Cerpen  

Hakekat Sahabat Sejati

Oleh Edi Mawardi

Tatkala Allah menciptakan ular dari tongkatnya Nabi Musa AS, mufassirin  (para mufassir) menceritakan dialog antara Khaliq dan makhluk yaitu Allah Robbul Jalalah dengan seekor ular.

Perbincangan terjadi,  “Wahai Robb Tuhanku, aku melihat Nur bertuliskan Muhammad saat Kau ciptakan aku. Kalau boleh tahu,  siapakan Muhammad itu ya Robb?” ujar sang ular kepada Tuhannya.

Kemudian Allah Robbul Jalalah menjawab dalam firman-Nya, “Dialah Kekasihku Muhammad.”

Lalu sang ular kembali berucap “ Wahai Allah Robbul Jalalah,  bila Kau berkenan,  izinkanlah aku bertemu dengan Muhammad kekasih-Mu. Aku ingin melihat dan berjumpa dengan orang yang Engkau muliakan. Dan jangan Kau matikan aku sebelum melihat wajah kekasihMu.”

Kemudian Allah  berfirman, “Pergilah kamu ke Goa Tsur , nanti ketika pada saat ya kamu akan berjumpa dengan Muhammad kekasihku.”

Lalu ular tersebut berupaya mencari tempat yang dimaksud yaitu goa Tsur. Hari demi hari bulan berganti tahun, dengan sabar menunggu hingga ratusan tahun. Dan atas izin Allah pada saat Rasulullah Muhammad SAW hijrah Bersama sahabat Abu Bakar Assiddiq,  keduanya  bersembunya di Goa Tsur agar aman dari kejaran kafir Quraisy saat itu.

Dan ketika akan memasuki Goa Tsur, untuk memastikan keamanan, sahabat Abu Bakar As Siddiq menyisir goa,  setiap lubang ditutupnya. Setelah dipastikan semua ruang aman,  barulah Abu Bakar Assiddiq mempersilakan Rasulullah masuk untuk istirahat.

Rasulullah SAW tertidur beralaskan pangkuan sahabat Abu Bakar Assiddiq. Begitu lelap tidurnya Rasulullah SAW karena lelahnya perjalanan hijrah, namun sahabat Abu Bakar Assiddiq tetap terjaga memastikan Rasulullah cukup istirahatnya.

Di  tengan lelap tidurnya  Rasulullah SAW,  sahabat Abu Bakar melihat ada lubang yang terbuka dekat dengan kakinya. Lalu Abu Bakar menutup lubang tersebut dengan jari jempol kakinya dan ternyata dalam lubang tersebut adalah ular yang sudah ratusan tahun ingin melihat wajah Rasulullah yang mulia.

Karena pandangan terhalang jari jempol kaki Abu Bakar,  terpaksa ular menggigit jari tersebut. Pada akhirnya Abu Bakar Assiddiq menahan sakit karena racun sangat berbisa dari ular yang menggigitnya. Sahabat Abu Bakar menahan untuk tidak menggerakkan kakinya dengan harapan jangan sampai Rasulullah terbangun.

Rasa sakit yang sangat menjadikan sahabat Abu Bakar Assiddiq berkeringat dan pada akhirnya keringat menetes dan jatuh di pipi Rasulullah SAW. Kemudian Rasul terbangun dan melihat wajah sahabatnya pucat beliau bertanya “ Apakah yang terjadi wahai Abu Bakar ?”

Dengan gemetar, sahabat Abu Bakar berkata,  “Seekor ular menggigit jari jempolku ya Rasulullah.“

Melihat hal demikian,  Rasul segera menarik kaki sahabat Abu Bakar dan menghisap racun pada luka jari jempol sahabatnya yang hampir merasuk ke bagian organ tubuh Abu Bakar. Setelah yakin semua racun keluar,  lalu Rasul mengikat kaki Abu Bakar dengan surbannya.

Setelah itu Rasulullah berucap,  “Wahai ular yang ada dalam lubang Goa Tsur,  mengapa engkau menggigit kaki sahabatku yang paling setia kepadaku?”

Dengan mukzizat yang Allah berikan kepada Rasulullah SAW, dan atas izin Allah,  ular mengerti apa yang diucapkan Rasulullah SAW. Seraya ular berucap,  “Wahai Kekasih Allah Muhammad Rasulullah,  ratusan tahun aku menunggu dalam goa ini hanya untuk melihat kemuliaan engkau, di mana saat akau diciptakan aku sudah melihat Nur yang bertuliskan ‘Muhammad’. Dan Allah izinkan dengan qodrat-Nya sesuai janji Allah, aku akan dipertemukan denganmu ya Rasul di goa ini. Dan saat ini juga aku mengucapkan syahadat dan bersaksi bahwa engkau adalah rasul terakhir. Aku beriman kepadamu,  wahai Rasulullah SAW.” Seketika itu ular tersebutpun mati. Dan filosofinya sampai sekarang apabila ular sudah menggit manusia setelahnya pasti mati.

Dari cerita di atas,  pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya adalah makna dan kahekat sebuah persahabatan. Persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar menginspirasi kita bahwa dalam bersabahat tidak ada hijab status sosial, pangkat dan jabatan atau harta sekalipun. Ketika sahabat duka dan butuh pertolongan sebaik mungkin kita lakukan pertolongan. Sahabat atau teman banyak di meja makan atau kala kita pesta dan jaya. Tapi sedikit sekali teman yang bersedia mendekati kala kita menderita.  Sahabat atau teman sejati adalah mereka hadir kala kita berduka, mereka mendoakan  kala kita sudah tiada.

Demikian sekulumit cerita semoga menginspirasi agar kita pandai dalam memilih sahabat sejati dunia akherat.  Sahabat yang mengajak kita semakin dekat dengan Allah dan bukan sahabat yang menjadikan kita jauh dengan Allah dengan melakukan perbutan maksiat. Naudzubillah min dzalik.

 

Profil Penulis

Drs. Edi Mawardi. MA   adalah seorang pemerhati pendidikan yang sudah berkiprah di  dunia pendidikan lebih dari 30 tahun, dengan pengalamannya menjadi seorang pendidik. Pernah tiga kali menjadi kepala sekolah di sekolah yang berbeda. Alumni S2 Tafsir Hadis Ma’had Aly Zawiyah Jakarta tahun 2020 itu menulis buku “40 Hadis Sikap Penuntut Ilmu” yang sudah ISBN dan terjual di Tokopedia dan Bukalapak. Saat ini ia  mengabdikan diri menjadi guru di Sekolah Bosowa Bina Insani. Ia juga menjadi Konsultan Pendidikan di beberapa sekolah di Indonesia. Sederet prestasi yang diperolehnya daintaranya adalah Pelatih Daerah DKI Jakarta untuk PKPB GPAI Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *