Bisa Lulus Kuliah Tanpa Skripsi, Begini Tanggapan Rektor IPB University

rektor-ipb-skripsi
rektor-ipb-skripsirektor-ipb-skripsi

Milenianews.com, Bogor – Sejak tahun 2019, IPB University jelas menerapkan kebijakan tanpa skripsi untuk persyaratan kelulusan mahasiswanya. Tentu saja rencana tersebut sangat tepat dan fleksibel tergantung kemampuan mahasiswa.

Hal tersebut diungkapkan Rektor IPB University, Arif Satria. Menurutnya, IPB pada tahun 2019 mengeluarkan pedoman bahwa tugas akhir tidak boleh berbasis penelitian, melainkan berdasarkan laporan magang.

Baca juga : IPB University Borong 5 Penghargaan Dalam  Ajang Perhumas PR Excellence Award 2023

Dapet gelar juga bisa dari melakukan penelitian dan perencanaan bisnis

Selain itu, memperoleh gelar juga bisa dari melakukan penelitian dan perencanaan bisnis. Dengan cara ini, mahasiswa yang minat dalam pengembangan masyarakat dapat melakukannya dalam satu semester dan menganggapnya sebagai tugas akhir mereka.

“Namun, syaratnya harus membuat laporan akhir yang tidak serumit riset. Laporan akhir buat untuk melatih skill agar bisa menuangkannya dalam bentuk tulisan serta mudah dibaca dan memenuhi standar akademik,” jelas Arif.

Oleh karena itu, pembahasan pencegahan skripsi telah dilakukan IPB selama 4 tahun terakhir. Kini masih diperkuat dengan diundangkannya peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Baca juga : 72% Mahasiswa Anggap Skripsi sebagai Beban

Arif menilai, penting untuk membekali mahasiswa dengan berbagai soft skill dan pengembangan bisnis. Pasalnya, prospek karir calon mahasiswa beragam dan tidak bisa disamakan sebagai peneliti.

“Jadi peneliti, bagus, harus, dan penting bagi mahasiswa. Akan tetapi, mahasiswa juga harus diberikan opsi lain. Dan kita sudah mempraktikkan dan teknik industri sudah 100 persen tidak riset tapi langsung datang perusahaan berkelompok dan memecahkan masalah, kemudian masalah itu dilaporkan,” papar Arif.

Menurutnya, perlengkapan yang ada di lapangan maupun di luar kelas lebih berarti bagi mahasiswa. Dari sana, mereka dapat belajar keterampilan, kepemimpinan, dan kolaborasi. “Jauh lebih mahal di bandingkan pembelajaran di kelas,” tambahnya.

Menurutnya juga, perkuliahan di kelas semua mengetahui batas kemampuannya karena hanya sekadar mempelajari dan mengamati angket yang sedang diolah tanpa ikut serta dalam upaya perbaikan pengelolaannya.

Baca juga : Mahasiswa Baru IPB University Angkatan 60 Pecahkan Rekor 3D Formasi Tingkat Dunia: The Biggest Human 3D Puzzle Assembly

Bahkan, tambah Arif, negara lain tidak mewajibkan skripsi. Namun, untuk Indonesia, standar kelulusannya sangat ketat.

“S1 di Indonesia itu sebenarnya sebagian besar bisa ditafsirkan S1 IPB, tapi setaranya seperti S2. Kasihan mahasiswa harus dibebani dengan standar yang tinggi,” sesalnya.

Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *