Milenianews.com, Bogor– Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi sejumlah daerah di Indonesia telah membawa dampak signifikan bagi mereka yang terdampak. Salah satu masalah yang paling mendesak adalah kesulitan finansial.
Oleh karena itu, penting untuk segera menentukan langkah-langkah konkret untuk menciptakan kestabilan ekonomi. Salah satu pilihan yang menjanjikan adalah membangun usaha atau berwirausaha.
Menurut Dr Tjahja Muhandri, dosen IPB University yang aktif membina para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), membangun usaha dapat menjadi pilihan yang tepat pasca-PHK. Namun, penting untuk memastikan bahwa usaha yang dipilih memiliki konsumen yang jelas dan potensial.
Ia menyampaikan bahwa ketika memulai usaha, penting untuk memilih jenis usaha atau produk yang telah jelas konsumennya. “Jangan terlalu terpukau oleh hal-hal yang viral. Jika produk pilihannya adalah makanan, yang terpenting adalah enak rasanya atau bagus dan konsisten,” ucapnya.
Baca Juga :
Lebih lanjut, Dr. Tjahja mengatakan bahwa membangun usaha bukan tanpa risiko. Namun, dengan niat yang kuat, konsisten, dan memulainya dengan risiko kerugian yang terkecil, maka kesuksesan dapat diraih.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya jejaring atau networking dalam sebuah bisnis. “Banyak bergaul dengan para pengusaha, komunitas baik online maupun offline, sehingga dapat banyak belajar dari kesuksesan para pelaku usaha,” tambahnya.
Tidak hanya itu, hard skill tentang pengetahuan proses yang benar, bagaimana mengakses bahan, kemasan dan pemasaran wajib dipelajari. Tak luput, soft skill seperti kemampuan komunikasi yang baik juga sangat diperlukan.
“Dengan berbisnis atau berusaha, ada keuntungan yang pasti diperoleh, seperti kebebasan waktu, tidak ada batasan penghasilan, mental terasah untuk mandiri, dan berani mengambil keputusan,” ucapnya.
Profil Dr. Tjahja Muhandri
Dr. Tjahja Muhandri, adalah akademisi dan peneliti di bidang teknologi pangan dan menjadi dosen di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB University. Lahir di Ponorogo pada 15 Mei 1972, Dr. Thahja menyelesaikan pendidikan S1 dan S3 di IPB serta meraih gelar Magister di bidang Manajemen Industri dari ITB. Fokus penelitiannya mencakup inovasi produk pangan, teknologi pengolahan pangan, serta sistem jaminan mutu industri pangan.
Dr. Tjahja aktif dalam penelitian dan pengabdian masyarakat, khususnya dalam pengembangan teknologi sterilisasi pangan dan pendampingan UMKM di sektor pangan. Dengan berbagai publikasi di jurnal nasional dan internasional, serta paten inovasi di bidang pengolahan pangan, ia terus berkontribusi dalam meningkatkan daya saing industri pangan Indonesia.