Islamic Philanthropy Outlook 2025:  Harmonisasi Pengelolaan Gerakan Zakat dan Wakaf Sangat Penting

Direktur Utama Laznas  IZI Wildan Dewayana Rosyada, M.Si. secara resmi membuka Islamic Philanthropy Outlook 2025, di Gedung Perpusnas Jakarta, Rabu  (4/12/2024). (Foto: Dok STEI SEBI)

Milenianews.com, Jakarta– Direktur Utama Laznas  IZI Wildan Dewayana Rosyada, M.Si. secara resmi membuka Islamic Philanthropy Outlook 2025 yang diselenggarakan  di Gedung Perpusnas Jakarta, Rabu  (4/12/2024).

Sebelum membuka acara tersebut ia juga berksempatan untuk menyampaikan Opening   Speech. Dalam sambutannya  Wildan menyampaikan bahwa Islamic Philantrophy Outlook tahun ini merupakan sebuah rangkaian acara tahunan yang penyelenggarannya memasuki tahun yang ketiga.

Pada  tahun 2022 mengambil tema “Resiko Reputasi Pada Lembaga Filantropi Islam di Indonesia”. Dan pada tahun 2023 dengan tema “Social Trust : Rising of Falling Down”. “Sehingga kami memandang bahwa isu harmonisasi antar elemen gerakan filantropi Islam menjadi sangat penting di ranah aktivitas kedermawanan publik, termasuk di dalamnya zakat dan wakaf,” kata Wildan dalam rilis yang diterima Milenianews.com.

Ia menambahkan, zakat dan wakaf memilki potensi yang sangat besar yang belum tergali optimal dengan karakteristik dan tantangannya masing-masing. “Harmonisasi antar keduanya tentu diharapkan akan memperbesar dampaknya bagi umat dan bangsa, dan ikut menjawab problematika-problematika  masyakat di berbagai levelnya, lokal, regional, maupun global,” ujarnya.

Baca Juga : SIBERC STEI SEBI, Laznas  IZI, dan Inisiatif Wakaf Gelar Islamic Philanthropy Outlook 2025  

Ia  mengutip laporan World Giving Index 2024 yang dirilis oleh sebuah badan amal asal Inggris, Charities Aid Foundation (CAF), telah menempatkan negara Indonesia kembali menjadi “The world’s most generous country”. “Ini berarti bahwa negara kita selama 7 tahun berturut-turut telah menduduki posisi sebagai ‘champion’,” tuturnya.

Penilaian sebagai “Negara Paling Dermawan di Dunia” tentunya menjadi hal yang patut disyukuri. “Namun demikian kita pun memperoleh fakta yang menarik di lapangan bahwa dalam 3 tahun terakhir ini (2020 – 2022) berdasarkan data-data yang dirilis oleh Baznas  RI, sektor filantropi Islam secara agregat ternyata mengalami pertumbuhan (YoY) yang terus mengalami perlambatan : 23,6% (2020), 10,9% (2021), dan bahkan di tahun 2022 mengalami pertumbuhan negatif  -5%,” ungkapnya.

Ia menegaskan, selain potensi besar sektor filantropi Islam, tingkat kedermawanan yang tinggi, faktor lainnya yang juga penting adalah keselarasan antara program-program filantropi dengan agenda dan  tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s). Penelitian FPI (2018) dan Baznas misalnya menyebutkan bahwa 89% program lembaga filantropi sudah selaras dengan SDG’s  dan  dapat memberikan kontribusi kuat dalam pencapaiannya.

“Ketiga faktor inilah yang paling tidak mendorong kita semakin mantap dan terus bersungguh-sungguh mengambil langkah-langkah  terobosan bagi kemajuannya di masa depan,” ujarnya.

Wildan menyebutkan, di Indonesia pengelolaan zakat dan wakaf, seakan-akan masih berjalan masing-masing. Hal tersebut dapat dilihat dari sisi regulasi, kebijakan, kelembagaan, perizinan, koordinasi, riset/penelitian, maupun program-program edukasi masyarakat & penyaluran dananya di lapangan. Walaupun di level kementrian sendiri, Direktorat yang mengampu aktivitas ini sudah berada dalam satu naungan (Dir Pemberdayaan Zakat dan Wakaf).

Model-model implementasi yang mengintegrasikan keduanya sudah dicoba dilakukan oleh beberapa Lembaga FIlantropi Islam : Klinik Mata Achmad Wardi BWI – DD (2018), yang disebut sebagai RS Mata Berbasis Wakaf Pertama di Dunia. IZI – IWAKAF sendiri telah mengembangkan model-model integrasi seperti itu seperti : Klinik Cuci Darah IZI-IWAKAF (2022), Inisiatif Boarding School (2021), Klinik Gigi di RS YARSI (2023). Dan pengembangan program2 lainnya yang sudah berjalan  dan memerlukan peningkatan lebih lanjut seperti Rumah Singgah Pasien (RSP), Smart Farm Academy, dan lain-lain.

“Melalui pengalaman-pengalaman di lapangan yang kami alami sendiri dan teman-teman  praktisi filantropi Islam lainnya, kami sangat meyakini bahwa model-model seperti inilah yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan lebih lanjut ke depan. Oleh karena itu semua upaya-upaya perlu dilakukan di berbagai level untuk semakin menguatkan integrasi   zakat dan wakaf,” ujarnya.

Atas alasan ini pula yang kemudian menjadi latar belakang dan alasan kuat mengapa tema tersebut yang dipilih dalam acara hari ini  “Islamic Philantropy Outlook 2025 : Menuju Harmonisasi Pengelolaan Zakat dan Wakaf di Indonesia” , yang digagas oleh unit riset, publikasi dan  pendidikan Laznas IZI yaitu AKADEMIZI dan IWAKAF, bekerja sama dengan SEBI Islamic Business & Economics Research Center  (SIBERC).

“Insya  Allah mudah-mudahan hari ini kita semua akan mendapat insight yang sangat berharga, langsung dari para pakar di bidang Islamic Philantrophy (ZISWAF) yang mewakili pihak Regulator (Kemenag RI, Baznas RI, BWI), OPZ, dan juga Akademisi (SIBERC-SEBI), yang insya Allah akan menjadi bekal dalam mengarungi tantangan-tantangan sektor Filantropi Islam di Indonesia yang lebih dinamis,” tuturnya.

Atas nama manajemen Laznas  IZI, Wildan  menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tinggi atas kerja sama dan dukungan dari semua pihak atas terselenggaranya acara ini.

“Kita semua senantiasa berdoa kiranya Allah SWT menganugerahi keikhlasan, kekuatan, bimbingan dan pertolongan bagi siapapun yang terlibat dalam memajukan sektor ZISWAF di Indonesia, sehingga insha Allah sektor ini akan  lebih baik di tahun 2025. Dalam jangka panjang, kita berharap juga agar sektor ini dapat secara sungguh-sungguh memberikan kontribusinya dalam mendukung Visi Indonesia Emas 2045 yang sangat “challenging” dan menanti jawaban-jawaban konkrit dari sektor ZISWAF di tanah air,” kata Wildan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *