Oleh: Hadi Suroso
Jogja…
Sejak dulu hingga kini
Mendengar saja namamu disebut
Seketika deru rasa di dada ini melangut
Mendekap setangkup haru dalam rindu
Memanggilku untuk datang kembali
Jogja…
Romantisme cinta di antara bangunan baru dan tua
Bercerita tentang peradaban dan budaya
Merekam setiap jaman pada artefak akan nafas dan nadi kehidupan
Pada denyut kota yang penuh pesona
Semakin indah bersama senja
Menuju malam di bawah temaram lampu-lampu jalan
Menghiasi wajah ramahmu menyapa
Kepada semua yang datang atau sekedar melintas
Jogja…
Sejarah panjangmu
Sungguh telah menjadikanmu legenda
Selalu indah untuk dikenangkan
Selalu menarik untuk diceritakan
Kepada siapapun itu
Baik yang pernah datang
Atau bagi mereka yang belum pernah langsung melihatmu
Jogja… kotamu selalu istimewa
Jogja…
Jalan utamamu kini telah sedikit ditata
Dari titik Tugu hingga simpang empat Bank Indonesia
Dulu berpuluh kaki lima
Memenuhi sepanjang jalan yang menjadi iconmu
Sekarang bak Asia Afrika di Braga
Yang bagi sebagian orang katanya lebih tertata
Namun bagiku justru menjadi sedikit kehilangan rasa
Malioboro kini denyut jantungmu mulai samar
Hambar tak lagi begitu menggebu sulut haruku
Jogja…
Kembalilah lagi seperti dulu
Saat rindu memanggilku untuk kembali
Untuk cinta yang selalu ada
Meski sedikit berubah rupamu atas nama ditata
Namun kotamu akan terus selalu di hati
Senin, 30012023
Hadi Suroso, biasa dipanggil Hadi atau Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di Sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat Matematika SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya puisi dan refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari mengasah jiwa dan menggali hikmah.