Oleh : Putri Pelangi
Putri angsa tinggal di pinggir danau rindu, di pinggir danau itu sejuk dan tenang, pepohonan pun masih banyak di sana, rindang dan lebat hingga seluruh pinggir danau itu terlihat asri dengan hijau dedaunan. Putri angsa tinggal sendiri di sana, karena seluruh kerabatnya sudah pindah bermigrasi ke tempat lain. Dan kenapa putri angsa bertahan di tempat itu karena dia ingin selamanya berada di tempat di mana ia dibesarkan dan dilahirkan oleh orang tuanya dulu.
Hari demi hari putri angsa hanya berteman sendiri, hingga suatu saat ada suara aneh terdengar di balik pepohonan, suara aneh itu seperti meledeknya karena hanya terdengar sesekali. Dan dia pikir biarlah mungkin bukan maksudnya meledek dirinya, toh danau itu bukan milik dia seutuhnya, Sang Pencipta menciptakan tempat itu untuk kebersamaan makhlukNya.
Namun suara itu semakin hari semakin sering didengarnya, hingga hatinya pun tergerak untuk mendekati asal suara itu, dan kemudian dia bertanya kepada asal suara itu, putri angsa tepat berdiri di bawah pohon di mana asal suara tadi berasal dan dia berkata “wahai engkau, siapakah dirimu sebenarnya, mengapa suaramu aneh?, bolehkah ku tau siapa engkau?”.
Lalu dari atas pohon itu terdengar suara balasan, namun tetap tidak terlihat wujudnya, dia berkata, “Wahai engkau putri angsa yang cantik, aku adalah seekor tokek”. Putri angsa itu terkejut dan aneh mendengar perkenalannya dengan tokek itu. Dan sang putri bertanya lagi, “Tokek, seperti apa dirimu?, tidakkah kau ingin menampakkan dirimu dihadapanku? Dan kita bisa menjadi teman? Apakah kau sendiri di sana?”.
Sang tokek itu pun menjawab, “Aku malu, aku takut kau kecewa melihatku atau bahkan nanti kau ketakutan melihat wujudku dan aku sendiri di sini tak punya teman seperti kau wahai sang putri angsa yang cantik”.
Putri angsa itu pun kembali menjawab, “Mengapa aku harus takut padamu, aku pun senang jika nanti kita bisa berteman, karena itu keluarlah aku tak akan terkejut melihatmu”.
Dan tokek itu kembali menjawab, “Aku sebangsa reptil yang buruk rupa, namun aku selalu diburu oleh manusia, karena menurut mereka aku memiliki nilai jual yang tinggi”.
“Namun aku khawatir jika aku menampakkan diriku dihadapanmu, nanti kau akan terkejut dan tak lagi mau berteman dengan ku, aku tak seindah dirimu, tapi mau kah kau berteman denganku karena aku akan sangat senang dan bahagia bisa menjadi temanmu”.
Kemudian sang putri angsa pun kembali menjawab, “Aku tak pernah pilih-pilih teman selama ia berniat baik dengan ku, maka akan aku jadikan sahabatku, kau pun tak perlu takut aku terkejut saat melihatmu, maka keluarlah dari persembunyianmu”.
Kemudian sang tokek pun keluar dari balik pohon itu, putri angsa pun sedikit tersentak namun dia berusaha untuk biasa dan tersenyum cantik untuk sang tokek. Dan tokek pun memberikan senyumnya, mereka pun akhirnya berteman.
Sang Tokek pun banyak cerita tentang kisah hidupnya di masa lalu, tentang ayah dan ibu tokek. Dan ia pun bercerita pada sang putri angsa bahwa ia sebenarnya sudah cukup lama berada di atas pohon itu dan sering sekali memperhatikan sang putri angsa yang cantik hingga akhirnya tokek banyak tau tentang kebiasaan-kebiasaan sang putri angsa.
Sang putri angsa pun terkejut ternyata selama ini ada binatang lain yang memperhatikan dia dengan seksama, hingga sang putri angsa pun malu dibuatnya.
Semakin hari mereka jadi semakin dekat dan merasa saling menjaga dan mengisi. Hingga suatu saat tokek terlihat murung, ternyata tokek itu sakit. Dan sang putri angsa pun merawat tokek dengan penuh kasih sayang hingga tokek itu sembuh. Dan mereka pun kembali dapat bermain dan tersenyum bersama lagi.
Namun di suatu malam, ketika tokek itu ingin berpindah dari dahan pohon yang satu ke dahan yang lain ia terjatuh, hingga kakinya terluka dan tubuhnya lecet-lecet karena tergores ranting-ranting pohon.
Sang putri angsa terkejut melihat sahabatnya terjatuh dan terluka, lalu sang putri angsa pun merawat tokek dan dibawanya tinggal di bawah, membuatkannya tempat istirahat dari beberapa ranting dan dedaunan untuk tempat tokek berbaring. Setiap hari sang putri angsa merawat tokek, menyembuhkan lukanya, mencarikannya makanan, menjaganya dengan penuh kasih dan sayang. Hingga akhirnya tokek itu sembuh kembali dan dapat berjalan seperti sedia kala. Mereka pun kembali tersenyum dan tertawa bersama. Maka tokek pun kembali ke atas pohon.
Suatu hari ada seorang pemburu tokek melewati danau itu dan tanpa sengaja ia melihat sang tokek. Maka dengan sangat antusiasnya sang pemburu itu memburu tokek itu dan ingin menangkapnya hidup-hidup lalu ingin dijualnya.
Dari kejauhan sang putri angsa melihat gerak gerik sang pemburu yang berusaha ingin menangkap teman sejatinya, maka dengan segenap kemampuannya ia berusaha mengusir sang pemburu untuk keluar dari danau itu dan pergi jauh dari danau itu agar ia tidak menangkap teman sejatinya itu.
Dan berhasillah usaha sang putri angsa mengusir sang pemburu itu dengan seluruh tenaga dan strategi yang ia punya. Sang tokek yang merasa jiwanya terancam, sangat ketakutan dan setelah melihat sang putri angsa berhasil mengusir sang pemburu barulah ia turun dari puncak pohon dan menghampiri sang putri angsa. Sang putri pun memeluk sang tokek yang sedang ketakutan, sudahlah kau tak perlu takut lagi karena sang pemburu itu sudah pergi dan aku jamin dia tidak akan kembali lagi. Sang tokek pun tersenyum malu pada sang putri angsa.
Terjadilah peristiwa itu, sang tokek pergi tanpa pamit, tanpa pesan pada sang putri angsa. Awalnya sang putri sedih dan kecewa, dan terus bertanya dalam hati apa salahnya hingga dia ditinggalkan tanpa kata sedangkan selama ini sang putri angsa selalu berbuat baik dan menyayangi sang tokek layaknya sahabat dan teman sejati.
Hingga suatu saat sang putri angsa tau, tokek pergi dengan sesama tokek yang lain. Sang putri hanya berpikir dan berusaha ikhlas dan rela serta sabar meski terkadang rasa kecewa itu datang, begitukah cara sang tokek berterimakasih dan menghargai sebuah arti persahabatan ini, tanpa maaf, tanpa bersalah ia pergi begitu saja meninggalkan sang putri angsa.
Ya begitulah tokek, dia akan menjadi tokek dan selamanya menjadi tokek.