Milenianews.com, Jakarta – Martha Aznury, seorang dosen Teknik Kimia di Politeknik Negeri Sriwijaya (Polsri), terus melakukan inovasi. Tak hanya dalam pendidikan saja, tetapi juga terjun langsung dalam menciptakan solusi untuk masalah-masalah di masyarakat. Salah satu contohnya adalah di bidang pertanian dengan menciptakan pupuk cair organik.
Sebagai dosen di perguruan tinggi vokasi, Martha terus berusaha mengembangkan inovasi untuk mengatasi berbagai tantangan, termasuk dalam dunia usaha dan industri. Baru-baru ini, ia menciptakan pupuk organik cair inovatif yang lebih ramah lingkungan dan juga lebih terjangkau.
Baca juga : Keren! Dosen UGM Ciptakan Aplikasi Penanganan Henti Jantung
Pupuk cair organik hasil inovasinya bernama Polsri G. 044. Hal yang menarik adalah pupuk ini terbuat dari sampah-sampah organik yang sebelumnya kurang bermanfaat bagi masyarakat.
Pupuk cair organik dari bahan sederhana
Menggunakan sampah kulit bawang dan telur
Martha menggunakan bahan-bahan organik sisa yang sering terabaikan dan mudah ditemukan di dapur-dapur keluarga Indonesia, seperti kulit bawang merah, kulit telur, dan air kelapa.
Melansir dari laman resmi Vokasi Kemdikbud RI, komposisi pupuk ini adalah 0,5 kilogram kulit telur dan kulit bawang, air kelapa satu liter, serta air biasa 10 liter. Air yang digunakan sebaiknya air sumur atau air tanah bukan air PDAM agar hasilnya maksimal.
Tidak hanya itu, Martha juga memasukkan sedikit molase, sekitar 200 mililiter saja. Molase atau tetes tebu, adalah produk sampingan dari proses pembuatan gula tebu. Jika tidak ada molase, dapat menggunakan gula merah.
Jika tidak ada keduanya, bisa menggunakan air kelama dengan volume ditambah menjadi dua kali lipat, jadi dua liter.
Baca juga : Mahasiswa Polije Ciptakan Alat Semprot Hama Tenaga Surya, Ngirit Biaya Produksi
Proses pembuatan pupuk
Dalam pembuatan pupuk cair organik, Martha menjelaskan bahwa semua bahan yang dibutuhkan harus ditempatkan dalam satu wadah atau tong yang ditutup rapat, lalu disimpan untuk mengalami proses fermentasi.
Penggunaan air kelapa dan molase berperan penting dalam membantu proses fermentasi bahan-bahan lainnya. Proses fermentasi memerlukan waktu sekitar empat bulan.
Martha berpendapat bahwa semakin lama proses fermentasi berlangsung, maka kualitas pupuk organik cair menjadi lebih baik. Untuk pengaplikasiannya, pupuk cair ini harus dicarikan dengan air biasa sebelum digunakan. Perbandingannya 1:100, jadi benar-benar sangat bagus dan ekonomis sekali.
Baca juga : UGM Luncurkan ChatBot untuk Lindungi Kesehatan Mental Mahasiswa
Implementasi ke tanaman
Setelah proses pembuatan selesai, cairan pupuk organik dapat berguna dengan cara menyemprotkan langsung ke tanaman. Saat ini, pupuk organik cair ini telah berguna terutama pada jenis tanaman sayuran.
Pupuk organik cair memiliki manfaat besar dalam memberi nutrisi pada tanaman. Selain itu, penggunaannya juga ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat merusak ekosistem.
Hingga saat ini, belum bisa menghasilkan pupuk inovasi dalam jumlah besar. Namun, pupuk bernama Polsri G. 044 sudah bermanfaat bagi para petani melalui Program Pengabdian Masyarakat (PKM) di Polsri.
Baca juga : Siswa SMA Ini Ubah Eceng Gondok Jadi Pupuk Hayati untuk Lestarikan Danau Toba
Salah satu contohnya adalah di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan, di mana pupuk ini telah bermanfaat bagi para petani.
Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.