Vitamin D Bisa Bantu Cegah COVID, Berikut Penjelasannya

Vitamin D Bisa Bantu Cegah COVID, Berikut Penjelasannya

Milenianews.com –  Vitamin D merupakan salah satu nutrisi penting untuk tubuh. Ada banyak fungsi Vitamin D, mulai dari meningkatkan kesehatan tulang hingga memperkuat jaringan otot. Namun beberapa waktu lalu, Vitamin D juga banyak dikaitkan dengan COVID.

Beberapa netizen membicarakan ini di sosial media. Ada yang mengatakan bahwa meningkatkan asupan vitamin D bisa melindungi kita dari infeksi COVID-19. Akan tetapi, benarkah vitamin D bisa membantu mencegah penyakit akibat virus corona SARS-CoV-2 ini? Simak ulasannya berikut ini

Vitamin D Mengurangi Resiko Gangguan Saluran Pernapasan

Mengutip dari IDN Times (29/7), Sebuah laporan dalam jurnal BMJ Clinical Research tahun 2017 meneliti 25 uji klinis yang menguji dampak suplemen vitamin D pada infeksi saluran pernapasan akut. Termasuk bronkitis, pneumonia, dan sinusitis (infeksi sinus yang umum). Gabungan, uji coba ini melibatkan total 11.321 peserta yang secara acak untuk mengonsumsi vitamin D dan pil plasebo dengan pengawasan selama 1,5 tahun.

Penelitian ini menghasilkan data jika orang-orang yang mengonsumsi vitamin D 12 persen lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi saluran pernapasan akut daripada yang tidak mengonsumsi vitamin D.

Baca Juga : Tak Mampu Lagi Bayar Hotel, Ini Tempat Baru dari Pemprov DKI untuk Pasien COVID-19

Defisiensi vitamin D Berpengaruh terhadap Pasien COVID

Menurut situs Mayo Clinic, beberapa penelitian terbaru telah melihat dampak vitamin D pada COVID-19. Satu penelitian terhadap 489 orang menemukan bahwa mereka yang kekurangan vitamin D lebih mungkin positif terkena virus COVID-19  daripada orang yang memiliki kadar vitamin D normal.

Penelitian lain juga menyatakan bahwa tingkat defisiensi atau kekurangan vitamin D pada pasien COVID-19 yang mengalami gagal pernapasan akut. Orang-orang ini memiliki risiko kematian yang jauh lebih tinggi.

Selain itu, sebuah penelitian kecil secara acak menemukan bahwa dari 50 orang positif COVID-19 yang diberi jenis vitamin D (calcifediol) dosis tinggi, hanya satu yang memerlukan perawatan di unit perawatan intensif. Sebaliknya, 26 orang yang tidak diberikan jenis vitamin D tersebut, sebanyak 13 orang perlu dirawat di unit perawatan intensif.

Baca Juga : Vaksinasi Bagi Tenaga Pendidik Diprioritaskan Untuk Kembali Membuka Sekolah Tatap Muka

Sebenarnya dari seluruh penelitian yang ada, para ahli mengakui bahwa belum ada bukti kuat bahwa Vitamin D dapat mencegah atau mengobati COVID pada populasi umum.

Ada beberapa variabel yang perlu ada dalam penelitian. Mengutip laman McGill University, “sebagian besar penelitian vitamin D sangat sulit untuk di tafsirkan. Karena tidak dapat menyesuaikan faktor risiko yang diketahui untuk COVID yang parah. Seperti usia yang lebih tua atau memiliki penyakit kronis, yang juga merupakan prediktor vitamin D yang rendah,” kata rekan penulis Guillaume Butler-Laporte, seorang dokter dan rekan di bawah pengawasan Profesor Brent Richards di McGill University.

“Oleh karena itu, cara terbaik untuk menjawab pertanyaan tentang efek vitamin D adalah melalui uji coba secara acak. Tetapi ini kompleks dan intensif sumber daya, dan penelitian seperti ini membutuhkan waktu lama selama pandemi,” katanya.

Pentingnya Vitamin D Penting Ketika Isolasi Mandiri

Bersumber dari Everyday Health, Susan Lanham-New, PhD, kepala departemen ilmu gizi di University of Surrey, Inggris, mengatakan kalau suplementasi vitamin D sangat penting selama masa isolasi diri terkait dengan paparan sinar matahari yang terbatas.

Selaku profesor kedokteran di Mayo Clinic di Minnesota, AS, Matthew Drake, MD, PhD, juga mengatakan kalau vitamin D berpotensi besar dalam fungsi kekebalan tubuh. Sehingga kadar vitamin D yang rendah dapat menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh untuk melawan berbagai gangguan, termasuk infeksi.

Menjaga kadar vitamin D dalam kisaran normal bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan imun dan mencegah COVID.

Sementara itu, dari sumber yang sama, dari Everyday Health, Paul Marik, MD, kepala kedokteran paru dan perawatan kritis di Eastern Virginia Medical School, Amerika Serikat (AS), mengatakan jika Vitamin D baik untuk usia di atas 60 tahun serta individu dengan masalah kesehatan kronis. Termasuk diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit paru-paru.

Baca Juga : Isolasi Mandiri untuk Pasien Positif Tanpa Gejala tidak Di izinkan lagi Mulai Hari ini

Seberapa Banyak Dosis Asupan Vitamin D dalam Tubuh

Memang kita tidak boleh kekurangan asupan vitamin D. Akan tetapi asupan Vitamin D juga tidak boleh berlebihan. Sehingga perlu ada rekomendasi para ahli kesehatan.

Menurut keterangan dari Office of Dietary Supplements yang merupakan cabang dari National Institutes of Health, rekomendasi asupan vitamin D berdasarkan umur adalah:

  • Usia 0 sampai 12 bulan : 400 IU (10 mikrogram)
  • Anak 1–13 tahun : 600 IU (15 mikrogram)
  • Remaja 14–18 tahun : 600 IU (15 mikrogram)
  • Dewasa 19–70 tahun : 600 IU (15 mikrogram)
  • Dewasa 71 tahun ke atas : 800 IU (20 mikrogram)

Itulah penjelasan seputar vitamin D yang kabarnya dapat membantu mencegah COVID-19 dan hubungan antara keduanya. Meskipun masih butuh penelitian lebih lanjut, tapi tidak ada salahnya untuk sobat milenia meningkatkan asupan vitamin D. Selain Vitamin D, sobat milenia juga harus bisa memenuhi kebutuhan nutrisi penting lainnya selama pandemi.

Respon (18)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *