Milenianews.com, Mata Akademisi – Pada kasus yang menimpa siswi yang dipaksa mengenakan hijab, menghadirkan banyak sudut pandang berbeda dari setiap orang yang menanggapi kasusnya. Ada yang pro dan ada pula yang kontra.
Terlebih lagi, era modern yang terus mengikis pikiran masyarakat, membuat sudut pandang yang diambil kebanyakan orang hanya sebatas tau saja, tanpa menanggapi secara benar dari sisi agama maupun moral di masyarakat.
Tentu hal itu menjadi bukti nyata bahwa masing-masing orang beranggapan mereka benar sesuai apa yang mereka lihat atau hanya tahu dari “katanya” saja, tanpa tahu itu benar atau tidak, tanpa terpikir itu sesuai atau tidak.
Baca Juga : Perspektif Generasi Milenial Terhadap Kesetaraan Gender di Indonesia
Semua orang memang berhak berspekulasi pada pendapat masing-masing. Namun hendaknya kita semua tahu, hal apa dulu yang kita tanggapi tersebut, mau itu viral atau kejadian lalu. Semakin canggihnya teknologi, membuat kita tidak bisa bisa berpikir jernih apa dampak dan masalah dari yang kita tanggapi tersebut. Bergunakah atau bermanfaat bagi kedepannya, atau bahkan akan merusak pikiran masyarakat tentang nilai etnis agama atau setidaknya hanya mengikuti alur nya saja, hal tersebut patut kita pikirkan.
Lanjutan dari kasus tersebut, membuat orang beramai-ramai menanggapi dan menyalahkan sang guru, mengapa memaksa dan membuat siswi tersebut mengenakan hijabnya, lalu berujung depresi karena paksaan.
Pikirkan dahulu letak kesalahan dari kedua belah pihak, dan pikirkan letak kebenarannya. Sebagai anak muda yang akan menjadi calon masa depan bangsa, tidaklah mudah terkena ombang ambingnya berita yang tidak diketahui dari mana letak kesalahan maupun kebenarannya.
Berpikirlah secara logika dan analisislah berita tersebut sesuai hukumnya jangan sampai kita menyimpulkan sesuatu jika tidak mengetahui letak salah dan benarnya dimana. Apakah isu tersebut menyalahkan seorang guru yang memaksakah? atau seorang siswi yang tak mau mengenakan hijab? seorang guru yang memaksa, terkesan bahwa guru tersebut galak. Padahal, niat yang dilakukan justru sangat berharga dari sisi agama, terlebih memberikan pengajaran tentang pentingnya menggunakan hijab.
Apa yang dilakukannya tidak salah, namun, perlu digaris bawahi bahwa mengingatkan bukan berarti memaksa. Rasulluah SAW mengajarkan dakwah kepada setiap orang tidak dengan paksaan, melainkan dengan cara yang indah. Sehingga akan sulit bagi kaum di masa itu untuk menolak, namun karena ego mereka juga, binasalah mereka, karena tidak mengikuti perintah yang dikabarkan.
Apa yang dilakukan guru tadi, bukanlah suatu kesalahan yang besar. Niatnya sudah benar namun cara penetapannya yang kurang tepat, sehingga banyak kontra yang memojokkannya.
Dilihat dari pandangan seorang siswi pun perlu dipikirkan dari sisi agama. Patutlah kita seorang muslim apa lagi seorang muslimah, untuk menutup aurat dan mengenakan hijab atau kerudung, mengapa hal tersebut sangat besar penolakannya bukankah itu sebuah kewajiban, dan bukan hanya soal tren semata.
Sebagai seseorang dengan agama yang dipegang yaitu islam, wajiblah kita menaati aturan syariat islam yang mewajibkan seorang muslim/ah menjalankan kewajiban dan meninggalkan larangan-NYA.
Untuk apa kita hidup di dunia, jika hanya dengan bersenang-senang saja, tanpa ada suatu tujuan untuk dimenangkan dan dijalankan. Bukankah kita hidup di dunia ini hanya untuk beribadah.
Sudah jelas sekali diperintahkan bahwa “ INNA SHOLATI WANUSUKHI WA MAHYAYA WA MAMATI LILLAHIROBBIL ‘ALAMIIN” yang artinya “Sesungguhnya shalatku, dan ibadahku, dan hidupku, dan matiku, hanya untuk Allah”.
Lalu hal apa lagi yang perlu diragukan dari ketetapan-Nya. Tidak hanya sampai disitu saja perintah mengenakan hijab sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 59 yang artinya,
“Wahai Nabi, Katankanlah kepada istri-istrimu, anak anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.
Namun perlu digaris bawahi dan perhatikan, menutup jilbab dalam islam dikategorikan sebagai baju atau pakaian dari kata jilbab atau jalaba jamak/jalabib yaitu pakaian yang menutupi keseluruh tubuh, longgar dan membentuk seperti terowongan atau sebagai contohnya adalah pakaian gamis.
Perintah itu baru menutupi tubuh, belum lagi perintah sebenarnya ialah mengenakan kerudung sebagai penutup aurat dari ujung rambut kepala sampai menjulur menutupi dada dijelaskan dalam Al-Qur’an surah An-Nur ayat 31 berbunyi,
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau para putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka hentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu kepada Allah, wahai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung”.
Tentang menutup aurat bagi perempuan sangatlah penting demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Allah Maha Mengetahui segalanya, apa yang tidak diketahui manusia. Allah sudah menjaga dan melindungi kaum wanita seperti pada dalil yang bersumber langsung dari Al-Qur’an dengan 2 ayat diatas ialah demi keselamatan kaum wanita sendiri.
Apakah kita sebagai kaum wanita pantas mengingkari perintah langsung dari dzat yang Maha Agung. Pada dasarnya menyampaikan sesuatu yang baik memang sulit diterima. Namun ada kalanya sebagai manusia, sebagai insan yang beriman, bantulah sesama makhluk terlebih lagi kaumnya itu sendiri yaitu manusia, ingatkanlah kebaikan kepadanya yang akan mengantarkan kepada kebaikan kepada dzat yang Maha Agung.
Baca Juga : Pentingnya Tata Krama Bagi Gen Z di Sekolah
Cara mengingatkannya menyesuaikanlah kondisi yang baik, jangan terlalu memaksa, agar orang yang diingatkan dapat menerima masukkan yang didapatnya dengan ikhlas.
Jangan mengingatkan kebaikan kepadanya pada kondisi ramai, maka itu akan mempermalukannya, ingatkanlah seseorang dimana ia mampu dan ikhlas menerima nya.
Tiada yang paling sempurna selain dzat yang Maha Agung Allah Azza Wa Jalla, maka teruslah berbuat baik, syukuri tiap kesempatan yang ada, kejarlah Rahmat Allah maka kita akan mendapatkan ridho-Nya.
Sekian dari saya, saya ucapkan terima kasih semoga dapat diambil baiknya, tetapi hal buruknya buang saja.
Penulis : Dita Ria Cahya Ningsih, Siswi MAN 2 Bantul
Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.