Oleh Hadi Suroso
Tak ada lagi tempat untukku bercerita. Menumpahkan segala yang ingin ku curahkan seperti hari-hari kemarin. Tempat dimana selalu dapat ku temukan senyum yang meneduhkan dari setiap keluhku. Selalu tenang mendengarkan di seluas tabah dan tak terbatasnya kesabaran yang menentramkan.
Bersimpuh ku di rasa syukur, bahwa kita pernah dipertemukan. Menjadi sepasang yang selalu saling memberi bahu untuk bersandar. Juga saling menguatkan di setiap kali kita mulai lemah dan gentar. Kita sekata tidak akan pernah menyerah, meski kaki kita berpijak sudah mulai lelah gemetar. Begitu indahnya kisah kita hingga sebelum hari itu. Hari yang tak pernah kita inginkan. Hari dimana kita akhirnya harus menyerah pada keadaan yang menguburkan mimpi-mimpi kita.
Yang telah dipertemukan nyatanya tidak selalu untuk dipersatukan. Dan kita hanyalah bagian dari takdir ini yang tidak bisa kita hindarkan.
Mungkin tidak perlu kita sesali, walau sakit dari kecewanya tidak bisa kita pungkiri. Kini indahnya kebersamaan kita tinggallah cerita manis yang tersimpan rapi di bilik kenangan. Yang mungkin kelak kita buka lagi sesekali untuk sekedar melepas rindu.
Kenyataan ini begitu pahit, namun dari sini marilah kita sama-sama belajar untuk merelakan, meski berat sekali rasanya bagaimana harus melepaskan. Tidak apa-apa, marilah kita coba saja untuk tegar.
Di rindu ini, aku ingin menyapamu dalam sunyi. Tegarku hanyalah sebatas kata-kataku. Ku akui aku pun rapuh, betapa hampanya kini aku tanpamu. Hanya do’a-do’a indah yang masih bisa kulangitkan untukmu, menjadi penghias malam di setiap tengadahku.
Bahagialah kamu selalu di setiap waktumu, agar akupun turut bahagia mengetahuinya. Meski setelah itu aku tak tahu dimana lagi bahagiaku akan kutemukan. Sebab yang ku tahu, kamulah satu-satunya alasan bahagiaku.
Bogor, 17012023
Hd’s
Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari mengasah jiwa dan menggali hikmah.