam rumah, membangunkan istrinya yang sudah tertidur lelap.

“Bu, bangun, Echaa kemana ya? Kok jam segini belum pulang,” katanya sambil mengelus tangan sang istri.

Istrinya pun membuka matanya dan mengambil jam weker yang ada di meja samping tempat tidur.

Eh iyah, udah jam setengah 1 loh, ini Yah, kemana dia?,” Ibu Echaa sangat khawatir akan kondisi anaknya sekarang.

Tak lama, terdengar suara ketukan pintu rumah ‘toktoktok’, Ayah dan Ibu Echaa yang mendegar itu langsung menghampiri tamu yang datang. Tak disangka ternyata, seorang penjaga keamanan datang sambil membopong Echaa, yang masih belum sadar itu.

“Astaghfirullah, Echaa kenapa pak?,” tanya Ibu Echa kepada bapak itu.

“Saya tidak tahu Bu, saya keluar dari rumah menuju pos ternyata Echaa sudah tak sadarkan diri,” jawab Bapak itu sambal menidurkan Echaa di ranjang milik Echaa.

**

Selang dua hari, Echaa masih tidak sadarkan diri. Orang Tua Echaa akhirnya memangil Ustaz untuk menyembuhkan putrinya itu. Akhirnya Ustaz datang menghampiri Echaa, dan membacakan ayat suci Al-Qur’an, akhirnya Echaa membuka matanya perlahan.

Baca Juga : Rumah Sakit Ghaib

“Alhamdulillah Nak, kamu sudah bangun,” Ibu Echaa langsung memeluk Echa erat.

Setelah Echaa menceritakan kejadian pada malam hari itu, Lapangan tenis yang berada di samping rumahnya, di renovasi, dan digunakan kembali untuk bermain tenis agar tidak terbengkalai seperti kemarin. Sedangkan Echaa yang sudah mengalami kejadian itu, akhirnya tidak pernah pulang sampai larut malam lagi.

Penulis : Eka Herdit

 

Sobat Milenia yang punya cerita horror, boleh kirimkan naskahnya ke email [email protected], untuk dibagikan ke Sobat Milenia lainnya.

Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *