Milenianews.com, Mata Akademisi– Di era digital ini, teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin merambah ke berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Banyak siswa Sekolah Dasar (SD) kini menggunakan perangkat digital yang dilengkapi Al untuk membantu proses belajar mereka. Teknologi ini memang menawarkan kemudahan dan akses cepat terhadap informasi, namun ada kekhawatiran bahwa hal ini dapat mengurangi minat anak dalam membaca buku secara tradisional.
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknologi digital yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan minat baca pada anak-anak. Anak-anak cenderung lebih tertarik pada hiburan instan yang disediakan oleh perangkat digital dibandingkan membaca buku. Hal ini menjadi tantangan bagi pendidik dan orang tua dalam menambahkan budaya literasi pada anak.
Namun, jika dimanfaatkan dengan bijak, teknologi digital juga dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan minat baca siswa. Program literasi digital yang dirancang dengan baik dapat membantu siswa mengembangkan kebiasaan membaca yang positif. Misalnya, platform digital yang menyediakan cerita interaktif dapat membuat anak lebih tertarik untuk membaca.
Orang tua dan guru memiliki peran penting dalam menyeimbangkan penggunaan teknologi dan pembacaan buku tradisional. Mereka dapat mendorong anak untuk membaca buku fisik sambil tetap memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu belajar. Membuat jadwal rutin untuk membaca buku bersama atau mengunjungi perpustakaan dapat menjadi cara efektif untuk menambahkan minat baca pada anak.
Dengan pendekatan yang seimbang, teknologi Al dan buku tradisional dapat saling melengkapi dalam mendukung proses belajar anak. Penting bagi kita untuk memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak menggantikan, tetapi justru memperkaya pengalaman membaca dan belajar anak-anak kita.
Penulis: Savira Wati