Milenianews.com, Mata Akademisi – Dunia terus berputar dan kini telah memasuki era digital. Era ini ditandai dengan menjadikan informasi dan komunikasi sebagai inti kehidupan manusia. Perangkat seperti smartphone, komputer, dan internet tidak lagi sekadar alat bantu, melainkan telah menjadi pusat aktivitas sehari-hari. Cara manusia bekerja, belajar, dan berkomunikasi pun mengalami perubahan yang signifikan.
Kemudahan akses informasi di era digital memberikan banyak keuntungan. Pembelajaran daring, aktivitas jual beli, hingga pencarian kajian keilmuan dapat dilakukan hanya dengan beberapa kali klik. Namun, kemudahan ini juga menyimpan potensi dampak negatif apabila tidak disertai kemampuan mengontrol diri dan menyaring informasi secara bijak.
Banjir Informasi dan Kabut Kebenaran
Teknologi digital membuat manusia menerima informasi dalam jumlah yang sangat besar. Sayangnya, kelimpahan informasi tersebut tidak selalu berbanding lurus dengan peningkatan kualitas pengetahuan. Informasi palsu atau hoaks justru menyebar dengan cepat, sering kali dibuat demi kepentingan politik, ekonomi, atau sekadar popularitas.
Platform digital bekerja dengan algoritma yang menyesuaikan konten dengan preferensi pengguna. Akibatnya, kebenaran menjadi semakin sempit dan subjektif. Emosi serta opini pribadi kerap lebih dipercaya daripada fakta objektif yang dapat diverifikasi.
Di tengah derasnya arus informasi nasional hingga internasional, manusia menghadapi kabut kebenaran. Fakta bercampur dengan opini, hoaks, dan manipulasi, sehingga semakin sulit membedakan informasi yang valid dan menyesatkan. Informasi yang diterima pun membawa dampak, baik bagi individu maupun masyarakat luas. Dalam kondisi inilah kemampuan berpikir kritis menjadi kebutuhan mendasar, dan epistemologi berperan sebagai kompas pencarian kebenaran.
Epistemologi sebagai Landasan Berpikir Kritis
Memiliki pola pikir kritis dan logis di era krisis informasi bukan sekadar formalitas intelektual. Dalam filsafat, berpikir kritis merupakan keharusan, dan epistemologi menjadi cabang filsafat yang sangat relevan dalam konteks ini.
Epistemologi membahas pertanyaan mendasar tentang pengetahuan: apakah suatu pengetahuan dapat dikatakan benar, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan. Peran epistemologi menjadi sangat penting dalam menyaring informasi di era digital agar manusia tidak terjebak dalam kesesatan informasi.
Sumber-Sumber Pengetahuan dalam Epistemologi
Dalam kajian epistemologi, para filsuf membahas asal-usul pengetahuan manusia. Sumber pengetahuan tersebut antara lain rasionalitas (logika), empirisme (pengalaman), intuisi, dan otoritas (testimoni).
Rasionalitas menekankan kemampuan berpikir logis tanpa semata-mata bergantung pada pengalaman. Empirisme bersumber dari pengalaman dan pengamatan indrawi. Intuisi merupakan pengetahuan yang muncul secara langsung sebagai kesadaran batin, tanpa proses pemikiran panjang. Sementara itu, otoritas atau testimoni berasal dari informasi yang disampaikan oleh pihak yang memiliki keahlian dan kredibilitas, seperti guru dan ilmuwan.
Baca juga: Qirā’at QS. Al-Ahzab: 33 dan Ruang Karir Perempuan dalam Perspektif Matan Syatibi
Penerapan Epistemologi di Era Digital
Keempat sumber pengetahuan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan digital. Rasionalitas mengajarkan manusia untuk bertanya secara logis: apakah informasi ini masuk akal dan memiliki sumber yang jelas. Empirisme mendorong verifikasi fakta melalui pengecekan data dan bukti yang dapat diuji.
Intuisi berfungsi sebagai pelengkap logika, bukan penggantinya, dengan cara mengasah kesadaran batin melalui refleksi dan kedekatan spiritual. Sementara itu, otoritas mengajarkan pentingnya merujuk pada sumber ahli yang kredibel, bukan sekadar tokoh populer atau viral.
Kriteria Kebenaran Pengetahuan
Pengetahuan yang diperoleh dari berbagai sumber belum tentu langsung dapat disebut benar. Dalam epistemologi, terdapat beberapa kriteria kebenaran. Pertama, kriteria korespondensi, yakni kesesuaian antara informasi dan fakta yang terjadi. Kedua, koherensi, yaitu keselarasan informasi dengan pengetahuan lain yang telah terbukti valid. Ketiga, pragmatisme, yakni kebenaran dinilai dari manfaat dan fungsi praktisnya dalam kehidupan.
Dalam konteks informasi politik, misalnya, suatu kebijakan dapat dianggap benar apabila memberikan manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat.
Perspektif Islam dalam Penyaringan Informasi
Islam telah memberikan pedoman yang jelas dalam menyikapi informasi. Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 6 memerintahkan umat manusia untuk melakukan tabayyun atau verifikasi terhadap setiap berita yang diterima agar tidak salah dalam mengambil keputusan. Surah Al-Isra ayat 36 juga melarang mengikuti sesuatu tanpa dasar ilmu, karena pendengaran, penglihatan, dan hati akan dimintai pertanggungjawaban.
Dengan demikian, Islam menegaskan bahwa menerima informasi tanpa penyaringan bukan hanya keliru secara rasional, tetapi juga bermasalah secara moral dan spiritual.
Tantangan Menemukan Kebenaran di Era Digital
Tantangan utama pencarian kebenaran di era digital antara lain kebebasan informasi tanpa filter, kaburnya batas antara fakta dan hoaks, serta menurunnya kepercayaan terhadap otoritas keilmuan. Selain itu, budaya viral sering kali membuat informasi yang populer dianggap benar, meskipun tidak valid.
Fenomena ini mendorong banyak orang untuk memproduksi informasi demi keuntungan pribadi, tanpa mempertimbangkan dampak sosial yang ditimbulkan.
Literasi Digital dan Perjuangan Kebenaran
Untuk menembus kabut informasi, literasi digital harus terus ditingkatkan. Informasi perlu dibaca secara kritis, diverifikasi, dan dibandingkan dari berbagai perspektif. Dengan fondasi berpikir epistemologis, manusia dapat mengambil keputusan yang lebih bijak, seimbang, dan bertanggung jawab.
Kita memang hidup di tengah kabut informasi. Namun, kebenaran tetap dapat ditemukan melalui pendekatan epistemologi. Dalam dunia yang penuh kebingungan ini, kebenaran bukan sekadar sesuatu yang ditemukan, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan.
Penulis: Aulia Putri Wakid, Mahasiswa Semester 1 (IAT) Institut Ilmu Al-Qur’an
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.













