Memahami al-Wail

Dr. KH. Syamsul Yakin MA.,  Pengasuh Pondok Pesantren Darul Akhyar Kota Depok. (Foto: Istimewa)

Milenianews.com, Mata Akademisi– Pengarang kitab Tafsir Jalalain memahami al-Wail sebagai azab yang  pedih. Demikian juga  Imam al-Qurtubi di dalam tafsirnya. Mengutip pendapat Ibnu Abbas, Imam al-Qurtubi dan Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebut makna lain al-Wail, yakni lembah yang ada di neraka.

Di dalam al-Qur’an, al-Wail diperuntukkan bagi sejumlah kelompok manusia. Pertama bagi mereka yang mengada-ada yang tidak ada sesuai selera mereka. Allah informasikan, “Maka azab  yang pedih bagi orang-orang yang menulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri Lalu mereka berkata, “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu.” (QS. al-Baqarah/2: 79).

Tak hanya sekali, Allah menegaskan azab yang pedih itu hingga tiga kali dalam ayat yang sama, “Maka azab yang pedih bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan azab yang pedih bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-Baqarah/2: 79).

Obyek pembicaraan ayat ini, seperti diungkap dalam kitab Tafsir Jalalain adalah orang-orang  Yahudi yang mengganti  sifat Nabi Muhammad di dalam Taurat dan hukuman rajam (dilempar  batu hingga tewas) diganti dengan dijemur dan dicambuk.

Tentang sifat Nabi Muhammad itu sendiri tertulis dengan jelas di dalam al-Qur’an ada lima, “Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun  lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. al-Taubah/8: 128).

Nabi Muhammad dikenal penyantun terhadap orang-orang yang taat dan penyayang terhadap orang-orang yang berdosa.

Dari ayat 79 surah al-Baqarah di atas terlihat jelas orang-orang  Yahudi adalah para pendusta. Namun menariknya, pada lima makna ayat berikut menunjukkan secara lugas bahwa al-Wail diperuntukkan bagi para pendusta, “Azab yang pedih, pada hari itu, bagi mereka yang berdusta.” (QS. al-Muthafifin/83:10, al-Thur/52:11, al-Mursalat/76: 40, 45, 49).

Lalu ketiga, keempat, kelima, dan keenam berturut-turut Allah menjelaskan bahwa  al-Wail  bagi orang kafir, “Dan azab yang pedih bagi orang-orang kafir.” (QS. Ibrahim/14: 2). Lalu bagi orang yang curang, “Azab yang pedih bagi orang-orang yang curang.” (QS. al-Muthafifin/83: 1). Berikutnya bagi orang yang shalat, “Azab yang pedih bagi orang-orang yang shalat, yaitu yang lalai dalam shalatnya.” (QS. al-Ma’un/107: 4-5).

Di dalam ayat lain diungkap juga  azab yang  pedih akan dinikmati  oleh pengumpat dan pencela, “Azab yang pedih bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (QS. Humazah/104: 1). Ayat ini, menurut pengarang kitab Tafsir Jalalain,  diturunkan berkaitan dengan orang-orang yang suka mengumpat Nabi dan kaum mukmin, seperti Umayah bin Khalaf, Walid bin Mughirah dan yang lainnya.

Dari semua kata al-Wail yang termaktub dalam makna ayat di atas dapat dipahami bahwa al-Wail adalah ungkapan celaan dari Allah bagi mereka yang mengganti isi Taurat, para pembohong, bagi orang-orang kafir, orang-orang curang, bagi orang-orang yang shalat, dan bagi pengumpat lagi pencela.

Penulis: Dr. KH. Syamsul Yakin MA.,  Pengasuh Pondok Pesantren Darul Akhyar Kota Depok

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *