Oleh Hadi Suroso
Sore itu. Senja berarak hingga ke langit utara. Merona warna jingganya hiasi penjuru cakrawala. Lalu di bawah cahayanya yang mulai temaram, lirih ucapmu kembali menyentuh jiwaku. Sebuah harap akan keabadian cinta kita bertaut.
Cinta kita adalah cinta yang menyederhanakan semuanya. Sebuah ketulusan yang meluncur dari kemurnian hati. Begitu apa adanya, dan tanpa sedikitpun reka. Bukan sebuah kepalsuan dalam bingkai kepura-puraan yang sempurna. Dan kita terus melangkah, dan lebih memilih tuli dari setiap suara berisik yang tak kita ingini.
Sore itu bertabur bunga-bunga harapan milik kita. Desau anginpun turut membawa larik-larik do’a yang kita panjatkan, terbang hingga menembus pintu langit. Semata agar setiap detil harap yang kita lukiskan mendapat restu dari semesta.
Kita ini hanyalah dua yang ingin terus menjadi satu. Dan untuk ke sekian kalinya kita meneguhkan, bahwa cinta tidak untuk mendatangkan kerumitan, namun cinta adalah pengurai yang menyederhanakan setiap kali kerumitan itu datang. Dan sore itu, kita kembali lagi eratkan genggaman untuk terus menjaga marwahnya.
Sore itu sebelum dan setelahnya, untukmu terima kasih telah menjadi separuh jiwaku dengan sepenuh jiwamu. Aku mungkin yang lebih mudah lupa kemana arah yang kita tuju, namun kebeningan hati dan ketulusan cintamu, selalu menjadi penguat sekaligus pengingatku dari salah arah. Sekali lagi, terima kasih untuk telah menjadi semua itu.
Kini, tak habis-habisnya ku bersyukur memilikimu. Keberkahan yang lebih dari cukup bagiku untuk menutup pintu bagi yang lain. Pikir saja, lalu apalagi yang aku cari jika semua yang aku ingini ada padamu. Betapa bodohnya aku, jika itu aku sia-siakan.
Bogor, 29022024
Hd’s
Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari mengasah jiwa dan menggali hikmah.













