Logical Fallacy dalam Masyarakat, Kamu Sudah Tahu Belum?

Logical Fallacy

Kita diharuskan berpikir secara logika untuk menyelesaikan masalah. Namun, bagaimana jika logika yang kita pakai untuk berpikir ternyata sesat?

Milenianews.com, Mata Akademisi – Dalam interaksi sosial di kehidupan sehari-hari, kita kerap kali bertukar opini dengan orang lain. Hal tersebut merupakan hal positif yang sering kali kita lakukan, tetapi jika tidak didasari ilmu dan etika yang benar, maka akan menimbulkan banyak masalah, seperti terjadinya logical fallacy atau kesesatan berpikir dalam berargumen.

Nah, apa sih logical fallacy itu? Ini merupakan kesalahan atau kesesatan dalam menyusun penalaran logis yang benar dalam sebuah argumen. Kesalahan penalaran ini mengarah pada argumentasi yang tidak valid walaupun terkesan masuk akal. Fenomena ini dapat ditemukan baik di perdebatan politik, media sosial, dan bahkan pembelajaran di sekolah.

Sebagai contoh kasus, beberapa orang berargumen di media sosial mengenai suatu topik. Ketika salah satu pihak tidak dapat lagi mengutarakan argumennya, mereka mengambil jalan pintas dengan membahas hal yang tidak relevan atau langsung menyerang personal dari pihak yang mereka temani berargumen. Contoh kasus yang lain, ketika orang langsung menggeneralisir dan melakukan klaim terhadap sesuatu hanya berdasarkan satu faktor saja dan tidak mempertimbangkan faktor lain. Jika dibiarkan, kesesatan berpikir ini dapat menghambat keterampilan berpikir kritis dan bernalar individu dan masyarakat.

Nyatanya sebagian masyarakat tidak mampu menyaring informasi dengan jeli baik di kehidupan nyata maupun di media sosial. Dengan mengidentifikasi logical fallacy atau kesesatan berpikir, ini akan membantu untuk mencegah dalam menarik kesimpulan yang salah berdasarkan kesesatan berpikir, sehingga dapat membuat keputusan yang tepat.

Baca juga: Ternyata, Selama Ini Susah Bernegosiasi, karena Gak Tau Caranya Seperti Apa!

Logical Fallacy Ada Jenis-jenisnya Loh! Apa Saja Sih?

Dilansir dari cuitan @angga_fzn di laman X, berikut beberapa jenis logical fallacy (sesat pikir) yang membuat argumen menjadi tidak jelas.

1. Ad Hominem

Jenis yang pertama ini terjadi ketika sebuah argumen tidak dibalas dengan argumen, malah dilakukan penyerangan terhadap orangnya. Apalagi pembahasannya tidak relevan dengan obrolan.

Contoh: “Halah kayak lo enggak pernah nyontek aja, nyuruh orang enggak nyontek.”

2. The Strawman Fallacy

Memelintir argumen orang agar jadi bahan serangan baru yang tak jarang malah membuatnya keluar dari konteks. Misal, yang dimaksud X, jadinya Y.

Contoh: “Oh, lo enggak suka makan ayam? Jadi lo enggak mendukung kesejahteraan peternak ayam dong?”

3. Red Herring

Ibaratnya kita lagi membicarakan suatu hal, kemudian ditimpali dengan bahasan lain yang tidak ada kaitannya. Dengan kata lain, sengaja mengalihkan diskusi ke hal lain untuk membantahnya.

Contoh: “Halah masalah lo enggak ada apa-apanya dibanding gue. Dulu gue pernah lebih parah.”

4. Appeal to Emotional / Authority

Membuat satu pendapat terkesan valid karena suatu emosi atau kedudukan orang yang menyampaikannya. Misal, hanya karena dia sedang malang, atau dia pejabat, seolah-olah ucapannya sudah pasti benar.

Contoh: “Orang tua tuh selalu benar! Kamu enggak mau menuruti orang tua kamu? Emang enggak sayang sama mereka?”

5. Burden of Proof

Menggeser tanggung jawabnya kepada orang lain untuk membuktikan sesuatu dari pernyataannya. Kesannya, jika tidak ada yang bisa memberikan bukti, maka ucapannya valid.

Contoh: “Gue yakin mereka selingkuh. Kalau lo enggak percaya, cari tahu saja sendiri.”

6. Bandwagon Fallacy

Ini tuh seperti, jika suatu hal tertentu dilakukan oleh kebanyakan orang, maka itu benar. Jadi kebenaran diliat dari populasi, bukan esensi.

Contoh: “Lihat tuh orang-orang keluar enggak pakai masker. Jadi enggak apa-apa dong enggak pakai juga?”

7. False Dillema

Pada jenis ini, kita seolah dihadapkan pada 2 pilihan sulit, yang sebenarnya semu. Seperti, satu sisi salah dan sisi lainnya benar, atau jika bukan A maka pasti B.

Contoh: “Lebih baik pakai jilbab tapi sifatnya kasar, atau enggak pakai jilbab tapi baik?”

Contoh-contoh tersebut sering kali kita temukan di media sosial ataupun di kegiatan sosial secara langsung. Kesesatan dalam berpikir itu kerap kali dibenarkan oleh banyak pihak walaupun sebenarnya melenceng dari topik permasalahan utama, dan akhirnya tidak akan ada penyelesaian yang didapat.

Bagaimana Cara Mencegah Logical Fallacy?

Kesesatan berpikir ini akan berdampak negatif untuk semua pihak. Karena itu, berikut sosialisasi pencegahan logical fallacy atau kesesatan berpikir yang dapat dilakukan menurut Abdy M, dkk, 2024:

1. Membentuk Pemikiran Kritis

Mengetahui berbagai macam logical fallacy dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa (Nippold, 2023). Hal ini dikarenakan identifikasi adanya logical fallacy merupakan salah satu dari sub indikator untuk mengukur kemampuan berpikir kritis.

2. Mencegah Penyebaran Hoaks

Dalam era informasi saat ini, hoaks dan informasi palsu dengan mudah menyebar. Dengan pemahaman tentang logical fallacy, seseorang dapat lebih berhati-hati dalam mengevaluasi informasi yang mereka terima dan mencegah penyebaran hoaks.

3. Membangun Kemampuan Berargumen yang Berkualitas

Mempelajari mengenai logical fallacy atau kesesatan berpikir dapat mencegah pelajar membuat kesalahan dalam menuliskan argumennya (Khoiri & Widiati, 2017).

Baca juga: Sukses atau Gagalnya, Tergantung Hal Ini! Kamu Bisa Urusnya Tidak?

4. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Logical fallacy sering kali menjadi penghambat dalam pemecahan masalah. Dengan pengetahuan tentang logical fallacy, seseorang dapat lebih efektif dalam menemukan solusi yang baik dan bermanfaat.

5. Menyediakan Landasan Etika

Pemahaman logical fallacy juga membantu seseorang dalam mengembangkan etika berbicara dan berargumen. Mereka akan lebih mampu berkomunikasi dengan hormat dan integritas.

Setelah memahami logical fallacy mulai dari pengertian, jenis-jenis, dan bagaimana langkah pencegahannya; diharapkan kalian sebagai masyarakat semakin sadar dan mencegah fenomena ini.

Penulis: Nayla Syafika Ariqah, Mahasiswa STEI SEBI

Instagram: @naylas.ariqah

Profil Singkat: Mahasiswi jurusan Ekonomi yang ingin berkontribusi di bidang literasi finansial masyarakat. Saat ini berdomisili di kota Depok dengan kesibukan kuliah, menulis, serta menjalankan usaha aksesoris dan mainan kreasi tangan sendiri.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *