Milenianews.com, Pandeglang– Di sebuah sudut pedalaman Kampung Mangkubumi, Desa Kabayan, Pandeglang, Banten, berdiri Pondok Pesantren Darul Futhonah. Tempat ini menjadi rumah bagi 16 santri muda yang setiap hari menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an. Tapi di balik keteguhan mereka dalam menuntut ilmu, ada perjuangan yang sering tak terlihat: mencari air bersih.
Selama ini, pesantren hanya bisa mengandalkan sumur bor milik posyandu setempat. Karena dipakai bersama warga sekitar, air sering habis—terutama saat musim kemarau.
Kalau sudah begitu, para santri harus berjalan kaki jauh ke sebuah kubangan untuk mengambil air. Airnya keruh. Jalannya gelap. Tak ada lampu. Hanya semak-semak dan bayang-bayang malam yang menemani.
“Jalan gelap kalau malam… agak ngeri juga,” kata Muhammad Arsyad Habibullah, santri 14 tahun asal Lubuk Linggau.
Ia mengaku kadang menahan haus daripada harus keluar pondok saat air habis. Ustadz Tobir, pengasuh pesantren, mengaku selalu waswas.
“Saya khawatir terjadi sesuatu pada mereka. Mereka masih anak-anak, tapi harus bertaruh nyali demi air,” ujarnya.
Di usia belia, mereka hafal ratusan halaman Al-Qur’an. Tapi belum punya akses ke air bersih yang layak.
Kini, harapan mulai tumbuh. Pihak pesantren berharap ada uluran tangan—sebuah sumur bor yang bisa memenuhi kebutuhan air untuk minum, wudhu, mandi, dan menghidupkan tanah pondok yang tandus.
“Kalau ada sumur bor, saya cuma berdoa satu hal: agar santri bisa fokus menghafal, tanpa harus takut gelap, tanpa harus haus,” ujar Ustadz Tobir pelan.
“Di sini, air bukan sekadar kebutuhan. BMH telah melakukan survey. Lokasi ini sangat membutuhkan air bersih. Oleh karena itu BMH siap memberikan solusi bagi mereka. Mari bersama kita hadirkan kebahagiaan,” ungkap Kadiv Prodaya BMH Banten, Roni Hayani.*