Itu dia, akhirnya aku bertemu dengannya lagi setelah sekian lama, mataku tak bisa ku palingkan darinya, terus Ku pandangi walau dari kejauhan yang hanya berjarak beberapa meter saja. Pria berkumis tipis itu tampak tenang dan terlihat sangat manis sesekali ia nampak tersenyum ketika melihat handphone nya.
Sesekali ia menengok ke kiri dan kanan, entah sepertinya dia merasakan jika ada orang yang sedang memperhatikan nya, namun dengan sigap aku membalikan tubuh ku berpura-pura tidak melihatnya yang saat itu posisi ku sedang berdiri tepat berada disebelah kirinya,
batinku berkata,
“Dialah orang yang selama ini ku cari, ya tuhan izinkan aku bersamanya,” pinta ku pada Tuhan sembari memelas.
Tak berapa lama suara handphone ku berdering, yang saat itu cukup mengagetkan Rescha, langsung saja dia menoleh dan aku terkejut sampai menjatuhkan handphone ku, untung saja aku memakai masker, jadi dia tidak mengenali ku.
“yaampun,” teriak ku, dengan perasaan malu dan gugup ku ambil handphone ku dan bergegas berlari menjauh.
“Yaampun aku malu sekali,” gerutuku sembari berjalan menjauh darinya, seketika langkah kakiku terhenti teringat sesuatu.
“Dia tersenyum,” yaa dia tadi tersenyum melihat tingkahku, aku masih tak percaya dia tersenyum.
“aaaaaaaaaaaa,” teriakku bahagia sambil ku lepas maskerku “dia tersenyum,” ucapku kegirangan.
“Kenapa mba? Ko teriak teriak,” tiba-tiba ada suara seorang pria entah darimana suara itu berasal, ku lihat-lihat ke kiri dan kanan sembari ku pakai kembali masker ku.
“Tak ada siapa-siapa,” ucapku sembari berbalik ke belakang. “aaaaaaaaaaaa,” seketika itu tubuhku tak seimbang dan terjatuh, alangkah terkejutnya aku ada seorang pria berdiri tepat dibelakang ku.
“Rescha,” ucapku membatin, ternyata pria itu adalah rescha, entahlah tubuhku terasa gemetar.
“Mati aku, bagaimana ini,” ucapku dalam batin. Apa yang harus kulakukan, dia sekarang tepat berada dihadapan ku, dan tanpa kuduga dia menjulurkan tangannya kepadaku, kulihat wajahnya dia mengangguk dan tersenyum padaku, kupegang tangannya dan dia membantuku berdiri, mataku tak bisa ku palingkan dari matanya saat itu, kami saling bertatapan untuk beberapa saat, mata yang indah dan Sorot mata yang tajam, hingga sebuah pertanyaan mengagetkanku.
“Kamu gpp ?!!” Tanyanya yang seketika itu membuyarkan lamunanku.”
“Aku Gpp ko,…” jawabku gugup, sial dia berhasil membuatku mati kutu.
“Maaf kalo aku ngagetin kamu,” ucapnya lagi.
“Iyahh gpp,” kataku gugup sembari berlalu meninggalkan dia, beberapa langkah kedepan aku berhenti dan berbalik.
“Terimakasih banyak,” ucapku.
“Saa. …” Belum sempat dia melanjutkan ucapannya aku bergegas pergi, bukan apa-apa aku hanya bingung harus bagaimana saat berhadapan dengan nya, aku tak berani aku terlalu gugup untuk dia yang terlalu berani.
“Sama-sama,” teriaknya yang membuat langkah kakiku terhenti ,aku menoleh kebelakang dan dia tersenyum padaku, hembusan angin menyibakkan rambutku yang terurai panjang sebahu.
Bersambung ….
https://milenianews.com/2019/11/20/suatu-saat-nanti-bagian-3/