Evaluasi Pembelajaran PAI yang Optimal melalui Akomodasi Gaya Belajar Siswa

evaluasi pai

Mata Akademisi, Milenianews.com – Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran krusial dalam membentuk karakter, moral, dan spiritualitas peserta didik. Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa penyampaian materi PAI kerap kali masih mengandalkan metode ceramah satu arah, tanpa mempertimbangkan keragaman gaya belajar siswa.

Pendekatan ini tidak hanya membuat pembelajaran terasa monoton, tetapi juga berisiko menimbulkan jarak antara siswa dengan nilai-nilai agama yang ingin ditanamkan.

Padahal, teori gaya belajar seperti model VARK (Visual, Auditory, Reading/Writing, Kinesthetic) yang dikembangkan oleh Fleming menegaskan bahwa setiap individu memiliki cara tersendiri dalam menyerap informasi. Ketika keberagaman ini diabaikan, pembelajaran PAI berpotensi tidak efektif. Yang lebih disayangkan lagi, nilai-nilai agama yang diajarkan cenderung tidak terinternalisasi dalam perilaku sehari-hari siswa.

Baca juga: Integrasi Teknologi dalam Evaluasi PAI untuk Wujudkan Pembelajaran Bermakna dan Berkarakter 

Sudah saatnya kita meninjau kembali praktik evaluasi pembelajaran PAI. Evaluasi seharusnya tidak sekadar menjadi alat ukur hasil akhir, melainkan cermin dari seluruh proses belajar-mengajar. Evaluasi ideal mampu menjawab pertanyaan penting: Apakah metode pembelajaran yang digunakan benar-benar mengakomodasi cara belajar siswa secara individual?

Untuk itu, guru perlu terlebih dahulu mengidentifikasi gaya belajar siswa melalui observasi, kuesioner, atau asesmen diagnostik. Pemahaman ini memungkinkan penyusunan evaluasi yang lebih relevan dan manusiawi. Misalnya, siswa visual bisa diminta membuat poster atau mind map tentang nilai-nilai keislaman, siswa auditori diberi ruang berdiskusi atau menyampaikan ceramah agama, sementara siswa kinestetik dievaluasi melalui praktik ibadah atau proyek berbasis aktivitas.

Evaluasi seperti ini bukan hanya mengukur hafalan, tetapi juga menilai pemahaman, refleksi, dan kemampuan menerapkan nilai agama dalam konteks nyata.

Lebih jauh lagi, evaluasi yang disesuaikan dengan gaya belajar juga berdampak signifikan terhadap motivasi dan partisipasi siswa. Ketika siswa merasa dihargai dan dimengerti, mereka lebih antusias untuk terlibat aktif dalam proses belajar. Keterlibatan ini sangat penting dalam pembelajaran PAI, karena internalisasi nilai tidak cukup hanya di tingkat kognitif, melainkan harus menyentuh aspek afektif dan psikomotorik.

Meski demikian, tidak dapat dimungkiri bahwa penerapan pendekatan ini penuh tantangan. Keterbatasan waktu, jumlah siswa yang besar, hingga kurangnya pelatihan bagi guru menjadi hambatan nyata. Namun, tantangan tersebut bukan alasan untuk menyerah. Dukungan dari pihak sekolah sangat diperlukan—baik dalam bentuk pelatihan profesional, pengembangan sistem evaluasi fleksibel, maupun penyediaan fasilitas yang menunjang berbagai bentuk penilaian.

Pendekatan ini sejatinya juga sejalan dengan semangat regulasi nasional. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menuntut guru untuk terus meningkatkan kompetensi dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pun menekankan pentingnya evaluasi atas proses dan hasil belajar.

Bahkan, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggarisbawahi perlunya evaluasi berkelanjutan guna meningkatkan mutu pendidikan. Semua regulasi ini membuka ruang lebar bagi pendekatan yang lebih humanistik dan adaptif.

Dari perspektif psikologi pendidikan, pendekatan ini diperkuat oleh teori Multiple Intelligences dari Howard Gardner yang menyatakan bahwa kecerdasan manusia tidak tunggal. Ada yang unggul dalam bahasa, ada yang cemerlang dalam logika, dan ada pula yang dominan secara kinestetik atau interpersonal. Maka, model evaluasi yang seragam justru berpotensi mengebiri potensi siswa yang unik.

Dalam konteks Islam sendiri, prinsip keseimbangan (tawazun) mendorong pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara harmonis. Evaluasi yang memperhatikan gaya belajar adalah bagian dari upaya menjaga keseimbangan ini—menjadikan pembelajaran agama tidak hanya sebagai ilmu, tetapi juga sebagai jalan hidup yang dipraktikkan.

Baca juga: Wujudkan Kampus Berkualitas Tinggi Lewat Sistem Penjaminan Mutu yang Tangguh!

Kini saatnya kita berani melangkah maju. Evaluasi pembelajaran PAI tidak bisa lagi hanya menjadi arena menguji hafalan. Ia harus berkembang menjadi wahana untuk membangun karakter dan spiritualitas siswa secara utuh.

Dengan mengakomodasi gaya belajar siswa, pembelajaran PAI akan lebih bermakna, membumi, dan relevan dengan kehidupan siswa yang kian kompleks. Dan pada akhirnya, inilah pendidikan agama yang sejati: membentuk manusia yang tidak hanya tahu, tetapi juga mampu dan mau mengamalkan nilai-nilai ilahiah dalam setiap langkah hidupnya.

Penulis: Irfan Rizkiana Raja Nugraha, Mahasiswa S2 PAI UPI

Instagram: @irfan_rrn 

Linkedin: Irfan Rizkiana Raja Nugraha 

Profil singkat: Irfan adalah seorang mahasiswa Magister Pendidikan Agama Islam (PAI) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang memiliki ketertarikan kuat terhadap dunia pendidikan agama serta teknologi pemrograman. Ketertarikan yang tidak lazim dipadukan ini mendorongnya untuk terus mengembangkan diri, salah satunya melalui pelatihan di bidang cyber security dan Front-End Web Development.

Tak hanya aktif di bidang akademik dan teknologi, ia juga memiliki pengalaman organisasi yang cukup kuat. Ia pernah menjadi bagian dari pengurus Ikatan Remaja Masjid Jawa Barat (IRMAS Jabar) pada periode 2020–2022. Dari pengalaman tersebut, dirinya terus berusaha membangun jembatan antara nilai-nilai keagamaan dan perkembangan teknologi, menjadikannya sebagai bekal untuk menciptakan pendekatan pembelajaran dan aktivitas sosial yang lebih relevan dan bermakna di era digital saat ini.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *