Milenianews.com, Mata Akademisi – Teori komunikasi Shannon-Weaver menggambarkan proses transmisi informasi melalui elemen utama seperti sumber informasi (pengirim pesan), pengkodean, media atau saluran, penerima pesan, dekodean, tujuan, dan gangguan (noise), yang relevan untuk menganalisis kasus pembelajaran daring di SDI Al Fattaah selama pandemi Covid-19. Kasus ini menyoroti hambatan guru dalam menerapkan pembelajaran jarak jauh menggunakan Google Meet dan WhatsApp, di mana transmisi materi pelajaran sering terganggu. Analisis ini menerapkan model tersebut untuk memahami dinamika komunikasi pendidikan daring.
Sumber Informasi (Pengirim Pesan) Dalam kasus SDI Al Fattaah, guru berperan sebagai sumber informasi utama yang mengirimkan materi pelajaran melalui aplikasi daring. Guru harus mengkodekan konten seperti video, dokumen Word, PowerPoint, dan pesan suara menjadi format digital yang sesuai untuk platform Google Meet dan WhatsApp. Namun, kurangnya kesiapan guru dalam transisi mendadak dari pembelajaran tatap muka menyebabkan pengkodean materi kurang optimal, sehingga pesan tidak selalu disampaikan secara efektif.
Media atau Saluran Media utama yang digunakan adalah Google Meet untuk sesi video call dan WhatsApp untuk distribusi tugas serta monitoring harian. Pilihan ini dibahas bersama kepala sekolah dengan mempertimbangkan kemudahan akses, tetapi saluran ini bergantung sepenuhnya pada koneksi internet dan perangkat gawai seperti laptop atau smartphone. Meskipun relatif mudah digunakan, saluran ini rentan terhadap keterbatasan jaringan di wilayah rumah guru dan siswa, yang menghambat alur transmisi informasi.
Penerima Pesan Penerima pesan mencakup siswa dan orang tua (wali murid) yang menerima serta mendekodekan materi melalui perangkat mereka. Orang tua sering bertindak sebagai perantara dalam mengawasi siswa, tetapi kesibukan kerja membuat pengawasan menurun setelah minggu kedua, sehingga dekodean tugas hanya berupa pengiriman hasil kerja anak tanpa pemahaman mendalam. Hal ini menyebabkan potensi miskonsepsi terhadap materi, karena penerima tidak sepenuhnya aktif dalam proses.
Tujuan Komunikasi Tujuan utama adalah pencapaian kompetensi dasar siswa melalui pengelolaan pembelajaran, penilaian tugas, dan pengawasan proses belajar di rumah. Guru berupaya mengorganisasi materi secara logis sesuai UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, termasuk pemilihan serta penyusunan konten untuk menghindari kesalahpahaman. Namun, tujuan ini sulit tercapai karena penilaian terbatas pada tugas yang dikirim orang tua, tanpa supervisi langsung, sehingga efektivitas pembelajaran daring menurun.
Gangguan (Noise) Gangguan fisik mencakup jaringan internet yang sering terganggu, membuat video call terputus dan pengiriman materi tertunda, dengan tingkat akses dinilai “sedang” oleh guru. Gangguan semantik muncul dari pengelolaan pembelajaran yang memerlukan usaha ekstra untuk menghindari miskonsepsi, sementara gangguan psikologis timbul dari penurunan pengawasan orang tua akibat kesibukan. Secara keseluruhan, noise ini mengurangi keberhasilan transmisi, sebagaimana digambarkan model Shannon-Weaver di mana gangguan menghalangi pencapaian tujuan komunikasi.
Baca juga: Konsep dan Model komunikasi Carl Hovland
Kasus pembelajaran daring di SDI Al Fattaah menunjukkan bahwa komunikasi saat pandemi sangat sulit. Guru yang biasanya mengajar langsung harus belajar pakai internet dan aplikasi seperti Google Meet dan WhatsApp. Banyak masalah muncul karena guru belum terbiasa membuat materi digital, dan siswa serta orang tua kadang bingung atau kesulitan mengikuti. Masalah besar juga datang dari internet yang sering tidak lancar, apalagi di daerah siswa yang sinyalnya jelek. Ini membuat video belajar sering terputus dan materi tidak sampai dengan baik. Pemerintah sebaiknya menyediakan internet yang lebih baik dan bantuan teknologi untuk sekolah, supaya belajar online bisa berjalan lancar. Orang tua juga kewalahan meneman anak belajar karena sibuk kerja. Akibatnya, anak hanya mengerjakan tugas tanpa benar-benar paham pelajarannya. Guru dan orang tua perlu sering berkomunikasi, misalnya lewat grup WhatsApp, supaya bisa saling membantu dan anak bisa belajar dengan baik. Dengan pelatihan untuk guru, kuota internet yang cukup, dan komunikasi yang rutin antara guru dan orang tua, masalah belajar daring bisa diatasi. Kasus ini jadi pelajaran agar pendidikan bisa lebih siap menghadapi situasi seperti pandemi dan tetap berjalan dengan baik.
Penulis: Rahmi Nurulaini, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.













