Puisi  

Guratan Cinta

Oleh Hadi Suroso

Mimpi-mimpi itu mulai kita tenun di hangatnya cengkerama tadi malam. Bermekaran serumpun bunga di selubung angan, merimbun oleh asa yang telah kita bentangkan. Menggenggam janji dengan mahar kesetiaan, kita adalah satu yang tak akan pernah terpisah hingga kapanpun.

Hari-hari sebelum tadi malam, kita bagai bumi yang begitu merana dilanda musim kemarau yang panjang. Menahan kesedihan di seluas tabah, gersang penuh debu, beterbangan diterpa angin melayang tanpa arah, hampa begitu memilukan. Merindu pada hujan yang masih enggan untuk tumpah ruah, sekedar menghirup sejuk dapat mengulum senyum yang dulu pernah merekah.

Kelakar kita tadi malam, adalah rintik gerimis yang membasahi lahan hati kita yang tandus, mengikis ruam luka yang ada di palung kepedihan.

Kita kini bukanlah sepasang mabuk yang sedang tenggelam di genangan cinta. Bukan pula dua hati yang terus terjerembab berlumuran duka di jelaga pilu. Kita hanyalah dua orang limbung yang kebetulan dipertemukan untuk saling memberi ruang untuk tenang, setelah luka dan trauma meluluh lantakkan seluruh isi hati. Bertemu di suatu kebetulan, lalu getar-getar rasa mulai tumbuh di atas puing hati yang rapuh.

Kita saling memahami untuk tidak saling mempersoalkan. Satu simpul yang melegakan dan memberi kita ruang nyaman. Adalah awal yang menuntun kita pada keyakinan untuk melangkah, bahwa mimpi itu masih layak untuk ditautkan, di atas kebeningan hati untuk tidak mempertanyakan atau mempermasalahkan.

Itulah kita,  terhimpun di sepanjang lengkung guratan-guratan cinta yang bukan hanya lebih banyak dalam menerimakan, namun juga memuliakan. Meski benih-benih itu tersemai di reruntuhan hati yang patah.

Bogor, 25102023

Hd’s

Hadi Suroso. Biasa dipanggil Mr/Mas Bob. Aktivitas keseharian, mengajar Math Cambridge di sekolah Bosowa Bina Insani Bogor, guru Bimbel dan juga guru privat SD sampai SMA untuk persiapan masuk PTN. Mulai menyukai menulis sejak satu tahun terakhir, khususnya Puisi dan Refleksi kehidupan sebagai percikan hikmah. Menulis bisa kapan saja, biasanya saat muncul gagasan dan keinginan untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan bagian dari  mengasah jiwa dan menggali hikmah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *