Film, News  

Film “Esok Tanpa Ibu” Ceritakan Perasaan Duka yang Sudah Diketahui akan Terjadi

Esok Tanpa Ibu

Milenianews.com, Jakarta – Film Esok Tanpa Ibu hadir membawa pendekatan yang terasa dekat dengan kehidupan banyak orang. Lewat balutan drama fiksi ilmiah, film ini mengajak penonton memahami bentuk duka yang sering kali tidak disadari kehadirannya. Penulis skenario Gina S. Noer mengungkapkan bahwa cerita film ini digarap dengan mengeksplorasi anticipatory grief, yaitu perasaan berduka yang muncul karena seseorang sudah lebih dulu menyadari akan adanya kehilangan.

“Ini adalah duka yang jarang dibahas, yaitu perasaan berduka karena kita tahu sesuatu akan terjadi. Misalnya orang terdekat sakit atau orang tua semakin menua,” ujar Gina dalam konferensi pers peluncuran film di Jakarta (16/12).

Baca juga: Film “Triple Threat” Hadir di Vidio Dengan Keunikan Pencak Silat Indonesia di Kancah Internasional 

Masa depan tidak selalu harus digambarkan gelap

Berbeda dengan kebanyakan film fiksi ilmiah yang identik dengan gambaran masa depan penuh kehancuran, Esok Tanpa Ibu justru memilih sudut pandang yang lebih hangat dan optimistis. Gina menyebut masa depan dalam film ini tidak dilihat sebagai ancaman, melainkan sebagai ruang untuk tetap berharap, meski kondisinya tidak ideal.

Harapan itu tercermin lewat karakter Laras dan orang-orang seperti dirinya, yang tetap percaya bahwa masa depan generasi berikutnya masih bisa diperjuangkan. Mereka digambarkan sebagai sosok yang terus berusaha menumbuhkan kehidupan, layaknya merawat bunga, meskipun harus berhadapan dengan alam yang semakin rusak.

Gina mengaku cara pandangnya dalam menulis naskah film ini terinspirasi dari Rendy Aditya, seorang pengolah limbah di Parongpong, Bandung. Sosok tersebut mempertanyakan kecenderungan cerita fiksi ilmiah yang selalu terasa gelap dan tanpa harapan.

“Kenapa cerita sci-fi selalu terasa bleak, seolah tidak ada tempat bagi orang yang mencintai dunia dan ingin mengarahkan teknologi untuk masa depan yang lebih baik,” tutur Gina (16/12).

Kegelisahan nyata menginspirasi cerita fiksi ilmiah

Hal menarik lainnya, nama anak Rendy Aditya, Rama, juga digunakan sebagai nama tokoh utama dalam film ini. Rama diperankan oleh Ali Fikry dan menjadi pusat cerita tentang relasi anak dan ibu di tengah perkembangan teknologi yang semakin maju.

Diva Apresya menambahkan bahwa Esok Tanpa Ibu tidak hanya ingin menyentuh sisi emosional penonton, tetapi juga mengajak mereka untuk berpikir lebih jauh tentang masa depan bumi. Menurutnya, film ini diharapkan bisa memantik refleksi tentang peran manusia dalam menjaga lingkungan dan kehidupan.

“Kami ingin penonton ikut berpikir dan melihat apa yang bisa mereka lakukan hari ini untuk masa depan,” kata Diva (16/12).

Baca juga: Maudy Ayunda Jalani Olah Tubuh Ekstrem di Film “Para Perasuk”

Pengalaman kolektif selama pandemi pada 2020 juga menjadi bagian penting dalam narasi film ini. Duka dipandang bukan sebagai akhir, melainkan sebagai proses yang bisa melahirkan kekuatan baru.

“Seperti biji yang tertutup tanah, terkena hujan, lalu tumbuh kembali,” ungkap Gina menggambarkan pesan film tersebut (16/12).

Dengan memadukan drama keluarga, isu lingkungan, dan sentuhan fiksi ilmiah, Esok Tanpa Ibu hadir sebagai tontonan yang tidak hanya menyentuh perasaan, tetapi juga meninggalkan ruang refleksi tentang kehilangan, harapan, dan masa depan yang masih bisa diperjuangkan.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *