News  

10 Makna Fitnah di Dalam Al-Qur’an, Waspadai Playing Victim

Dr. Habib Abdurrahman Al-Habsy (kiri). (Foto: Dok SBBI)

Milenianews.com, Bogor—Fitnah merupakan salah satu hal yang sangat berbahaya dalam kehidupan ini. Allah SWT mengingatkan bahaya fitnah itu di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 191, yang artinya,   “Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.”

Ternyata arti fitnah itu sangat banyak. “Paling tidak, ada 10 arti fitnah yang terdapat di dalam Al-Qur’an,”   kata  Dr. Habib Abdurrahman al-Habsy Lc, MA saat mengisi pengajian guru dan karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI), di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani Bogor, Jumat (15/11/2024).

Kajian Jumat tersebut membahas tema “Bahaya Fitnah”. “Arti firnah itu antara lain ujian, cobaan, dan siksaan. Al-Qur’an menegaskan, harta dan anak cucu adalah fitnah (ujian). Fitnah juga bisa berarti percekcokan/ perselisihan,” kata Dr. Habib Abdurrahman Al-Habsy dalam rilis yang diterima Milenianews.com.

Baca Juga : Tafsir Surat Al-Ma’un: Ini 5 Sifat Buruk Orang Kafir dan Munafik

Ia menegaskan, tukang fitnah  sama dengan  tukang  bohong (mukadzdzibin). “Kata  mukadzdzibin (tukang bohong)  diulang 10 kali di Al-Qur’an,” ujarnya.

Ia menegaskan,  fitnah itu sangat merugikan bagi korbannya.  “Orang yang difitnah, matinya berkali-kali,” kata Habib Abdurrahman.

Karena itu, ia mengingatkan jamaah, agar hati-hati dan jangan sampai memfitnah orang. “Doa orang yang difitnah dikabulkan oleh Allah,” kata Habib Abdurrahman.

Selain itu, dosa orang yang memfitnah tidak akan diampuni oleh Allah sebelum orang tersebut mendapatkan maaf dari korban fitnahnya. “Allah Maha Pemaaf untuk haknya Allah. (Allah mengampuni dosa orang yang bertobat Red). Tapi, Allah tidak memaafkan hak manusia, kecuali manusia itu memaafkan. Artinya, Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang memfitnah tersebut, sebelum dia meminta maaf kepada orang yang difitnahnya,” paparnya.

Baca Juga : Pengajian Guru dan Karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani, Ustadz Hamdi Bahas Pilar Kejayaan dan Kemenangan Suatu Bangsa

Allah SWT mengancam orang  yang suka memfitnah. Hal itu antara lain dinyatakan di dalam Al-Qur’an Surat Al-Buruj ayat 10, yang artinya, “Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh, menyiksa) kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak bertobat, maka mereka akan mendapat azab Jahanam dan mereka akan mendapat azab (neraka) yang membakar.”

Habib  Abdurrahman menegaskan, ada tiga hukuman dunia untuk orang yang suka menebar fitnah. Ia mengutip Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 4, yang artinya,  “Orang-orang yang menuduh (berzina terhadap) perempuan yang baik-baik dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (para penuduh itu) delapan puluh kali dan janganlah kamu menerima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”

“Hukuman dunia untuk orang yang suka menebar fitnah adalah dicambuk, persaksiannya gugur, dan  dicap fasik,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan tentang bahaya fitnah orang yang suka mengambil peran sebagai playing victim  (perilaku seseorang yang selalu merasa dirinya adalah korban dalam situasi apa pun). “Waspada fitnah playing victim,” tegas Habib Abdurrahman.

Langkah Menjauhkan Diri dari Berbuat Fitnah

Di akhir kaijannya, Habib Abdurrahman A-Habsy menyebutkan lima langkah agar tidak mudah memfitnah orang.

1) Tingkatkan husnuzhzhon (prasangka baik) kepada sesama Muslim.

2). Senantiasa jadi hamba Allah yang selalu melakukan cross check (pengecekan silang/ konfirmasi) setiap kali  menerima berita.

3).  “Menahan diri agar jangan sampai kita jadi  bagian dari penyebar fitnah itu,” ujarnya.

4).  Berusaha menjdi hamba Allah yang senantiasa meningkatkan takwa  kepada Allah.

5). Menjadi orang yang berusaha memadamkan fitnah.

6). Muhasabah (introspeksi diri). “Kita harus  menghisab (melakukan introspeksi) diri kita dulu sebelum menghisab orang lain,” ujar Dr. Habib Abdurrahman  Al-Habsy.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *