Ujub: Penyakit Hati yang bermula dari Tazkiyah An-Nafs yang keliru

Tazkiyah An-Nafs

Milenianews.com, Mata Akademisi – Ditengah maraknya era yang serba instan sekarang yang hanya melihat orang lain dari tampilan visual dan melihat dari kacamata sempit saja tanpa melihat lebih dalam dan dengan cepat memberikan penilaian terhadap orang lain yang dapat menyebabkan diri merasa lebih baik dari orang lain. Kebiasaan ini secara perlahan menanam benih penyakit hati yang berbahaya seperti merasa lebih baik, lebih suci, atau lebih benar daripada orang lain. Ujub, atau membanggakan diri sendiri secara berlebihan adalah penyakit yang kerap muncul tanpa disadari yang justru bermula dari niat mulia untuk memperbaiki diri, yaitu Tazkiyah An-Nafs (penyucian jiwa).

Baca juga: “Perubahan Makna ‘Kerusakan’ dalam Al-Qur’an: Membandingkan Penafsiran Ibnu Katsir dan Quraish Shihab serta Hubungannya dengan Bencana di Indonesia”

Tazkiyah An-Nafs adalah proses perjalanan spiritual Islam yang mempunyai tujuan menyucikan jiwa dari akhlak tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji. Proses ini melibatkan pembentukan karakter dengan disiplin yang tinggi, ketekunan beribadah, empati, kepedulian, serta senantiasa bersyukur. Namun di sinilah letak bahayanya, ketika proses penyucian jiwa ini mulai dianggap sebagai pencapaian pribadi, ketika seseorang mulai membuat klaim atas kesucian dirinya sendiri, maka tujuan mulia itu berbalik menjadi racun bagi hati. Tazkiyah yang keliru bukannya mendekatkan diri kepada Allah, justru menjerumuskan diri ke dalam lubang kesombongan. Ia merasa amalnya lebih banyak, ibadahnya lebih khusyuk, atau akhlaknya lebih mulia dibandingkan orang lain. Inilah titik di mana penyucian jiwa berubah menjadi sumber penyakit atau ujub.

Allah SWT dengan tegas mengingatkan manusia akan bahaya menganggap diri suci dalam firman-Nya:

فَلَا تُزَكُّوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰىࣖ

“Maka, janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia lebih mengetahui siapa yang bertakwa.” (Q.S. An-Najm: 32)

Ini menunjukkan bahwa betapa lemahnya manusia, dengan begitu manusia jangan terlalu bangga dengan amal yang dimilikinya karena hanya Allah lah yang mengetahui siapa yang lebih baik. Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, maka jangan menggap dirimu baik karena semua orang punya kekurangan, orang yang merasa dirinya telah suci cenderung berhenti melakukan muhasabah (intropeksi diri), ia lebih memilih melihat kekurangan orang lain, ia akan merasa sudah cukup baik dan beralih fokus untuk mengoreksi dan melihat kekurangan orang lain. Pada akhirnya, ibadah bukan lagi sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, melainkan alat untuk mengukur dan mengungguli dirinya.

Seperti kata-kata yang dikutip dalam buku yang berjudul sisi tergelap surga “Kalau dengan beragama lantas bikin kamu merasa lebih suci dan lebih tinggi derajatnya dari orang lain, sosok siapa yang kamu teladani selama ini? Siapa yang kamu sembah selama ini? Egomu?”. Pertanyaan yang menusuk ini menyadarkan kita apakah ibadah yang kita lakukan selama ini membuat kita lebih baik atau justru membuat kita merasa lebih baik dari orang lain? Nabi Muhammad yang kita teladani saja tidak mengajarkan hal yang demikian, Nabi selalu mengajarkan kita rendah hati, seperti yang terdapat dalam hadits

إنَّ اللهَ تَعَالَى أوْحَى إلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لا يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أحَدٍ، وَلاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أحَدٍ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati sehingga tidak ada seorang pun yang bersikap melampaui batas kepada orang lain, dan tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya atas yang lainnya.” (HR. Muslim)

Ujub yang muncul dari tazkiyah yang keliru dan dapat membawa akibat buruk baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dalam diri, penyakit ini membunuh hati secara perlahan. Ia menutup pintu kebaikan karena merasa diri sudah cukup baik dan ibadah pun menjadi hampa, tak lagi menghidupkan rasa takut dan cinta pada-Nya, hanya tinggal gerakan tanpa jiwa. Dalam pergaulan, ujub menumbuhkan sikap meremehkan. Lingkungan beragama bisa berubah jadi ajang pamer kesalehan, di mana orang sibuk membandingkan siapa yang lebih rajin, bukan saling menopang dalam kebaikan. Jika dibiarkan, hal ini bisa menumbuhkan klaim merasa paling benar sendiri, yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan kasih bagi sesama.

Baca juga: Why Forgiving Is Crucial: Psychological Insights And Qur’anic Guidance

Lantas, bagaimana membedakan tazkiyah yang benar dan yang salah? Kuncinya ada pada arah tujuan yang dihasilkan. Tazkiyah yang lurus selalu berserah kepada Allah dilandasi rasa takut dan harap, serta melahirkan kerendahan hati dan kesadaran akan banyaknya kekurangan diri. Semakin giat beribadah, semakin ia merasa kecil di hadapan-Nya. Sebaliknya, tazkiyah yang melenceng mengarah pada penilaian manusia, dilandasi keinginan dipuji, dan melahirkan kesombongan serta kebanggaan pada diri sendiri. Ibadah yang seharusnya menjadi jalan mendekat pada Tuhan, berubah jadi alat peninggi derajat di mata sesama.

Maka, langkah mencegah dan menyembuhkan ujub harus dimulai dari pemahaman tazkiyah yang tepat. Pertama, kita mesti selalu ingat bahwa penyucian jiwa sepenuhnya tugas Allah. Tugas kita hanya berikhtiar, selebihnya kita pasrahkan pada-Nya, lalu perbanyaklah introspeksi dan kurangi menilai orang lain. Perjalanan tazkiyah adalah perjalanan seumur hidup menuju ridha-Nya, bukan untuk mendapat pujian. Ia adalah usaha membersihkan hati agar siap menerima cahaya Ilahi, bukan untuk kebanggaan diri. Mari terus berusaha menyucikan jiwa dengan kejujuran niat, dengan tetap sadar bahwa kita adalah hamba yang lemah. Dengan begitu, kita terhindar dari merasa lebih suci yang justru menghancurkan iman. Semoga kita termasuk hamba yang rendah hati, yang semakin kenal Allah, semakin takut dan terus berharap padaNya.

Penulis: Nadya Alfariza Ramadhany, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *