“Inveniam viam aut faciam – I shall either find a way or make one.”
Milenianews.com, Jakarta – Hidup kadang penuh ironi. Banyak mahasiswa baru (maba) takut duluan dengar kata “kuliah” karena bayangannya cuma tugas numpuk, dosen killer, sampai ospek yang identik dengan teriak-teriak dan push up massal dari kaka tingkat (kating) kalo telat datang. Tapi buat Ignatius Lucky, mahasiswa semester 5 Prodi Sistem dan Teknologi Informasi di Cyber University yang terkenal sebagai The First Fintech University in Indonesia, justru dunia kampus jadi panggung buat nunjukin kalau santai bukan berarti kalah saing.
Lucky, begitu ia dipanggil, malah lagi keteteran karena sibuk di dua event sekaligus: Decompe 4.0 dan Quantum Computing bareng IBM yang ia pegang di kampusnya itu.
“Hari ini aja aku habis jadi narasumber di SINERGI (Seminar Energi Kreasi), diminta cerita soal prestasi dan gimana kampus ngedukung aku,” katanya, saat diwawancarai santai, di student corner Cyber University, Sabtu (20/9).
Baca juga: Gagas Masa Depan Fintech yang Aman Inilah Inovasi Pendidikan di Cyber University
Kedengarannya klise, tapi daftar pencapaian cowok tembem ini bikin kaget siapa pun yang ngira mahasiswa santai cuma jago nongkrong.
Dari Programming ke Trading, Semua Dijajal
Prestasi Lucky nggak main-main. Ia sempat tembus 10 besar lomba programming di Amikom Jogja, mewakili kampusnya dengan biaya full support dari kampus. Belum puas, ia bareng timnya juga sukses di Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan pendanaan dari Kemendikbudristek. Dan klimaksnya: juara satu lomba trading di JFX (Jakarta Future eXchange).
“Kalau ditanya tipsnya, aku sih lebih ke kenali kapasitas diri. Jangan ngoyo ikut semua, tapi nggak ada yang komit. Mending fokus 1-2 hal yang kamu suka, terus bener-bener gaspol di situ,” ungkap Lucky.
Salah satu karyanya yang bikin kagum adalah Moodscape, proyek PKM yang bisa mendeteksi kondisi mental lewat tulisan dan ekspresi wajah. Digarap bareng tim dengan bimbingan psikolog yang merupakan temennya dari Universitas Indonesia (UI), ide ini lahir dari keresahan anak muda soal mental health.
“Ekspresi wajah itu real time, tapi dangkal. Tulisan lebih dalam. Jadi kami gabungin biar hasilnya lebih akurat,” jelasnya, tentang Moodscape yang ia bangun prototypenya.
Bukan Cuma Teori, Tapi Refleksi Hidup
Yang bikin Lucky beda adalah cara dia melihat pengalaman kuliah bukan sekadar kumpulan teori. Ia mengaku kuliahnya di Cyber University justru kasih lebih banyak ruang buat eksplor hal-hal yang awalnya nggak pernah diminati. “Aku bisa nyoba cyber security juga, padahal dulu nggak terlalu interest,” katanya.
Dan soal motivasi? Lucky punya satu kalimat Latin yang selalu dia pegang:
“Inveniam viam aut faciam – I shall either find a way or make one.”
Kalau jalannya nggak ada, ya bikin jalannya sendiri. Sesederhana itu, tapi terdengar sangar kalau keluar dari mulut mahasiswa yang prestasinya udah lintas bidang.
Santai Bukan Berarti Kalah
Ironinya, Lucky justru terlihat “santai” dibanding stereotype mahasiswa ambis yang hidupnya cuma ngejar nilai. Tapi dari balik sikap chill-nya itu, tersimpan konsistensi yang jarang dimiliki banyak orang.
“Aku pengennya kalau nggak nemu jalan, ya aku bikin jalan itu sendiri. Simpel, tapi aku percaya ambisi harus diwujudin,” tegasnya.
Pesan terakhirnya untuk mahasiswa baru pun lebih terdengar kayak curhat daripada wejangan.
“Kenali kapasitas diri, jangan kebanyakan ikut ini itu tapi nggak ada yang selesai. Mending pilih sedikit, tapi tuntas sampai bisa juara”.
Lucky mungkin bukan tipe mahasiswa yang teriak soal ambisi di media sosial, tapi lewat prestasi dan pilihannya buat tetap chill, dia membuktikan kadang orang yang kelihatan paling santai, justru diam-diam yang paling sangar.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.
