Milenianews.com, Mata Akademisi – Menjelang hari pemilihan umum (pemilu) 2024 beberapa waktu lalu, antusias masyarakat Indonesia menjadi semakin menggebu-gebu dan semakin meyakinkan diri mereka agar tidak salah pilih dalam memilih calon presiden Republik Indonesia selanjutnya. Dilihat dari banyaknya komentar-komentar panas masyarakat Indonesia disalah satu platform media sosial yakni “Twitter” atau sekarang X.
Dalam platfrom media sosial ini warganet bebas berpendapat apa yang mereka ingin utarakan dalam mengkritisi para calon presiden yang menyalonkan dirinya, Namun, akhir-akhir ini beredar sebuah tagar yang berbunyi #AsalBukan02 yang menjadi perbincangan hangat di media sosial X. Hastag “asal bukan 02” seringkali digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Kosong dua “02” dalam tagar ini merujuk pada pasangan calon nomor urut dua dalam pemilihan umum, yang pada umumnya terkait dengan pemilihan presiden dan wakil presiden.
Baca juga: Keseimbangan Delikat: Merunut Konflik Israel-Palestina dalam Konteks Global
Tagar ini dapat mencerminkan suatu sikap atau pandangan terhadap pasangan calon nomor urut dua, menyatakan bahwa asalkan bukan pasangan calon tersebut yang menang atau memiliki kebijakan tertentu, maka itu lebih diterima atau diinginkan. Perbincangan ini menjadi populer pasalnya berbarengan dengan adanya degradasi gerakan 4 jari sebagai bentuk pencegah terpilihnya paslon nomor urut 02 sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia.
Degradasi gerakan 4 jari ini bukan semata-mata atas permintaan dari capres dan cawapres nomor urut 01 dan 03, melainkan sebuah gerakan atau kampanye yang dibuat oleh John Muhammad dari Presidium Nasional Partai Hijau Indonesia. Ia mengatakan bahwasanya gerakan itu sebagai bentuk tanda mengajak masyarakat dalam memilih paslon no 01 atau paslon no 03 dalam pilpres 2024.
Tentunya, dengan adanya gerakan ini bertujuan ingin melawan politik Jokowi yang mendukung Prabowo-Gibran pada pilpres 2024 serta menanggulangi masyarakat Indonesia yang sulit untuk memilih para capres dan cawapres yang memiliki pemikiran untuk golput dalam pemilu 2024 nanti.
Selain itu juga, mencegah masyarakat agar tidak salah pilih, dan sebagai salah satu bentuk cara mengalahkan pasangan capres dan cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka. Gerakan 4 jari ini memiliki sebuah arti sebagai bersatunya para pendukung pasangan capres dan cawapres nomor urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan pasangan nomor urut 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Selain, adanya gerakan 4 jari ini, tagar #AsalBukan02 muncul karena banyaknya penilaian warganet terhadap paslon nomor urut 02 yang dianggap tidak pantas dan kurang berdedikasi dalam debat capres dan cawapres. Lalu, banyak yang beranggapan bahwa capres nomor urut 02 hanya melanjutkan kinerja dari presiden saat ini dan juga banyak pelanggaran yang telah dibuat oleh paslon nomor urut 02. Seperti contoh pelanggaran HAM. Selain itu, menurut warganet, bahwa usia dan faktor kesehatan capres nomor urut 02 cukup mengkhawatirkan untuk kedepannya.
Sehingga, terbentuknya degradasi 4 jari menjadi wadah perwakilan dari warganet yang tidak menginginkan paslon 02 terpilih dalam pilpres 2024. Pasalnya banyak sekali yang sependapat oleh gerakan atau kampanye 4 jari tersebut. Warganet yang menolak paslon nomor 02 berbondong-bondong menaikan tagar #AsalBukan02 tersebut dalam platfrom X ini untuk menyadarkan masyarakat Indonesia khususnya generasi milenial dan gen Z dalam pemilu akan meleknya terhadap politik yang sebenarnya.
Baca juga: Memahami Manfaat Ekonomi Islam dalam Kehidupan Modern
Karena pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tegas bukan kasar, sekaligus rendah hati. Sebagai pemimpin harus mencerminkan dan membuktikan dirinya pantas untuk negara. Kesadaran dalam bersikap harus menjadi hal penting dalam mencerminkan sosok pemimpin yang dihormati dan bermoral.
Pilihlah pemimpin sesuai keyakinan didalam hati. Namun, kembali lagi dengan pemikirian setiap individu dalam memilih capres dan cawapres pada pilpres 2024. Gunakanlah hak suara sebaik-baik mungkin. Adanya perbedaan pendapat sudah menjadi makanan sehari-hari dan tetap bersatu walaupun berbeda pilihan. Penting untuk diingat bahwa penggunaan tagar ini dapat bervariasi dan dapat mencerminkan beragam sudut pandang atau sikap terhadap suatu isu atau tokoh politik.
Hastag di media sosial sering digunakan untuk menyampaikan dukungan, kritik, atau pandangan terhadap suatu peristiwa atau tokoh tertentu.
Penulis: Andien Putri Aliffia Saputra, Mahasiswa Program Studi Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.