Puisi  

Labirin Hati

Oleh Hadi Suroso

Rinduku masih saja menggebu, meski begitu jalang pergimu menghilang. Memang ku akui, tak bisa ku mengelak dari debar yang masih kerap menjalar. Tak mungkin pula ku menyangkal akan lara dari setiap luka yang kau cipta. Kau yang tak lagi di sisi, namun namamu tetap tertinggal di hati. Masih saja berdetak di dadaku, meski runtutan sakit yang telah kau beri tak bisa kuingkari.

Ingin sekali kau lenyap dari bilik hatiku. Terkikis habis bersama perih luka teriris. Tak lagi tersisa walau secuil rasa, yang mendera terus menyiksaku. Namun  nyatanya, ku tak cukup berani untuk melepaskan. Ku tak sanggup diri untuk mengenyahkan.

Pergimu adalah kesudahan yang paling sulit untuk ku relakan.

Tanpamu adalah kesendirian yang paling berat untuk ku terimakan.

Entah…

Mungkin kau telah luluh di gerangan yang memahami. Atau, mungkin kau telah labuh di jawaban dari setiap siapa yang kau cari. Kau yang dimana pun itu, kini telah menemukan bahagiamu. Sementara aku…masih saja di sini. Tak sejengkalpun beranjak dari ruang sepi memeluk erat bayangmu.

Kau adalah petualang hebat di setiap diksi luka yang kau buat. Kau juga perayu handal dengan frasa indah di setiap rayuanmu. Dan aku, selalu lelap tersirap mantra manisnya kata yang kau bisikkan, meski itu mengandung jenis bisa yang mematikan.

Aku terhempas di keindahan pesonamu. Mengenas sebagai tempat singgah paling nyaman bagi setiap pelarian sedih dan pilumu. Ku telah jauh  masuk menyusuri, lalu terjebak tak bisa keluar, hanya berputar-putar di labirin hati tanpa bisa diselamatkan.

Bogor, 08122023

Hd’s

Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari  mengasah jiwa dan menggali hikmah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *