Milenianews, Jakarta – Pagi di Desa Pela, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, selalu dimulai dengan langkah sederhana, suara ayam berkokok, hembusan angin sawah, dan tapak kaki seorang gadis yang penuh harapan. Di tengah keterbatasan akses pendidikan dan teknologi, ia menanam mimpi besar, mimpi untuk bisa berkuliah dan membuktikan bahwa perempuan juga bisa berpendidikan tinggi.
Namanya, Raodatuljanah, ia berasal dari keluarga sederhana di desanya. Untuk menempuh pendidikan dari SD hingga SMA, ia harus berjalan kaki cukup jauh dari rumahnya, bahkan harus melewati dua hingga tiga desa lain karena minimnya transportasi umum. Namun, semua itu tidak membuatnya menyerah. Justru dari keterbatasan itulah tumbuh tekad kuat dalam dirinya.
Aku berlatar belakang dari keluarga yang bisa dibilang kurang mampu dan berasal dari desa kecil yang ada di desa Pela, kec. Monta, Kab.Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Untuk akses pendidikan di daerah ku tepatnya di desa Pela itu sangat belum memadai. Dulu aku sekolah dari SD hingga SMA itu jauh dari rumah dan harus berjalan kaki melewati dua hingga tiga desa lain karena minimnya transportasi umum, tapi aku ingin membuktikan kalau pendidikan bisa mengubah hidup,” ujarnya saat diwawancarai melalui telepon pada Senin (10/11).
Baca juga: Kisah Inspiratif Gunawan, Ketika Beasiswa Mengubah Hidupnya
Awalnya, Raodatuljanah tidak pernah berpikir untuk berkuliah. Dalam pandangan sebagian besar masyarakat di desanya, terutama bagi perempuan, pendidikan tinggi dianggap tidak terlalu penting. Banyak remaja perempuan yang menikah muda dan tidak melanjutkan sekolah.
Namun, dorongan dari para guru mengubah pandangannya. Mereka melihat potensi besar dalam dirinya. Atas saran dan dukungan itu, Raodatuljanah memberanikan diri mendaftar kuliah melalui jalur SNMPTN dan SPAN-PTKIN.
Tak disangka, ia lolos di dua universitas sekaligus, yaitu Universitas Mataram dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari dua pilihan itu, ia memilih Universitas Islam Negeri Jakarta dengan prodi Jurnalistik.
“Dulu ikutnya jalur SNMPTN dan SPAN-PTKIN. Daftarnya di provinsi sendiri, di NTB, yaitu Universitas Mataram dan di jakarta pilihannya, yaitu Universitas Islam Negeri Jakarta. Akhirnya, kedunya lolos, namun aku memutuskan untuk mengambil di UIN Jakarta jurusan Jurnalistik,” tuturnya.
Meskipun sempat menghadapi penolakan dari keluarga, Raodatuljanah tetap berpegang pada tekadnya. “Aku cuma modal nekat. Aku yakin bisa cari beasiswa,” ujarnya.
Keyakinannya terbukti. Ia akhirnya mendapatkan beasiswa KIP Kuliah, yang membantunya mewujudkan mimpi berkuliah di jurusan Jurnalistik UIN Jakarta.
Baca juga: Kisah Inspiratif Anak Pedagang Asongan Menembus Batas Berkat Beasiswa, Bisa Kuliah Sampai S3
Bagi Raodatuljanah, kuliah bukan sekadar mengejar gelar. Ia ingin menjadi bukti bahwa perempuan desa juga mampu berpendidikan tinggi dan berkarier, tanpa harus kehilangan perannya di keluarga.
“Aku ingin menunjukkan ke masyarakat di desa, kalau perempuan juga bisa menyeimbangkan dua hal, berkarier dan menjadi ibu rumah tangga yang baik,” ucapnya penuh semangat.
Ia berharap kisahnya dapat menginspirasi anak-anak muda di desanya agar tidak takut bermimpi besar, sekalipun berasal dari tempat yang kecil dan terbatas. Tempat kita berasal bukanlah menjadi batasan untuk kita bermimpi, tapi tekad dan semangatlah yang mengantarkan kita mencapai impian.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.













