Makna Keberagaman Budaya di Mata Siswa Kelas 1 SD

Judul buku: Keberagaman Budaya (Kumpulan Cerita Pendek Karya Kelas 1)

Penulis: Ahmad Hafidz Al Fatih Dkk

Editor: Hanifa Dwi Apriyani

Penerbit: SD Bina Insani

Cetakan: 1, 2025

 

Milenianews.com, Ngobrolin Buku– Apa makna keberagaman di Indonesia  di mata siswa kelas 1 SD? Apa komentar mereka tentang Bhinneka Tunggal Ika? Menarik sekali membaca goresan siswa kelas 1 SD Bina Insani, Bogor, yang dihimpun dalam buku antologi berjudul “Keberagaman Budaya”.

Buku antologi ini berisi cerita yang dialami oleh para siswa kelas 1 SD Bina Insani seusai mengikuti kegiatan puncak P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dengan tema Bhinneka Tunggal Ika.

“Kakek dan nenekku selalu bercerita tentang bagaimana mereka dulu pernah bekerja dari berbagai kota di Indonesia. Kakekku bercerita tentang banyaknya budaya dan bahasa daerah di Indonesia. Kakek dan nenekku kadang menggunakan bahasa daerah dan mengajarkan beberapa bahasa daerah kepadaku. Aku senang sekali karena aku bisa mempelajarinya dan mengetahui bahwa banyaknya suku daerah yang ada di Indoneia dan membuat kita semua menjadi satu kesatuan di dalam keluarga.” (Aireen Serafina Rose, “Berbeda-beda Dalam Sepakbola)

Tulisan Andra Hamzah Sadewa, berjudul “Bhinneka Tunggal Ika” juga sangat menarik: “… Salah satu contoh kegiatan yang berkaitan dengan Bhinneka Tunggal Ika adalah gotong royong. Gotong royong adalah kegiatan yang dilakukan bersama-sama, secara tanpa disuruh dan tolong menolong untuk mengerjakan sesuatu. Gotong royong merupakan salah satu  nilai budaya Indonesia. Gotong royong termasuk ke dalam sila ke-3, yaitu Persatuan Indonesia.”

Dalam tulisannya yang berjudul “Kegiatan di Sekolahku”, Arsenio Darlane Riyavandra mengemukakan: “… Semua guru dan siswa di sekolahku saling menghargai dan menghormati antar sesama. Kegiatan ini (acara Puncak P5 dengan tema Bhinneka Tunggal Ika, Red) mengajarkanku untuk saling menghargai meskipun berbeda ras dan suku. Kami tidak boleh mengolok-olok teman ketika ada perbedaan di antara kami.”

Sangat menarik tulisan Ashalina Afnan Hafiyya yang berjudul “Merangkai Kata, Menjaga Identitas Bangsa”: “Aku bangga jadi anak Indonesia karena budayanya banyak dan makanannya beragam. Mamaku dari suku Minang dan bapakku dari suku Betawi. Aku dan orang tuaku suka makanan  yang berbeda-beda, seperti aku suka  ayam gulai dari  Sumatera Barat  dan sate dari Madura. Temanku di rumah  dari kota Aceh. Aku jadi punya cita-cita  berkeliling Indonesia. Doakan aku ya…”

Renungan mendalam diungkapkan oleh Nayyara Shanum Rusiyana, dalam tulisannya yang berjudul “Perbedaan dalam Persatuan Indonesia”: “… Indonesia sangat kaya budaya. Meski tiap-tiap daerah memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda, namun perbedaan tersebut tidak menjadikan perpecahan. Keanekaragaman menjadi kekayaan bangsa dan semangat untuk selalu menjaga persatuan, seperti semboyan negara Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang artinya meski berbeda-beda tetapi tetap satu juga.”

Renungan senada terungkap dalam tulisan Adreena Shanum Randuprawira yang berjudul “Mengenal Ragam Pakaian Adat Nusantara”:  “Aku senang bisa mengetahui dan melihat  macam-macam pakaian adat Nusantara. Macam-macam pakaian  adat Nusantara  adalah salah satu kebhinekaan dan kekayaan budaya Indonesia.  Meskipun berbeda-beda tapi kita tetap satu Indonesia, ayo kita lestarikan bersama-sama.”

Ada salah satu tulisan yang sangat menarik, berjudul “Keluarga Besarku” yang ditulis oleh Davira Antamiresvi Satria: “Papaku namanya Yuda. Papa Yuda suka makan rendang. Mamaku namanya Milla. Mama Milla suka makan bubur.   Omaku namanya Demvi. Oma Demvi suka makan rujak. Atukku namanya Rizal. Atuk Rizal suka makan sate. Budeku namanya Munisah. Bude Munisah suka makan mi ayam. Ontiku namanya Ica. Onti Ica suka makan pizza. Rara suka makan kentang goreng. Walaupun selera makan kami berbeda, kami tetap sayang semuanya.”

Kehadiran buku yang ditulis oleh para siswa kelas 1 SD Bina Insani   ini  patut diapresiasi. Di usianya yang masih sangat dini, mereka sudah mampu menunjukkan minat dan kemampuan mereka dalam dunia literasi.

Seperti disampaikan oleh Kepala SD Bina Insani, Dra. Eka Rafikah saat memberikan kata pengantar buku ini:  “Dengan berbagai keterbatasannya, kami berharap antologi cerpen ini dapat bermanfaat dan berkontribusi lebih maksimal untuk menambah khazanah literasi anak-anak, juga untuk memotivasi anak dalam menulis.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *