Milenianews.com, Jakarta – Di rumah sederhana di kawasan Utan Jati, Kalideres, Jakarta Barat, Juliyanti (34) duduk di ruang tamu sambil melipat seragam perawatnya yang baru dicuci. Ia baru pulang dari dinas malam di RS EMC Grha Kedoya. Meski lelah, senyumnya tetap tenang mungkin karena satu hal, rasa aman yang datang dari perlindungan BPJS Ketenagakerjaan.
“Saya mulai ikut BPJS Ketenagakerjaan sejak 2020, waktu pertama kali diterima kerja di rumah sakit ini,” cerita Juliyanti saat ditemui di rumahnya, Senin (3/11).
Baca juga: Baznas Kota Depok Berikan Jaminan BPJS Ketenagakerjaan bagi 100 Pekerja Rentan dan Pelaku UMKM
Bagi Juliyanti, jadi perawat bukan cuma soal profesi, tapi juga panggilan hati. Tiap hari ia berhadapan dengan pasien dalam kondisi darurat, di bawah tekanan tinggi. Risiko kerja? Banyak, mulai dari cedera sampai paparan penyakit menular.
“Kami bisa aja cedera saat bantu pasien atau terpapar penyakit. Jadi punya perlindungan kayak BPJS Ketenagakerjaan itu penting banget,” katanya dengan nada serius.
Menurutnya, program jaminan ini bikin tenaga kesehatan bisa kerja lebih fokus tanpa dihantui rasa khawatir. “Saya bisa kerja lebih tenang karena tahu ada yang melindungi kalau sesuatu terjadi. Jadi nggak perlu mikir yang aneh-aneh,” tambahnya sambil tertawa kecil.
Dampaknya kerasa banget buat keluarga
Nggak cuma dirinya, keluarganya pun ikut ngerasain manfaat BPJS Ketenagakerjaan. “Keluarga saya jadi lebih tenang karena tahu kalau saya sakit atau kenapa-kenapa di tempat kerja, BPJS yang tanggung. Nanti pas pensiun juga ada tabungan hari tua,” jelas Juliyanti.
Bagi dia, program ini bukan sekadar soal uang, tapi bentuk nyata perhatian negara buat para pekerja. “Menurut saya, jaminan kayak gini tuh bukti negara peduli sama kita yang kerja keras setiap hari,” ujarnya mantap.
Empatprogram, satu tujuan: kesejahteraan
BPJS Ketenagakerjaan punya empat program utama:
- Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
- Jaminan Kematian (JKM)
- Jaminan Hari Tua (JHT)
- Jaminan Pensiun (JP)
Semua program itu bukan cuma soal perlindungan kalau risiko datang, tapi juga soal keberlanjutan hidup pekerja di masa depan.
Berdasarkan data terbaru BPJS Ketenagakerjaan per April 2025, jumlah peserta aktif mencapai sekitar 39,7 juta pekerja. Tapi di sisi lain, data BPS tahun 2024 menunjukkan masih ada 83,83 juta pekerja informal, sekitar 57,95% dari total pekerja di Indonesia yang belum semua terlindungi.
Harapan untuk masa depan
Buat Juliyanti, BPJS Ketenagakerjaan bukan cuma jaminan sosial, tapi juga investasi jangka panjang untuk pekerja Indonesia. “Harapan saya, semoga BPJS terus ningkatin kualitas layanan dan bisa ngerangkul lebih banyak pekerja, terutama yang di sektor informal,” harapnya.
Baca juga: Baznas Kota Depok Gelar Pembinaan Mitra Strategis Pemberdayaan UMKM di Kantor BPJS Ketenagakerjaan
Baginya, kalau semua pekerja di Indonesia bisa dapet perlindungan yang sama, kesejahteraan nasional juga bakal naik level. “Kalau semua terlindungi, negara juga makin kuat. Semua kerja dengan tenang, produktivitas naik, otomatis Indonesia juga ikut maju,” katanya optimis.
Lewat BPJS Ketenagakerjaan, visi besar “membangun Indonesia melalui perlindungan pekerja yang inklusif dan berkelanjutan” bukan lagi sekadar slogan, tapi langkah nyata yang terus diwujudkan, satu pekerja demi satu kesejahteraan.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.













