Mata Akademisi, Milenianews.com – Bertahan di tengah-tengah situasi yang memberatkan semua sektor membuat saya berpikir ribuan kali. Apakah akan tetap melanjut? Bagaimana jika ambil cuti saja? Tidak, ini bukan pilihan yang tepat. Jika masih bisa berjalan setidaknya maju saja. Tidak apa-apa jika harus terseok-seok sementara waktu.
Pekan ketiga menikmati pembelajaran secara daring rasanya tetap was-was dan agak sedikit fleksibel. Pasalnya akibat Covid-19 kampus saya pun menerbitkan peraturan baru, seharusnya semester depan saya harus mengikuti program magang di perusahaan yang dilamar.
Baca Juga : Covid-19 dan Kepedulian Bersama
Namun, bagi sebagian mahasiwa banyak yang belum mendapatkan kabar baik diterima magang. Sebenarnya, jika telusuri lebih lanjut lagi, masa pemanggilan dan penolakan ini pasti ada kaitannya dengan pemberitaan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang melejit tinggi.
Seperti di Jakarta angka PHK sudah mencapai 16.065 pekerja (CNN Indonesia, 04/04). Selain itu pentingnya keselamatan bagi pekerja dan masih berlakunya sistem WFH (work from home) mungkin menjadi indikator mengapa sejumlah pengajuan lamaran magang belum mendapat fast respon.
Siap atau tidak, kampus akhirnya menjadwalkan penyusunan skripsi lebih awal untuk angkatan saya sambil menunggu kabar baik virus Corona mereda. Sebagian mahasiswa yang sempat dilema akhirnya memutuskan mengikuti aturan ini. Sedangkan bagi mahasiswa yang sudah mendapatkan panggilan magang tetap diperbolehkan untuk memilih.

Dilamar langsung sama skripsi mimpinya lebih romantis daripada ditembak sama gebetan kita, soalnya melamar bab pendahuluan itu perlu awet, harus komitmen dan tidak boleh kebanyakan janji. Harus persisten.
Terlepas dari berbagai kebijakan yang ditetapkan Pemerintah Pusat kepada seluruh instansi, saya percaya semua ini demi kebaikan bersama.
Namun, berjuang dipeluk skripsi dari rumah rasanya buat detak jantung tidak beraturan. Bukan lantaran topik belum terpikir, namun apakah saya bisa sampai ke garis akhir tanpa berhenti sebentar? Sebenarnya bertahan di semester tua sampai sekarang ini berkat hasil kerja keras kakak lelaki saya sebagai pedagang asongan dengan pelbagai konsumen dari yang gaya bicaranya kalem sampai penampilannya paling nyentrik.
Tapi, akhir-akhir ini pelanggan setia itu bubar dengan cepatnya. Permintaan berkurang, alhasil bisa dihitung jari hanya ada beberapa pelanggan yang membeli dagangannya. Rugi sudah pasti. Sebenarnya ia hendak berhenti, tapi ketika berdiskusi dengan saya dia cuman bilang, “Berjuang walau terpukul”. Ia tersenyum getir sembari menyuruh saya melanjutkan cicilan skripsi. Perlahan-lahan tapi pasti, roda fase sulitnya ekonomi pun sedang menggilas para kelas terbawah saat ini.
Baca Juga : Tri Darma Perguruan Tinggi di Tengah Pandemi Covid-19
Teruntuk yang sedang berjuang dan dilamar skripsi di tengah-tengah Covid-19, semoga masa sulit dilamar skripsi ini cepat pulih dan berlalu! Semoga semesta merestu dan tidak mengalahkan usaha baik kita.