embut matanya yang tanpa beban,
senyumnya tulus,
tangisannya karena kebutuhan
ketika lapar dia menangis,
ketika haus dia menangis,
ketika tubuhnya merasa tidak nyaman
dia juga menangis,
tapi tangisannya adalah sebuah ketulusan
Ketika hari demi hari
dan waktu beranjak membimbingnya,
dia tumbuh
dengan sebuah kasih sayang penuh cinta
Tapi
tatapnya masih lembut tanpa beban,
tawanya riang penuh keceriaan
dia mulai belajar melangkah,
meski berkali-kali terjatuh
karena kurang keseimbangan,
tapi dia tetap berdiri
dan mencoba melangkah
tanpa sebuah beban,
Dia tatap masa depan
dengan sebuah harapan
dia mulai melangkah
berkali-kali lagi
hingga akhirnya
dia sudah mulai berlari
dengan keseimbangan
yang dimiliki
Sebuah penopang
yang mulai tertanam dalam diri,
dia mulai kuat,
menjaga tubuhnya,
berlari mengejar mimpinya
Dia mulai mengukir
mimpi-mimpinya menjadi nyata
Mewujudkan segala cita
dan harapan
demi sebuah masa depan
Tatap matanya masih tajam,
sinarnya masih indah,
senyumnya masih penuh ketulusan,
jiwanya masih memiliki kobaran
api semangat yang menyala-nyala,
semua belum terkotori
oleh retorika-retorika kemunafikan,
semua yang dikerjakan
adalah sebuah ketulusan,
miliki sebuah harapan
tanpa intrik kecurangan
Harapan itu nyata
tanpa jenuh dan pesimis,
dia tak mengenal bahaya
dan ancaman,
semua dilakukan karena dia ingin
Matanya selalu memancarkan
sinar bahagia,
bahagia bagi siapa saja yang melihatnya
Pandangannya jauh menatap,
seperti tanpa ujung pangkal,
jari jemarinya selalu menggengam,
menggenggam segudang cita
dan memegang taat
sebuah janji pada Sang PenciptaNya
Di sinilah
sebuah masa
dimana awal sebuah harap
dalam hidup dan cita-cita