Amal Para Pahlawan

Dr. KH. Syamsul Yakin  MA, Dosen UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta. (Foto: Istimewa) 

Milenianews.com, Mata Akademisi– Dalam satu kesempatan di hadapan para sahabat, Nabi bersabda, “Maukah kalian kutunjukkan amal para pahlawan?”  Ada yang bertanya, “Ya Rasulullah, apakah amal para pahlawan itu?” Rasulullah menjawab, “Menuntut ilmu, karena ilmu adalah cahaya orang mukmin di dunia dan akhirat.” (HR. Hakim).

Berdasar hadits dialogis ini, pahlawan bukan hanya mereka yang menghunus pedang di medan perang. Bukan hanya mereka yang dibombardir dengan mortir di garis depan. Tapi mereka yang menuntut ilmu, mengamalkannya, dan menyebarluaskannya di seantero negeri.

Saking pentingnya menuntut ilmu, para ulama kemudian mendedah karya terkait cara sukses belajar dari sisi isi dan metodologi. Termasuk dari sisi etika dan adab dalam proses belajar mengajar. Hal itu tampak dalam karya Syaikh al-Zarnuji (wafat 1197 Masehi) dan Imam Nawawi (wafat 1277 Masehi).

Kalau memerangi kolonialisme dan imperialisme membebaskan manusia dari belenggu fisik, maka menuntut ilmu, seperti sabda Nabi, menerangi manusia di dunia dan di akhirat. Di alam merdeka, masih terbukakesempatan  menjadi pahlawan, yakni dengan mengeruk sebanyak-banyaknya ilmu  pengetahuan.

Dalam al-Qur’an, Nabi diajarkan oleh Allah agar minta ditambahkan ilmu tatkala berdoa, “Katakanlah (wahai Muhammad, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu untukku.” (QS. Thaha/20: 114). Hal ini beralasan. Pertama, karena tidak sama orang berilmu dan tidak berilmu  (QS. al-Zumar/39: 9).

Kedua, karena yang takut kepada Allah hanyalah orang-orang berilmu (QS. Fathir/35: 28).  Ketiga, karena Allah meninggikan   martabat orang berilmu melebihi mereka yang tidak berilmu beberapa tingkat (QS. al-Mujadilah/58: 11). Ayat-ayat ini mendeklamasikan kemuliaan ilmu. Dari sini masuk akal kalau para penuntutnya disebut pahlawan.

Terkait dengan makna hadits dari  Imam Hakim di atas, Imam Nawawi dalam kitab Adabul Alim wal Muta’allim mengutip perkataan seorang ahli hikmah, “Seorang  yang berilmu itu laksana mata air tawar yang terus mengalir manfaatnya.”  Di sini penuntut ilmu sejajar dengan pahlawan.

Begitu juga, “Orang berilmu itu seperti pelita, siapa yang melewatinya akan terpapar pendar  cahayanya.”   Orang berilmu dengan demikian dapat pula mengusir kolonialisme dan imperialisme baru, seperti kemiskinan dan kebodohan. Jasanya sama seperti para pahlawan pada masa lalu.

Maka tak berlebihan kalau Ali bin Abi Thalib mengatakan, sepert ditulis Syaikh al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim bahwa orang yang mengajari ilmu  kendati satu huruf pantas dihargai setiap huruf yang diajarkan dengan seribu dinar  (uang emas).

Lebih tegas, Ali bin Abi Thalib mendeklarasikan, “Aku adalah hamba sahaya bagi orang yang mengajarkan aku ilmu kendati satu huruf saja. Bila dia bermaksud menjualku, maka dia dapat menjualku. Bila dia bermaksud memerdekakanku, maka dia bisa memerdekakanku  Bila dia bermaksud memperbudakku, maka dia bisa memperbudakku.”

Akhir kata, seperti sabda Nabi, amal pahlawan adalah menuntut ilmu. Siapapun kita punya kesempatan menjadi pahlawan.

Penulis: Dr. KH. Syamsul Yakin  MA, Dosen UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *