Milenianews.com, Jakarta – Bank Indonesia akan meluncurkan Payment ID pada 17 Agustus 2025 sebagai bagian dari transformasi sistem pembayaran nasional. Fitur ini berupa kode unik berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang terhubung ke seluruh aktivitas transaksi digital—mulai dari e-wallet, mobile banking, hingga pinjaman online.
Baca juga: Bersiap, Inilah Analisis Aset Kripto Potensial 2025 Selain Bitcoin
Tujuan utama Payment ID adalah menciptakan transaksi yang terlacak secara menyeluruh dan akurat, serta mendukung deteksi penipuan, analisis risiko kredit, dan distribusi bantuan sosial yang lebih tepat sasaran. Bank Indonesia menegaskan bahwa seluruh akses terhadap data transaksi hanya dapat dilakukan dengan persetujuan pengguna dan sesuai dengan regulasi perlindungan data pribadi.
Namun, kehadiran Payment ID juga menimbulkan kekhawatiran terhadap privasi dan keamanan data. Risiko seperti phishing, pelacakan tanpa izin, serta kemungkinan kebocoran data apabila sistem diretas menjadi sorotan sejumlah pengamat dan pengguna digital.
Influencer kripto serukan penggunaan
Menanggapi wacana integrasi data berbasis NIK ini, sejumlah influencer dan komunitas kripto mulai mengimbau penggunaan cold wallet sebagai langkah perlindungan tambahan bagi pemilik aset digital.
Cold wallet menyimpan private key secara offline, sehingga tidak tersambung ke internet dan tidak terdeteksi oleh sistem berbasis Payment ID. Dengan cara ini, informasi kepemilikan kripto tetap berada dalam kendali pengguna, tanpa terekspos ke platform pertukaran kripto (exchange) atau dompet digital yang terhubung dengan Payment ID.
“beli cold wallet macam trezor atau ledger … transfer those coins into your cold wallet … nobody can touch your crypto,” tulis salah satu pengguna aktif dalam forum daring.
Mengenal cold wallet dan cara kerjanya
Cold wallet adalah dompet kripto yang menyimpan private key secara offline. Artinya, kendali atas aset digital tidak pernah terhubung ke internet, menjadikannya jauh lebih sulit diretas dibandingkan dengan dompet online (hot wallet).
Cara kerja cold wallet melibatkan pembuatan key secara offline, pengiriman aset melalui alamat publik, serta penandatanganan transaksi di luar jaringan. Transaksi yang telah ditandatangani kemudian dikirim kembali ke perangkat online untuk diproses ke jaringan blockchain. Metode ini memastikan bahwa private key pengguna tidak pernah terekspos.
Jenis cold wallet yang paling populer adalah hardware wallet seperti Ledger atau Trezor. Selain itu, ada pula paper wallet, komputer air-gapped yang tidak pernah terkoneksi internet, hingga sound wallet yang bersifat eksperimental.
Alasan penggunaan cold wallet semakin relevan
Penggunaan cold wallet kini menjadi sangat relevan seiring hadirnya Payment ID yang berbasis identitas digital. Influencer kripto menilai cold wallet sebagai bentuk self-custody atau kontrol penuh atas aset, menghindarkan dari risiko kebocoran data, serta menjaga privasi transaksi blockchain dari sistem terpusat.
Selain itu, risiko serangan peretas terhadap exchange atau dompet online dapat diminimalkan karena cold wallet beroperasi secara fisik dan offline, tidak dapat dijangkau oleh pelaku kejahatan siber.
Kehadiran Payment ID menandai era baru integrasi sistem pembayaran digital di Indonesia. Namun, di sisi lain, komunitas kripto menyadari pentingnya mempertahankan kedaulatan privasi dan keamanan aset digital di tengah sistem pelacakan terpusat.
Baca juga: Mengenal Payment ID, Proyek Bank Indonesia Bisa Pantau Transaksi
Cold wallet menjadi solusi konkret yang ditawarkan oleh komunitas—memberikan perlindungan, otonomi, dan ketenangan dalam mengelola aset digital secara pribadi. Bagi pengguna kripto yang menginginkan keamanan maksimal, cold wallet bukan sekadar pilihan, melainkan kebutuhan.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.