Milenianews.com, Depok– Mahasiswa Kelompok Studi Ekonomi Islam ISEF (KSEI ISEF), Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI (STEI SEBI) Depok menyelenggarakan kegiatan Kampanye Ekonomi Syariah yang merupakan rangkaian acara Islamic Economic Days (IED) IX dengan tema “Optimizing The Sharia Capital Market And Halal Lifestyle In Order to Advance The Sharia Economy And Realize A Golden Indonesia 2045″. Kegiatan ini diselenggarakan di Gedung Sebi Hall Depok, Senin, 22 April 2024.
Kampanye ekonomi syariah ini diselenggarakan untuk mengedukasi, mensyiarkan ekonomi syariah serta menjadi jendala pembuka wawasan bagi hadirin serta seluruh masyarakat Indonesia. Kegiatan tersebut menampilkan pembicara yang luar biasa yakni Atiyah Fitri, S.Sos., M.Si. Ia merupakan direktur SEBI Enterprenuer Laboratorium (SEL) dan juga dosen tetap STEI SEBI.
Dalam kesempatan tersebut, Atiyah mengupas tentang halal lifestyle, building a subtainable halal ecosystem. Ia memulai dengan menyangutip sebuah hadits Rasulullah SAW: “Mencari sesuatu yang halal adalah kewajiban bagi setiap muslim.” (H.R Al-Thabarani dari ibnu Mas’ud).
“Sebagaimana yang kita ketahui, halal (syariah) adalah sesuatu yang diperbolehkan atau diizinkan dalam islam. Maka menjaga eksistensi halal sama dengan menjaga kehormatannya. Melalukan yang diharamkan sama dengan juga melanggar batas manusia,” ujar Atiyah dalam rilis yang diterima Milenianews.com.
Ia menambahkan, “Dan adapun halal lifestyle adalah cara seseorang menjalankan kehidupan sehari-hari dengan standar, nilai, dan prinsip yang diperbolehkan agama islam yaitu produk yang digunakan, kebiasaan, aktivitas, tingkah laku, minat dan ketertarikan, kepedulian terhadap proses pengolahandan juga cara mendapatkannya.”
Halal lifestyle, kata dia, mencakup makanan dan minuman, hotel dan pariwisata, sistem perbankan, kosmetik dan farmasi serta logistik dan rantai pasokan dengan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Di tengah penyampaiannya, Atiyah mengajukan sebuah pertanyaan untuk mengembalikan fokus hadirin. Adapun soalnya adalah: “Apa peran Gen-Z dalam membangun halal lifestyle?” Secara cepat Mustafa (mahasiswa) menjawab pertanyaan tersebut sehingga mendapat hadiah dari Atiyah. “Gen-Z dapat berkontribusi sebagai agen sosialisasi, agen literasi, dan pelaku halal lifestyle itu,” lanjut Atiyah.
Di akhir pemaparannya, ia menyampaikan ada empat segmen generasi muslim menengah, dari setiap segmen memiliki karakteristik tersendiri. Pertama, segmen rationalist yaitu tidak terlalu sensitif dalam berislam, tidak khawatir/kurang peduli terhadap kehalalan, yang penting nilai fungsi dan nilai emosionalnya terpenuhi.
Baca Juga : Intip Program Baru STEI SEBI 2024
Kedua, segmen apathist yaitu tidak peduli halal atau haram dan berkualitas atau tidaknya suatu produk/jasa, yang penting terjangkau.
Ketiga, segmen universalist yaitu muslim modern, inklusif dalam berislam. “Adapun segemen yang terakhir ialah segmen conformist yaitu kebalikan dari segmen universalist, kelompok Islam simbolik menganggap penting simbol keagamaan,” paparnya.
Diprediksi, segmen universalist bakal berkembang pesat dan mendominasi pasar Indonesia dengan karakter religius, universal, dan makmur. “Maka dari itu halal lifestyle dapat berkembang dengan baik apabila setiap individu dari kita memulainya dengan kata ‘Saya Tidak Mau Jika Tidak Halal’,” tegas Atiyah.
Kegiatan ini ditutup dengan pemberian sertifikat kenang-kenangan kepada pembicara dan juga moderator, dilanjutkan dengan foto bersama.