Mata Akademisi, Milenianews.com – Menurut Harun Nasution, Jabariyah adalah paham yang menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan oleh qadha dan qadar Allah SWT. Maksudnya, setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasarkan kehendaknya sendiri, melainkan diciptakan oleh Tuhan dan dengan kehendak-Nya. Di sini, manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat karena tidak memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahkan bahwa Jabariyah adalah aliran yang memandang manusia sebagai wayang dan Tuhan sebagai dalangnya.
Untuk Qadariyah, aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya; ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa Qadariyah merupakan nama suatu aliran yang memberi penekanan pada kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatannya. Harun Nasution menegaskan bahwa kaum Qadariyah berasal dari pemahaman bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.
Baca juga: Teologi Jabariyah di Era Modern: Apakah Manusia Masih Memiliki Kehendak Bebas?
Kelelahan yang dialami individu dalam jangka waktu yang lama dengan intensitas cukup tinggi akan mengakibatkan individu tersebut menderita kelelahan, baik fisik maupun mental. Keadaan seperti ini disebut burnout, yaitu kelelahan fisik, mental, dan emosional yang terjadi akibat kelelahan berkepanjangan dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi. Burnout merupakan sindrom yang berkaitan dengan pekerjaan, yang berasal dari persepsi individu mengenai perbedaan signifikan antara usaha dan imbalan (reward). Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor organisasi, individu, dan sosial.
Burnout di Kalangan Gen Z
Burnout sering terjadi di tempat kerja akibat rutinitas dan tekanan kehidupan sehari-hari yang berat. Dalam beberapa tahun terakhir, burnout semakin umum terjadi di kalangan anak muda, terutama Generasi Z yang baru memasuki dunia kerja. Hal ini karena mereka tumbuh dalam lingkungan yang penuh tekanan akademik, ekspektasi sosial tinggi, serta ketidakpastian ekonomi, yang memperburuk kondisi mental ketika bekerja.
Salah satu faktor utama penyebab burnout di kalangan Gen Z adalah ekspektasi kerja yang tinggi. Burnout juga terjadi ketika tidak ada lagi keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (work-life balance). Selain itu, pergeseran budaya kerja yang semakin mengandalkan teknologi juga berperan dalam meningkatnya burnout.
Job demands mengacu pada aspek pekerjaan yang mengharuskan karyawan melakukan upaya fisik, psikologis, atau emosional yang signifikan—contohnya tekanan waktu, tuntutan tinggi, dan konflik peran. Sedangkan job resources mengacu pada aspek pekerjaan yang membantu karyawan mencapai tujuan dan mengurangi dampak negatif dari job demands, misalnya dukungan sosial, kesempatan belajar, dan kejelasan peran.
Tinggi rendahnya job demands dan ketersediaan job resources memengaruhi tingkat burnout. Semakin tinggi tuntutan kerja dan semakin rendah sumber daya, semakin besar risiko burnout. Job resources dapat bertindak sebagai buffer atau moderator yang melemahkan hubungan antara tuntutan kerja dan burnout.
Berdasarkan data global, eksodus Generasi Z diperkirakan akan terus berlanjut. Survei Data Indonesia tahun 2022 menunjukkan bahwa sekitar 37,2% Gen Z meninggalkan pekerjaannya karena kurangnya keseimbangan kerja-hidup, dan 56,9% bekerja tidak teratur dan berjam-jam.
Ada juga fenomena yang sempat ngetren yaitu quiet quitting, yakni ketika karyawan memilih untuk tidak melakukan lebih dari kewajiban dasarnya, meskipun masih menjalankan tugas sesuai ekspektasi. Ini merupakan bentuk pengambilan jarak dari budaya kerja yang menuntut pekerja untuk selalu “lebih”—lebih produktif, lebih terlibat, lebih berkomitmen, meskipun kompensasi atau pengakuan tidak sebanding dengan usaha.
Menurut riset Gallup, sekitar 50% pekerja Gen Z merasa tidak terhubung dengan pekerjaan mereka, yang meningkatkan stres dan kelelahan mental. Karena itu, quiet quitting menjadi pilihan menarik bagi mereka yang merasa pekerjaannya tidak memenuhi kebutuhan pribadi atau profesional.
Perusahaan atau institusi perlu menerapkan kebijakan terkait kesehatan mental, seperti:
Memberikan cuti mental health
Pelatihan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan mengenali gejala gangguan mental
Menyediakan layanan konseling atau dukungan psikologis bagi karyawan
Peran Individu dalam Mengelola Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah kondisi yang berkaitan dengan jiwa, psikis, dan emosi seseorang. Ia mencerminkan keseimbangan emosional, kemampuan mengatasi tekanan, serta interaksi sosial seseorang.
Menjaga kesehatan mental penting untuk menstabilkan perilaku, emosi, dan pikiran. Orang yang sehat secara mental akan lebih mudah menghadapi stres, menjalin hubungan, dan membuat keputusan. Sebaliknya, gangguan kesehatan mental dapat menyulitkan seseorang mengendalikan emosi, berpikir jernih, bahkan bisa memicu keinginan menyakiti diri sendiri.
Kesehatan mental perlu dijaga di setiap tahap kehidupan: masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa. Saat terjaga, hidup terasa lebih tenang. Jika terganggu, maka fungsi individu dalam kehidupan pun ikut terpengaruh.
Pandangan Islam: Keseimbangan antara Takdir dan Usaha
Islam mengajarkan keseimbangan antara menerima takdir (sistem) dan berusaha (perubahan diri) melalui konsep tawakal dan ikhtiar. Tawakal adalah berserah diri kepada Allah atas hasil usaha, sementara ikhtiar adalah usaha aktif mencapai tujuan.
Takdir bukan alasan untuk pasrah pasif. Dalam QS. Ar-Ra’d ayat 11:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
Contoh: Nabi Muhammad SAW tetap menyusun strategi dan mempersiapkan pasukan dalam perang. Dalam ekonomi, beliau menganjurkan kerja keras dan inovasi.
Islam juga menanamkan bahwa:
Ketika berhasil jangan sombong, karena semua terjadi atas izin Allah.
Ketika gagal jangan putus asa, karena kegagalan adalah ujian yang bisa memperkuat iman.
Curhatan Gen Z di Twitter dan Data Kemenkes tentang Gangguan Mental
Twitter menjadi ruang curhat Gen Z untuk meluapkan stres, kecemasan, dan tekanan hidup. Banyak akun anonim membagikan pengalaman burnout, konflik keluarga, hingga tekanan akademik. Respon warganet menunjukkan bahwa ini bukan masalah individu semata, tapi sudah jadi fenomena sosial.
Kemenkes RI mencatat lonjakan gangguan mental pada remaja dan dewasa muda. The Jakarta Post melaporkan, pada 2023, gangguan seperti depresi dan kecemasan meningkat hingga 6,5%. Kelompok usia 15–24 tahun menjadi yang paling terdampak, dipicu oleh tekanan sosial, beban akademik, isolasi, dan ketidakpastian ekonomi pascapandemi.
Sayangnya, hanya 20% dari penderita gangguan mental yang mendapat perawatan memadai. Banyak Gen Z lebih memilih berbagi secara daring daripada bertemu tenaga profesional, karena stigma dan mahalnya biaya terapi.
Baca juga: Pasrah atau Bergerak? Sorot Kesenjangan Ekonomi dari Perspektif Jabariyah dan Qadariyah
Pendekatan gabungan antara teologi dan psikologi memberi solusi holistik:
Teologi memberikan makna, nilai moral, dan spiritualitas
Psikologi memberi alat praktis untuk kelola stres dan emosi
Manfaat integrasi ini:
Mengurangi stigma dalam komunitas religius bahwa gangguan mental adalah “kurang iman”.
Mengajarkan nilai pengampunan, syukur, dan penerimaan diri dari sisi teologis.
Memberikan teknik ilmiah seperti CBT dan mindfulness untuk memperkuat daya tahan mental.
Di tingkat komunitas, pendekatan ini memperkuat hubungan antarindividu melalui komunikasi sehat dan kasih sayang.
Kolaborasi antara tokoh agama dan profesional kesehatan mental sangat penting, agar layanan konseling berbasis nilai bisa disesuaikan dengan kepercayaan personal sekaligus memenuhi standar keilmuan psikologi. Ini menghasilkan solusi yang efektif, personal, dan berkelanjutan.
Penulis: Upi Zahra, Dosen serta Sofia Syafitri, Maysilla Syahda putri, Aufa Miranti, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.