Santri dan Start-Up Global: Lailatul Izzah Tampil di Panggung Internasional Membawa Gagasan Perubahan

Lailatul Izzah, mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, memukau forum International Conference Santri Mendunia di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (21/5/2025). Ia memaparkan papernya  yang berjudul “Santri Preneur: Urgensi Komunikasi dalam Membangun Ekosistem Start-Up Berbasis Nilai Pesantren.” (Foto: Dok IIQ)

Milenianews.com, Kuala LumpurGedung International Youth Centre, Kuala Lumpur,  kembali menjadi pusat perhatian dunia Islam muda dalam lanjutan International Conference Santri Mendunia. Pada hari itu, Rabu, 21 Mdei 2025,  seminar internasional mengangkat tema progresif: Santri sebagai Role Model Peradaban Baru dalam Start-Up Global.” Tema ini membuka cakrawala baru, mempertemukan nilai-nilai pesantren dengan semangat inovasi dan kewirausahaan global.

Seminar ini menghadirkan dua narasumber muda yang sudah tidak asing lagi di dunia dakwah digital dan kepemudaan: Gus Muhammad Dzannuroin Aldivano dan Wirda Mansur. Keduanya mengajak para peserta merenungkan bagaimana transformasi santri hari ini tidak hanya terletak pada kemampuan ilmu agama, tetapi juga pada daya cipta dalam menghadirkan solusi nyata di tengah masyarakat melalui platform digital dan inovasi bisnis sosial.

Dalam sesi diskusi yang berlangsung dinamis, para delegasi saling bertukar ide tentang strategi konkret membangun ekosistem start-up yang berakar dari nilai-nilai santri: integritas, kejujuran, ketekunan, dan pelayanan. Diskusi ini memperlihatkan potensi luar biasa para santri sebagai change maker di tengah dunia yang serba disruptif.

Bagian yang paling ditunggu adalah sesi presentasi 12 paper terbaik, hasil seleksi ketat dari 70 karya ilmiah yang dikirimkan oleh para delegasi dari berbagai negara. Salah satu yang berhasil tampil adalah. Lailatul Izzah, mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.  Ia memukau forum dengan pemaparannya yang berjudul Santri Preneur: Urgensi Komunikasi dalam Membangun Ekosistem Start-Up Berbasis Nilai Pesantren.”

Baca Juga : Menelusuri Jejak Sejarah, Delegasi Santri Mendunia Kunjungi Batu Caves Malaysia dan Sleeping Buddha Thailand 

Dalam presentasinya, Lailatul menekankan pentingnya peran komunikasi strategis dalam membangun jejaring kewirausahaan yang tidak hanya kompetitif secara ekonomi, tetapi juga selaras dengan nilai-nilai pesantren seperti kejujuran, keberkahan, dan kebersamaan. Ia menyoroti bagaimana komunikasi yang kuat dapat menjadi fondasi tumbuhnya ekosistem start-up berbasis santri, yang mampu menjawab tantangan zaman tanpa kehilangan identitas.

“Santri bukan hanya bisa berbicara tentang masa lalu Islam yang gemilang, tapi juga membawa masa depan Islam yang menjawab tantangan zaman,” tegas Lailatul di hadapan para peserta dan dewan juri. Presentasinya yang argumentatif, reflektif, dan membumi mendapat apresiasi hangat berupa tepuk tangan meriah dari seluruh hadirin.

Kehadiran Lailatul di panggung internasional ini menjadi simbol nyata bahwa santri mampu bertransformasi menjadi aktor strategis dalam dunia inovasi dan kewirausahaan. Ia membuktikan bahwa nilai-nilai pesantren bukanlah penghambat kemajuan, melainkan fondasi yang kokoh dalam membangun peradaban digital yang beretika.

Kegiatan ini pun menjadi tonggak penting dalam menggeser narasi lama: bahwa santri bukan hanya penjaga tradisi, tetapi juga pionir masa depan—siap menata ulang wajah dunia melalui keberanian untuk berinovasi, berkomunikasi, dan berkontribusi secara global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *